26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bom Bunuh Diri Al Qaeda Meledak di Negara Miskin

MOGADISHU – Krisis politik dan keamanan di wilayah Somalia belum mereda. Di tengah perang saudara serta ancaman kelaparan merajalela, aksi serangan terorisme mengguncang Mogadishu, ibu kota Somalia, Selasa (4/10). Sebuah mobil yang membawa bom bunuh diri meledak di dekat kompleks sebuah gedung perkantoran milik pemerintah akibatnya menewaskan 65 orang.

Sejumlah saksi mata menuturkan saat itu sebuah truk yang berisi penuh bahan peledak bergerak mendekati pintu gerbang gedung Kementerian Pendidikan di ibu kota. Sesaat kemudian, truk itu meledak persis di depan gedung pemerintah itu. Saat ledakan terjadi, para siswa dan orang tua mereka sedang menunggu pengumuman hasil tes pemberian bea siswa. Itu sebabnya korban jiwa maupun luka-luka cukup besar.

“Kami mengevakuasi 65 jenazah dan 50 orang lainnya cedera,” ungkap Ali Muse, pejabat layanan ambulans, kepada kantor berita Reuters. “Sebagian korban lain tergeletak di lokasi kejadian. Hampir semuanya alami luka bakar,” lanjutnya.

Ratusan orang berdiri sambil berlinang air mata di luar Rumah Sakit Madina di Mogadishu untuk mencari tahu kemungkinan keluarga mereka termasuk dalam daftar para korban. Sayangnya, karena alasan keamanan, mereka tidak diizinkan masuk ke dalam rumah sakit. Para wartawan juga tidak diperbolehkan masuk. Para perawat mengaku sangat kewalahan dengan banyaknya korban dalam insiden itu.

Kelompok pemberontak al Shabaab langsung mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri tersebut.  Kelompok yang terkait erat dengan jaringan Al Qaeda itu telah mengancam melancarkan serangan terhadap sejumlah instalasi pemerintah sebagai balasan terhadap operasi militer yang berhasil memukul mundur sebagian pejuang mereka dari Mogadishu pada awal Agustus lalu.

“Al Shabaab memang melakukan serangan tersebut,” ujar seorang juru bicara kelompok pemberontak itu. “Kami sengaja menarget kompleks kantor kementerian,” tambah dia kepada Reuters.

Tapi, dalam pernyataan terpisah kepada Agence France-Presse, seorang komandan Al Shabaab menyatakan bahwa pasukan Uni Afrika juga menjadi target dalam serangan bom tersebut. “Salah satu mujahidin kami mengorbankan dirinya untuk membunuh para pejabat pemerintah federal transisi (TFG), tentara Uni Afrika, dan sejumlah informan lain yang berada di halaman kompleks perkantoran itu,” tegasnya.

Ali Muse menuturkan, ada dugaan kuat truk yang digunakan pelaku membawa bensin untuk menambah daya ledak. Polisi, tentara, warga sipil, dan pelajar jadi korban serangan itu.

Aksi kelompok militan Al Shabaab tersebut merupakan serangan yang paling mematikan sejak rangkaian ledakan bom di Kampala, ibu kota Uganda, pada Juli 2010.(rtr/bbc/afp/cak/dwi/jpnn)

MOGADISHU – Krisis politik dan keamanan di wilayah Somalia belum mereda. Di tengah perang saudara serta ancaman kelaparan merajalela, aksi serangan terorisme mengguncang Mogadishu, ibu kota Somalia, Selasa (4/10). Sebuah mobil yang membawa bom bunuh diri meledak di dekat kompleks sebuah gedung perkantoran milik pemerintah akibatnya menewaskan 65 orang.

Sejumlah saksi mata menuturkan saat itu sebuah truk yang berisi penuh bahan peledak bergerak mendekati pintu gerbang gedung Kementerian Pendidikan di ibu kota. Sesaat kemudian, truk itu meledak persis di depan gedung pemerintah itu. Saat ledakan terjadi, para siswa dan orang tua mereka sedang menunggu pengumuman hasil tes pemberian bea siswa. Itu sebabnya korban jiwa maupun luka-luka cukup besar.

“Kami mengevakuasi 65 jenazah dan 50 orang lainnya cedera,” ungkap Ali Muse, pejabat layanan ambulans, kepada kantor berita Reuters. “Sebagian korban lain tergeletak di lokasi kejadian. Hampir semuanya alami luka bakar,” lanjutnya.

Ratusan orang berdiri sambil berlinang air mata di luar Rumah Sakit Madina di Mogadishu untuk mencari tahu kemungkinan keluarga mereka termasuk dalam daftar para korban. Sayangnya, karena alasan keamanan, mereka tidak diizinkan masuk ke dalam rumah sakit. Para wartawan juga tidak diperbolehkan masuk. Para perawat mengaku sangat kewalahan dengan banyaknya korban dalam insiden itu.

Kelompok pemberontak al Shabaab langsung mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri tersebut.  Kelompok yang terkait erat dengan jaringan Al Qaeda itu telah mengancam melancarkan serangan terhadap sejumlah instalasi pemerintah sebagai balasan terhadap operasi militer yang berhasil memukul mundur sebagian pejuang mereka dari Mogadishu pada awal Agustus lalu.

“Al Shabaab memang melakukan serangan tersebut,” ujar seorang juru bicara kelompok pemberontak itu. “Kami sengaja menarget kompleks kantor kementerian,” tambah dia kepada Reuters.

Tapi, dalam pernyataan terpisah kepada Agence France-Presse, seorang komandan Al Shabaab menyatakan bahwa pasukan Uni Afrika juga menjadi target dalam serangan bom tersebut. “Salah satu mujahidin kami mengorbankan dirinya untuk membunuh para pejabat pemerintah federal transisi (TFG), tentara Uni Afrika, dan sejumlah informan lain yang berada di halaman kompleks perkantoran itu,” tegasnya.

Ali Muse menuturkan, ada dugaan kuat truk yang digunakan pelaku membawa bensin untuk menambah daya ledak. Polisi, tentara, warga sipil, dan pelajar jadi korban serangan itu.

Aksi kelompok militan Al Shabaab tersebut merupakan serangan yang paling mematikan sejak rangkaian ledakan bom di Kampala, ibu kota Uganda, pada Juli 2010.(rtr/bbc/afp/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/