Jumlah korban gempa berkekuatan 7,8 SR yang mengguncang Turki dan Suriah terus meningkat signifikan dan telah mencapai lebih dari 1.400 orang.
Angka resmi dari Pemerintah Turki menyebutkan sebanyak 912 orang tewas di negara itu, 5.383 terluka, dan 2.818 bangunan runtuh. Sedangkan Kementerian Kesehatan Suriah mengatakan bahwa lebih dari 326 orang tewas dan 1.042 terluka.
Selain angka-angka tersebut, layanan penyelamatan di barat laut Suriah di daerah yang tidak dikendalikan oleh pemerintah menyebutkan korban tewas mencapai 221 orang. “Sehingga total 1.459 orang dipastikan tewas,” tulis The Guardian, Senin (6/2/2023).
Berbagai negara menawarkan berbagai bantuan kemanusiaan untuk membantu penanganan darurat. “China bersedia memberikan bantuan darurat kemanusiaan untuk Turki dan Suriah yang dilanda gempa bumi,” tulis Reuters mengutip Badan Bantuan Luar Negeri Dewan Negara China.
Komite Penyelamatan Internasional (IRC) juga telah mengeluarkan pernyataan setelah gempa di Turki dan Suriah. IRC menyatakan keprihatinan setelah menerima laporan awal dari staf lapangan di Suriah. Dampak gempa sangat menghancurkan serta mereka sudah menampung banyak pengungsi dan keluarga rentan.
Direktur IRC untuk Suriah Evans mengatakan gempa bumi ini merupakan satu lagi pukulan dahsyat bagi begitu banyak populasi rentan yang telah berjuang setelah konflik bertahun-tahun. Ini adalah krisis dalam banyak krisis. Perempuan dan anak-anak akan menemukan diri mereka sendiri dalam risiko eksploitasi dan pelecehan jika mereka sekali lagi menemukan diri mereka terlantar.
“Banyak orang di barat laut Suriah telah mengungsi hingga 20 kali dan dengan fasilitas kesehatan yang melebihi kapasitas, bahkan sebelum tragedi ini banyak yang tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan yang sangat mereka butuhkan,” ujarnya seperti dilansir The Guardian.
Evans meminta masyarakat internasional segera meningkatkan pendanaan kritis untuk rencana tanggap kemanusiaan Suriah. Menurut IRC, sangat kekurangan dana dengan kurang dari 50% dari USD4 miliar yang diperlukan.
Sementara itu Uni Eropa (UE) telah memobilisasi lebih dari 10 tim SAR untuk membantu Turki. “Tim Pencarian dan Penyelamatan Perkotaan telah dengan cepat dimobilisasi dari Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Perancis, Yunani, Hongaria, Malta, Belanda, Polandia, dan Rumania untuk mendukung penanggap pertama di lapangan,” kata Komisi Eropa dalam sebuah pernyataan. Italia, Spanyol dan Slovakia juga telah menawarkan tim penyelamat mereka ke Turki.
Reuters melaporkan UE mengatakan siap mendukung mereka yang terkena dampak di Suriah. Namun, mereka mengatakan belum menerima permintaan dari negara tersebut untuk mengaktifkan mekanisme perlindungan sipil UE, yang mengoordinasikan bantuan dari UE dan negara-negara Eropa lainnya.
Pada tahun 1999, gempa bumi yang besarnya mirip dengan gempa di Turki kali ini menghancurkan Izmit dan wilayah Laut Marmara timur yang berpenduduk padat di dekat Istanbul, dan menewaskan lebih dari 17.000 orang.
Presiden Turki Erdogan menggambarkan hari ini sebagai bencana terburuk bagi negara itu sejak 1939, ketika gempa bumi menewaskan lebih dari 32.000 orang dan melukai lebih dari 100.000 orang.
Sejauh ini di abad ke-21, tujuh gempa besar masing-masing telah merenggut lebih dari 20.000 korban jiwa.
Gempa bumi Gujarat Januari 2001 di India dan gempa bumi dan tsunami Tōhoku Maret 2011 di Jepang keduanya merenggut lebih dari 20.000 jiwa.
Di Iran, gempa bumi Bam yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2003 memakan korban jiwa lebih dari 26.000 orang.
Dua gempa bumi besar pada pertengahan tahun 2000-an menyebabkan jumlah korban jiwa mencapai 87.000, yakni gempa Kashmir bulan Oktober 2005 yang mempengaruhi India, Pakistan dan Afghanistan, dan gempa bumi Sichuan bulan Mei 2008 Mei 2008 di Cina.
Dua gempa paling mematikan di abad ke-21 sama-sama menewaskan lebih dari 200.000 orang, meskipun jumlah korban tewas keduanya tidak tepat. Gempa Haiti Januari 2010 menghancurkan negara itu dengan jumlah korban tewas mencapai 220.000.
Namun bencana alam paling mematikan di abad ke-21 adalah gempa bumi Samudera Hindia 26 Desember 2004 dan tsunami susulan, yang merenggut sedikitnya 225.000 jiwa, dan berkekuatan antara 9,1-9,3 skala Richter, gempa bumi terbesar ketiga yang pernah tercatat, dengan durasi antara delapan dan sepuluh menit.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan sebelumnya membenarkan bahwa jumlah korban tewas di Turki telah meningkat menjadi 912, dan menggambarkannya sebagai bencana terburuk bangsa sejak 1939.
“Setiap orang berusaha keras, meskipun musim dingin, cuaca dingin, dan gempa bumi yang terjadi pada malam hari membuat segalanya menjadi lebih sulit,” ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa 9.000 orang terlibat dalam misi penyelamatan. “Hari ini adalah hari bagi 85 juta orang untuk bersama sebagai satu hati.”(Guardian/Reuters)