30.5 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Jaringan Siber Global Diserang, Inggris dan Australia Tuduh Rusia

MOSKOW,SUMUTPOS.CO – Inggris dan Australia menuduh badan intelijen Rusia melakukan serangan sembarangan dan sembrono di jaringan siber global. Targetnya beragam, mulai sektor transportasi sampai pemilu Presiden AS. Inggris menyatakan, badan intelijen militer Rusia GRU, hampir pasti ada di belakang operasi serangan online yang menargetkan lembaga-lembaga politik, bisnis, media, dan badan olahraga di seluruh dunia.

Inggris menyebutkan, Moskow terlibat dalam serangan ransomware BadRabbit 2017, yang menargetkan bandara di Odessa, dan sistem kereta bawah tanah Kiev, Ukraina, serta kantor-kantor media asing di Rusia. GRU juga berupaya meretas jaringan komunikasi Badan Anti-Doping Dunia di Swiss pada 2017 lalu.

Serangan siber lainnya termasuk peretasan Komite Nasional Partai Demokrat di AS pada 2016 lalu, menjelang pemilu presiden. Termasuk pencurian alamat email dari kantor di Moskow milik sebuah stasiun televisi yang berpusat di Inggris pada 2015.

Pusat Keamanan Siber Inggris NCSC, juga mengidentifikasi banyak kelompok peretas, termasuk APT28, Pawn Storm, Sandworm, Fancy Bear, dan Sofacy Group, yang terkait dengan dinas intelijen Rusia GRU.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan, dinas intelijen di Canberra juga menemukan bukti-bukti adanya kegiatan maya yang jahat, yang dirancang oleh Moskow.

“Militer Rusia, dan lengan intelijen mereka GRU, bertanggung jawab atas pola kegiatan maya jahat ini,” tutur Scott dalam sebuah pernyataan.

“Cyberspace bukan dunia wild west. Komunitas internasional, termasuk Rusia, telah sepakat, hukum internasional dan norma-norma perilaku, berlaku di dunia maya dan negara-negara juga memiliki tanggung jawab,” imbuh Scott.

Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt Scott mengatakan, pola perilaku Rusia ini menunjukkan keinginan mereka untuk beroperasi tanpa memperhatikan hukum internasional atau norma-norma yang ditetapkan, dan mereka melakukannya dengan semangat impunitas dan tanpa konsekuensi,” katanya.

“Tindakan GRU ini sembrono dan tidak pandang bulu. Mereka mencoba melemahkan dan mencampuri pemilihan di negara-negara lain. Mereka bahkan siap untuk merusak perusahaan dan warga Rusia,” tambah Jeremy.

Jeremy juga mengatakan, rangkaian serangan siber itu telah menyebabkan kerugian jutaan poundsterling di Inggris, dan mengganggu perekonomian nasional. “Pesan kami jelas, bersama dengan sekutu kami, kami akan mengekspos dan menanggapi upaya GRU untuk merusak stabilitas internasional,” jelasnya.

Pada September lalu, Inggris juga menyatakan, agen-agen GRU berada di belakang serangan dengan racun saraf Novichok, terhadap bekas spion Rusia Sergei Skripal dan putrinya yang sekarang tinggal di Inggris. London juga merilis foto-foto dari 2 warga Rusia yang diduga melakukan serangan itu. Namun Rusia membantah keterlibatan dalam serangan Novichok terhadap Skripal dan putrinya. (hp/vlz/jpc/saz)

MOSKOW,SUMUTPOS.CO – Inggris dan Australia menuduh badan intelijen Rusia melakukan serangan sembarangan dan sembrono di jaringan siber global. Targetnya beragam, mulai sektor transportasi sampai pemilu Presiden AS. Inggris menyatakan, badan intelijen militer Rusia GRU, hampir pasti ada di belakang operasi serangan online yang menargetkan lembaga-lembaga politik, bisnis, media, dan badan olahraga di seluruh dunia.

Inggris menyebutkan, Moskow terlibat dalam serangan ransomware BadRabbit 2017, yang menargetkan bandara di Odessa, dan sistem kereta bawah tanah Kiev, Ukraina, serta kantor-kantor media asing di Rusia. GRU juga berupaya meretas jaringan komunikasi Badan Anti-Doping Dunia di Swiss pada 2017 lalu.

Serangan siber lainnya termasuk peretasan Komite Nasional Partai Demokrat di AS pada 2016 lalu, menjelang pemilu presiden. Termasuk pencurian alamat email dari kantor di Moskow milik sebuah stasiun televisi yang berpusat di Inggris pada 2015.

Pusat Keamanan Siber Inggris NCSC, juga mengidentifikasi banyak kelompok peretas, termasuk APT28, Pawn Storm, Sandworm, Fancy Bear, dan Sofacy Group, yang terkait dengan dinas intelijen Rusia GRU.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan, dinas intelijen di Canberra juga menemukan bukti-bukti adanya kegiatan maya yang jahat, yang dirancang oleh Moskow.

“Militer Rusia, dan lengan intelijen mereka GRU, bertanggung jawab atas pola kegiatan maya jahat ini,” tutur Scott dalam sebuah pernyataan.

“Cyberspace bukan dunia wild west. Komunitas internasional, termasuk Rusia, telah sepakat, hukum internasional dan norma-norma perilaku, berlaku di dunia maya dan negara-negara juga memiliki tanggung jawab,” imbuh Scott.

Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt Scott mengatakan, pola perilaku Rusia ini menunjukkan keinginan mereka untuk beroperasi tanpa memperhatikan hukum internasional atau norma-norma yang ditetapkan, dan mereka melakukannya dengan semangat impunitas dan tanpa konsekuensi,” katanya.

“Tindakan GRU ini sembrono dan tidak pandang bulu. Mereka mencoba melemahkan dan mencampuri pemilihan di negara-negara lain. Mereka bahkan siap untuk merusak perusahaan dan warga Rusia,” tambah Jeremy.

Jeremy juga mengatakan, rangkaian serangan siber itu telah menyebabkan kerugian jutaan poundsterling di Inggris, dan mengganggu perekonomian nasional. “Pesan kami jelas, bersama dengan sekutu kami, kami akan mengekspos dan menanggapi upaya GRU untuk merusak stabilitas internasional,” jelasnya.

Pada September lalu, Inggris juga menyatakan, agen-agen GRU berada di belakang serangan dengan racun saraf Novichok, terhadap bekas spion Rusia Sergei Skripal dan putrinya yang sekarang tinggal di Inggris. London juga merilis foto-foto dari 2 warga Rusia yang diduga melakukan serangan itu. Namun Rusia membantah keterlibatan dalam serangan Novichok terhadap Skripal dan putrinya. (hp/vlz/jpc/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/