32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Trio Penemu \”GPS\” Otak Raih Nobel Kedokteran

Foto: excelsior.com.mx
Foto: excelsior.com.mx

STOCKHOLM, SUMUTPOS.CO – Hasil penelitian ilmuwan berdarah Amerika-Inggris, John O’Keefe, dan suami istri asal Norwegia, May-Britt Moser dan Edvard I. Moser, mendapatkan pengakuan dunia. Mereka menyabet Nobel Kedokteran dan berhak atas hadiah USD 1,1 juta (Rp 13,4 miliar) yang bakal diberikan pada 10 Desember, bebarengan dengan peringatan meninggalnya Alfred Nobel, pemrakarsa nobel.

Karolinska Institute di Stockholm, Swedia, yang bertugas menentukan pemenang nobel di bidang fisiologi atau kedokteran itu menjelaskan bahwa trio ilmuwan tersebut telah menemukan cara kerja otak yang menyerupai GPS. Otak tahu dimana kita dan bisa bernavigasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Tiga peneliti itu dianggap telah memecahkan masalah yang dihadapi para filsuf sejak ratusan tahun lalu.

’’Penemuan ini memberikan petunjuk dan pemahaman yang lebih baik atas hilangnya kesadaran spasial pada penderita alzheimer dan penyakit-penyakit neurological lain,’’ ujar Sekretaris Komite Nobel Karolinska Institute Goran K. Hansson. Penderita alzheimer biasanya tidak bisa mengenali sekeliling mereka.

O’Keefe menemukan komponen pertama dari sistem navigasi otak terhadap tikus pada 1971. Dia mengidentifikasi bahwa satu set sel saraf tertentu di bagian hippocampus otak menjadi aktif ketika tikus diberitahu lokasi tempat saat diteliti di laboratorium.

Ketika tikus tersebut berada di tempat lain yang berbeda, yang menjadi aktif adalah set sel saraf lain. Meski berbeda, sel itu tetap berada di area hippocampus otak tadi. Dia menamainya dengan ’’sel tempat’’. Menurut O’Keefe, sel tempat tersebut membentuk peta di dalam otak. Cara kerjanya mirip otak manusia.

Pada 2005, pasangan Moser menemukan jenis sel saraf lain yang berfungsi untuk koordinasi dan menunjukkan lokasi serta jarak. Suami istri peneliti yang bekerja di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia di Trondheim itu menamainya sebagai ’’sel jaringan’’.

Komite Nobel menuturkan, kombinasi sel tempat dan sel jaringan tersebut ibarat sistem GPS di dalam otak. ’’Pada pasien demensia, alzheimer, dan beberapa penyakit yang berhubungan dengan otak, sistem itu terpengaruh,’’ ungkap komite tersebut. ’’Penemuan itu adalah lompatan besar ke depan untuk meningkatkan usaha (pengobatan),’’ tambahnya.

Dr Colin Lever dari Universitas Durham yang bekerja di laboratorium O’Keefe selama dua puluh tahun menegaskan bahwa peneliti tersebut layak mendapatkan penghargaan nobel. ’’Dunia belum siap ketika dia (O’Keefe, Red) menerbitkan laporannya pada 1971. Orang tidak percaya bahwa tempat adalah kategori yang tepat untuk sel ini. Jadi, saat itu tidak ada kehebohan atas penemuan ini,’’ tuturnya.

Terpisah, May-Britt Moser mengungkapkan, mereka langsung berdansa dan minum sampanye dengan koleganya ketika diberitahu bahwa dirinya memenangkan penghargan nobel. May-Britt ditelepon Karolinska Institute saat sedang berdiskusi dengan koleganya yang sesama peneliti. Karena terlalu asyik, dia hampir tidak mengangkat telepon. Saat itu suaminya, Edvard, sedang berada di atas pesawat menuju Munich. Seseorang di Bandara Munich menunggu, memberi bunga, dan mengabarkan kemenangannya.

’’Ini luar biasa hebat. Saya langsung melompat dan berteriak,’’ ucap May-Britt Moser. ’’Saya begitu bangga dengan semua dukungan yang kami peroleh. Orang percaya dengan kami dan yang kami kerjakan. Sekarang kami mendapatkan penghargaan,’’ imbuhnya. (Reuters/BBC/sha/c20/ami)

Foto: excelsior.com.mx
Foto: excelsior.com.mx

STOCKHOLM, SUMUTPOS.CO – Hasil penelitian ilmuwan berdarah Amerika-Inggris, John O’Keefe, dan suami istri asal Norwegia, May-Britt Moser dan Edvard I. Moser, mendapatkan pengakuan dunia. Mereka menyabet Nobel Kedokteran dan berhak atas hadiah USD 1,1 juta (Rp 13,4 miliar) yang bakal diberikan pada 10 Desember, bebarengan dengan peringatan meninggalnya Alfred Nobel, pemrakarsa nobel.

Karolinska Institute di Stockholm, Swedia, yang bertugas menentukan pemenang nobel di bidang fisiologi atau kedokteran itu menjelaskan bahwa trio ilmuwan tersebut telah menemukan cara kerja otak yang menyerupai GPS. Otak tahu dimana kita dan bisa bernavigasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Tiga peneliti itu dianggap telah memecahkan masalah yang dihadapi para filsuf sejak ratusan tahun lalu.

’’Penemuan ini memberikan petunjuk dan pemahaman yang lebih baik atas hilangnya kesadaran spasial pada penderita alzheimer dan penyakit-penyakit neurological lain,’’ ujar Sekretaris Komite Nobel Karolinska Institute Goran K. Hansson. Penderita alzheimer biasanya tidak bisa mengenali sekeliling mereka.

O’Keefe menemukan komponen pertama dari sistem navigasi otak terhadap tikus pada 1971. Dia mengidentifikasi bahwa satu set sel saraf tertentu di bagian hippocampus otak menjadi aktif ketika tikus diberitahu lokasi tempat saat diteliti di laboratorium.

Ketika tikus tersebut berada di tempat lain yang berbeda, yang menjadi aktif adalah set sel saraf lain. Meski berbeda, sel itu tetap berada di area hippocampus otak tadi. Dia menamainya dengan ’’sel tempat’’. Menurut O’Keefe, sel tempat tersebut membentuk peta di dalam otak. Cara kerjanya mirip otak manusia.

Pada 2005, pasangan Moser menemukan jenis sel saraf lain yang berfungsi untuk koordinasi dan menunjukkan lokasi serta jarak. Suami istri peneliti yang bekerja di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia di Trondheim itu menamainya sebagai ’’sel jaringan’’.

Komite Nobel menuturkan, kombinasi sel tempat dan sel jaringan tersebut ibarat sistem GPS di dalam otak. ’’Pada pasien demensia, alzheimer, dan beberapa penyakit yang berhubungan dengan otak, sistem itu terpengaruh,’’ ungkap komite tersebut. ’’Penemuan itu adalah lompatan besar ke depan untuk meningkatkan usaha (pengobatan),’’ tambahnya.

Dr Colin Lever dari Universitas Durham yang bekerja di laboratorium O’Keefe selama dua puluh tahun menegaskan bahwa peneliti tersebut layak mendapatkan penghargaan nobel. ’’Dunia belum siap ketika dia (O’Keefe, Red) menerbitkan laporannya pada 1971. Orang tidak percaya bahwa tempat adalah kategori yang tepat untuk sel ini. Jadi, saat itu tidak ada kehebohan atas penemuan ini,’’ tuturnya.

Terpisah, May-Britt Moser mengungkapkan, mereka langsung berdansa dan minum sampanye dengan koleganya ketika diberitahu bahwa dirinya memenangkan penghargan nobel. May-Britt ditelepon Karolinska Institute saat sedang berdiskusi dengan koleganya yang sesama peneliti. Karena terlalu asyik, dia hampir tidak mengangkat telepon. Saat itu suaminya, Edvard, sedang berada di atas pesawat menuju Munich. Seseorang di Bandara Munich menunggu, memberi bunga, dan mengabarkan kemenangannya.

’’Ini luar biasa hebat. Saya langsung melompat dan berteriak,’’ ucap May-Britt Moser. ’’Saya begitu bangga dengan semua dukungan yang kami peroleh. Orang percaya dengan kami dan yang kami kerjakan. Sekarang kami mendapatkan penghargaan,’’ imbuhnya. (Reuters/BBC/sha/c20/ami)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/