TULANG PUNGGUNG KELUARGA
Kepergian Mayang meninggalkan kesedihan mendalam bagi sang adik, Dewi (15). Bagaimana tidak, kakaknyalah yang selama ini membiayai dirinya sekolah. “Kakak orangnya ceria terus, nggak pernah ngeluh. Orangnya baik, perhatian sama keluarga, nggak pelit, semuanya dibiayain,” tutur Dewi dengan suara sendu.
Ibundanya, Nining Sukarni, dituturkan Dewi, sudah berpisah dengan ayahnya Nuryanto, sejak Dewi kecil. Nining yang seorang ibu rumah tangga harus berjuang sendiri membesarkan 3 anaknya, Mayang Gaby dan dirinya. Gaby baru saja lulus SMA dan baru bekerja turut menopang kehidupan keluarga. Dewi mengisahkan Mayang sudah merantau sejak 9 tahun lalu.
“Kalau pergi dari Lampung dari 2005 sih, namun nggak pernah kehilangan kontak,” imbuh Dewi. Bila Mayang merantau dari Lampung tahun 2005, itu berarti usia Mayang saat itu adalah 18 tahun. Sejak itu, Mayang tak pernah absen mengirimkan nafkah untuk keluarganya.
“Selalu, rutin, nggak pernah absen (memberi nafkah). Kalau telat, paling selalu dobel (nafkahnya),” kenang Dewi. Menurutnya, sang ibunda sudah dihubungi pihak Kementerian Luar Negeri. Dia berharap jasad kakaknya bisa tiba dan dimakamkan di Lampung.
Tetangga lainnya mengatakan pada polisi, mereka mendengar suara keributan di apartemen yang terletak di Teneriffe tersebut, sejak hari Kamis. Kamis malam itulah para tetangga melihat Mayang masih hidup. Jenazah Mayang baru ditemukan polisi pada hari Sabtu (5/10). “Saya dengar suara keributan di apartemen,” kata seorang tetangga kepada Courier-Mail.