30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Militan Al-Syabab di Somalia Larang Internet

 Militan Al-Syabab di Somalia larang Internet

Militan Al-Syabab di Somalia larang Internet

Militan Asy-Syabab melarang semua warga di daerah-daerah Somalia yang mereka kuasai untuk tidak menggunakan Internet.

Mereka memberi semua perusahaan komunikasi yang menyediakan layanan Internet ultimatum 15 hari untuk menghentikan kegiatan mereka, seperti dilansir stasiun televisi Sky News, Kamis (9/1).

“Setiap perusahaan atau individu yang ditemukan mengabaikan seruan ini akan dianggap bekerja sama dengan musuh dan mereka akan ditangani sesuai dengan syariah, atau hukum Islam,” kata sebuah pernyataan diunggah di situs pro-Syabab.

Para militan memberlakukan hukum yang ketat di zona-zona di bawah kendali mereka dan sering menangkap orang yang dicurigai sebagai mata-mata.

Internet kini banyak digunakan di Somalia, yang dilanda perang saudara selama lebih dari dua dekade, dengan Syabab dianggap sebagai kendala terbesar untuk perdamaian.

Al-Syabab pernah menguasai sebagian besar wilayah Somalia bagian selatan dan tengah, tetapi kemudian mereka mengundurkan diri dari posisi-posisi tetapnya di Mogadishu dua tahun lalu.

Pasukan Uni Afrika, termasuk kontingen besar dari Uganda, Kenya dan Burundi, telah merebut kembali serangkaian benteng pemberontak dan mencoba untuk menopang pasukan pemerintah di Somalia.

Tetapi serangkaian serangan menghancurkan dari Al-Syabab terhadap pasukan asing dan pemerintah telah menghancurkan harapan kelahiran kembali ibu kota yang dilanda perang dan juga menunjukkan bahwa gangguan dari para militan masih belum berkurang.

[fas]

 Militan Al-Syabab di Somalia larang Internet

Militan Al-Syabab di Somalia larang Internet

Militan Asy-Syabab melarang semua warga di daerah-daerah Somalia yang mereka kuasai untuk tidak menggunakan Internet.

Mereka memberi semua perusahaan komunikasi yang menyediakan layanan Internet ultimatum 15 hari untuk menghentikan kegiatan mereka, seperti dilansir stasiun televisi Sky News, Kamis (9/1).

“Setiap perusahaan atau individu yang ditemukan mengabaikan seruan ini akan dianggap bekerja sama dengan musuh dan mereka akan ditangani sesuai dengan syariah, atau hukum Islam,” kata sebuah pernyataan diunggah di situs pro-Syabab.

Para militan memberlakukan hukum yang ketat di zona-zona di bawah kendali mereka dan sering menangkap orang yang dicurigai sebagai mata-mata.

Internet kini banyak digunakan di Somalia, yang dilanda perang saudara selama lebih dari dua dekade, dengan Syabab dianggap sebagai kendala terbesar untuk perdamaian.

Al-Syabab pernah menguasai sebagian besar wilayah Somalia bagian selatan dan tengah, tetapi kemudian mereka mengundurkan diri dari posisi-posisi tetapnya di Mogadishu dua tahun lalu.

Pasukan Uni Afrika, termasuk kontingen besar dari Uganda, Kenya dan Burundi, telah merebut kembali serangkaian benteng pemberontak dan mencoba untuk menopang pasukan pemerintah di Somalia.

Tetapi serangkaian serangan menghancurkan dari Al-Syabab terhadap pasukan asing dan pemerintah telah menghancurkan harapan kelahiran kembali ibu kota yang dilanda perang dan juga menunjukkan bahwa gangguan dari para militan masih belum berkurang.

[fas]

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/