25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Pasukan Kadhafi Kuasai Kota Minyak

TRIPOLI-Pengakuan Barat terhadap pemerintahan tandingan Muammar Kadhafi, tak membuat gentar pemimpin 68 tahun itu. Tapi, tokoh berjuluk Brotherly Leader itu mengaku sedih dan kecewa dengan revolusi yang dilakukan rakyat terhadap rezimnya. Dia merasa rakyat Libya telah mengkhianatinya.

“Dia tidak pernah membayangkan semua ini akan terjadi. Itulah yang membuat dia sedih. Sebab, selama ini, dia telah banyak berjuang demi rakyat Libya,” kata Meftah Missouri, penerjemah bahasa Prancis Kadhafi, mengutip pernyataan pria yang telah empat dekade lebih menguasai Libya itu. Kemarin (11/3), dalam wawancara dengan Agence France-Presse, dia mengungkapkan kekecewaannya.

“Dia merasa dikhianati rakyat. Termasuk sepupunya sendiri, Ahmed Kadhaf al-Dam,” kata mantan diplomat yang menyandang gelar doktor ilmu sejarah tersebut. Karena itu, Kadhafi ngotot bertahan pada posisinya.

Sayang, dalam kekecewaannya, Kadhafi tetap membiarkan bentrok sipil terjadi di beberapa kota besar Libya. Kemarin, kubunya sukses merebut kendali Kota Ras Lanuf dalam bentrok berdarah. Tapi, kubu antipemerintah yang sempat menguasai kota minyak tersebut tidak diam saja. “Kami belum tahu apa yang sebenarnya terjadi di Ras Lanuf. Yang jelas, sampai sekarang masih terus terjadi bentrok. Karena itu, kami akan meluncur ke sana. Kami akan berperang dan kami akan menang,” ungkap Salem Abdulrahman, seorang pejuang antipemerintah. (hep/ami/jpnn)

TRIPOLI-Pengakuan Barat terhadap pemerintahan tandingan Muammar Kadhafi, tak membuat gentar pemimpin 68 tahun itu. Tapi, tokoh berjuluk Brotherly Leader itu mengaku sedih dan kecewa dengan revolusi yang dilakukan rakyat terhadap rezimnya. Dia merasa rakyat Libya telah mengkhianatinya.

“Dia tidak pernah membayangkan semua ini akan terjadi. Itulah yang membuat dia sedih. Sebab, selama ini, dia telah banyak berjuang demi rakyat Libya,” kata Meftah Missouri, penerjemah bahasa Prancis Kadhafi, mengutip pernyataan pria yang telah empat dekade lebih menguasai Libya itu. Kemarin (11/3), dalam wawancara dengan Agence France-Presse, dia mengungkapkan kekecewaannya.

“Dia merasa dikhianati rakyat. Termasuk sepupunya sendiri, Ahmed Kadhaf al-Dam,” kata mantan diplomat yang menyandang gelar doktor ilmu sejarah tersebut. Karena itu, Kadhafi ngotot bertahan pada posisinya.

Sayang, dalam kekecewaannya, Kadhafi tetap membiarkan bentrok sipil terjadi di beberapa kota besar Libya. Kemarin, kubunya sukses merebut kendali Kota Ras Lanuf dalam bentrok berdarah. Tapi, kubu antipemerintah yang sempat menguasai kota minyak tersebut tidak diam saja. “Kami belum tahu apa yang sebenarnya terjadi di Ras Lanuf. Yang jelas, sampai sekarang masih terus terjadi bentrok. Karena itu, kami akan meluncur ke sana. Kami akan berperang dan kami akan menang,” ungkap Salem Abdulrahman, seorang pejuang antipemerintah. (hep/ami/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/