MEKKAH, SUMUTPOS.CO – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan, Kerajaan Arab Saudi akan mulai membuka layanan untuk jamaah umrah pada 15 Zulhijah 1443 Hijriah atau pada 14 Juli 2022 waktu Saudi dan 15 Juli waktu Indonesia. Hal itu disampaikan Yaqut saat bertemu Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq F Rabiah di Mina, Arab Saudi, Senin (11/7).
“Kerajaan Arab Saudi akan mulai membuka layanan untuk jamaah umrah pada 15 Zulhijjah 1443 Hijriah,” kata Yaqut dalam keterangan resmi dari Kementerian Agama RI, Selasa (12/7).
Pada kesempatan itu, Yaqut dan Tawfiq turut mendiskusikan persiapan awal penyelenggaraan ibadah haji 1444 Hijriah tahun depan. Keduanya bersepakat terus berupaya meningkatkan layanan bagi jamaah haji Indonesia. “Kami sepakat untuk melakukan perbaikan-perbaikan dari apa yang kurang dan terus meningkatkan pelayanan yang sudah baik,” ujar Menag.
“Semoga ikhtiar ini menjadi ladang amal saleh dan semakin membuat jemaah konsentrasi beribadah,” tambahnya.
Yaqut turut mengapresiasi Pemerintah Kerajaan Arab Saudi atas suksesnya penyelenggaraan ibadah haji 1443 H/2022 M. Selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini, Yaqut terus memperhatikan detail kesiapan petugas dalam melayani jamaah. “Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kerja sama dan pelayanan jemaah haji Indonesia oleh pemerintah Saudi,” kata dia.
Puncak haji tahun ini telah berlangsung pada 8 Juli lalu. Gelombang pertama kepulangan jemaah haji Indonesia dari Saudi akan dimulai pada 15 Juli-30 Juli 2022. Sementara tanggal 31 Juli-14 Agustus 2022 jadwal kepulangan gelombang kedua.
Sambut Kepulangan
Sementara, pelaksanaan ibadah haji 1443 Hijriah akan segera memasuki fase pemulangan. Jamaah haji Indonesia dijadwalkan mulai terbang dari Jeddah ke Tanah Air pada Jumat, 15 Juli 2022.
Kementerian Agama (Kemenag) memastikan 13 Debarkasi di seluruh Indonesia siap menerima kedatangan jamaah haji. Hal ini disampaikan Kasubdit Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler Ditjen PHU, Zainal Ilmi, saat Rapat Koordinasi Persiapan Kepulangan Haji.
Dia menyampaikan, 13 asrama haji sudah menyampaikan kesiapannya untuk menerima jamaah. “Ini tentu hal yang bagus, kita berharap semua berjalan lancar hingga jamaah sampai ke rumah masing-masing,” kata Zainal dalam keterangannya, Selasa (12/7).
Terkait prosedur kesehatan, dia menjelaskan, nantinya akan ada pemeriksaan suhu badan kepada seluruh jamaah haji. Jika terdeteksi jamaah yang mengalami demam di atas 37 derajat Celsius, panitia akan langsung berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 untuk proses penanganannya.
Plh Sekretaris Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Waryono Abdul Ghafur, juga menyampaikan pesan agar panitia memastikan kembali fasilitas yang telah disiapkan dalam kondisi layak dan sesuai prosedur. “Contohnya, bus yang disediakan untuk membawa pulang dari bandara menuju asrama, itu perlu dipastikan kelayakannya,” ujar dia.
Dia melanjutkan, kelayakan yang dimaksud tidak hanya dari segi fisik, namun juga kesiapan supir yang harus dalam kondisi fit. Pengecekan juga penting dilakukan untuk meminimalkan adanya kendala di tengah jalan, seperti pecah ban atau supir mengantuk. Hal tersebut menurutnya perlu diperhatikan karena bisa menghambat kelancaran perjalanan jamaah.
Selain itu, Waryono menyampaikan para petugas juga perlu memastikan barang bawaan jamaah tidak ada yang ketinggalan, baik di bandara maupun di asrama haji. “Barang bawaan, mohon dipastikan jangan sampai tertukar atau bahkan hilang. Panitia harus menyisir barangnya jangan sampai ketinggalan di pesawat atau bandara. Pastikan juga pengambilannya atau pendistribusiannya dilakukan di hari yang sama, agar potensi hilang semakin kecil,” lanjut dia.
Dengan kesigapan serta kesiapan seluruh petugas dalam menyambut kedatangan para jamaah haji, Waryono berharap hal itu dapat memberikan pengalaman yang baik bagi jamaah haji pada 2022 sehingga, memberikan kesan yang baik juga kepada pemerintah sebagai penyelenggara haji Indonesia 2022.
Sebelumnya, Plt Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kementerian Agama Susari mengatakan, jamaah haji Indonesia akan diterbangkan kembali ke Indonesia menggunakan dua maskapai, yaitu Garuda Indonesia dan Saudi Airlines. Kedua maskapai ini rata-rata berkapasitas 300 sampai 400 penumpang.
Garuda Indonesia akan membawa jamaah haji dari embarkasi di wilayah Aceh, Medan, Padang, Jakarta-Pondok Gede, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar dan Lombok. Sementara itu, maskapai Saudi Arabia menerbangkan jamaah dari embarkasi Batam, Surabaya, Palembang dan Jakarta-Bekasi.
Sedangkan pada Jumat (15/7) mendatang, ada sekitar 1.556 jamaah haji dari empat embarkasi yang akan pulang ke Tanah Air. Kepulangan empat embarkasi itu yakni Padang, Jakarta dan Solo. Embarkasi Padang sebanyak 393 jamaah, Jakarta-Pondok Gede 393 jamaah, Jakarta-Bekasi 410 jamaah dan Solo 360 orang jamaah haji.
Batasi Kontak dengan Keluarga 21 Hari
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau agar jamaah haji yang pulang ke Indonesia agar mengurangi kontak erat dengan keluarga minimal 21 hari sejak tanggal ketibaan. Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Yudhi Pramono mewanti-wanti upaya itu dilakukan guna mencegah potensi penularan virus corona (Covid-19) maupun penyakit menular lainnya yang mungkin diderita jemaah haji Indonesia.
“Walaupun dapat melakukan tasyakuran misalnya, kami tetap berharap jemaah haji mengurangi kontak dengan keluarga dekat, kalau tidak sampai 21 hari begitu ya. Karena ini untuk mengantisipasi dan kewaspadaan dini,” kata Yudhi.
Yudhi juga mengimbau agar para jamaah haji yang merasakan gejala Covid-19 untuk segera mengakses fasilitas terdekat maupun menghubungi tim surveilans dari dinas kesehatan masing-masing daerah. Ia sekaligus mengingatkan jemaah haji maupun keluarganya untuk tetap patuh terhadap protokol kesehatan Covid-19, terutama pemakaian masker dan upaya menjaga jarak saat di ruangan tertutup maupun terbuka. “Kami di dinkes ada tim surveilans yang terus memantau jemaah haji yang pulang ke rumah,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kabid Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Alexander K Ginting juga meminta agar kepulangan jemaah haji di Indonesia menjadi perhatian oleh dinas kesehatan setempat. Ia mendorong agar petugas kesehatan tetap melakukan pemantauan dan melaksanakan aktivitas surveilans terhadap keluarga maupun warga sekitar apabila ada yang bergejala Covid-19.
“Mengingat karakteristik virus sekarang yang berbeda dengan Delta, tentu saja menjadi concern kita bahwa penularan ini yang akan lebih banyak dengan gejala ringan. Sehingga ini yang harus kita khawatirkan, karena kalau dia gejala ringan, maka banyak yang menganggap tidak menjadi masalah,” ujar Alex.
41 Jamaah Meninggal
Jumlah jamaah haji yang meninggal di Arab Saudi kembali bertambah. Sampai waktu akhir fase puncak haji, sudah 41 orang meninggal dunia.
Kepala Satuan Operasional (Kasatop) Arafah, Muzdalif, dan Mina (Armuzna) Nasrullah Jasam mengatakan, selama fase puncak haji, sejak 8 Zulhijah 1443 Hijriah atau 7 Juli 2022, ada 14 jamaah yang wafat, baik di Makkah, Arafah, maupun Mina. “Data siskohat mencatat sejak awal fase Armuzna sampai hari ini, ada 14 jemaah yang wafat,” terang Nasrullah kepada wartawan, Selasa (12/7).
“Total jamaah haji Indonesia yang wafat sejak awal keberangkatan pada 4 Juni 2022 hingga hari ini berjumlah 41 orang,” sambungnya.
Nasrullah mengatakan, 14 jamaah yang wafat terdiri atas satu jamaah wafat di KKHI Arafah, enam jamaah wafat di KKHI Makkah, dan tujuh jamaah wafat di KKHI Mina. “Jika disandingkan dengan angka kematian pada hari yang sama untuk lima tahun terakhir, saat ini adalah yang paling sedikit. Angka penurunannya sangat signifikan,” imbuhnya.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), hingga hari ke-38 operasional haji di tahun 2015 misalnya, ada 380 jamaah wafat. Sementara pada 2016, ada 149 jamaah wafat. Tiga tahun berikutnya, angka kematian pada angka 274 (2017), 154 (2018), dan 151 (2019). (jpc/rep/cnni/adz)