TOKYO – Krisis nuklir di Jepang yang semakin parah, bahkan telah menyamai dengan bencana Chernobyl pada 1986, mulai mengusik ketenangan masyarakat, Rabu (13/4) puluhan pebisnis kecil dari wilayah di sekitar PLTN Fukushima Dai-ichi berunjuk rasa di markas Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) di Kota Tokyo. Mereka menuntut kompensasi.
“Saat ini saya tidak bisa bekerja. Artinya, saya tidak punya uang,” keluh Shigeaki Konno. Sebelum meninggalkan kotanya yang masuk zona radiasi, pria 73 tahun itu memiliki usaha montir mobil. Tetapi, sejak tempat tinggalnya yang hanya berjarak sekitar 11 Km dari PLTN dikosongkan, Konno menganggur. Dia pun terpaksa tinggal di tempat pengungsian.
Awalnya, Konno tidak keberatan. Pasalnya, krisis nuklir PLTN Fukushima adalah dampak langsung gempa bumi dan tsunami pada 11 Maret lalu dan sama sekali tak disengaja. Apalagi, saat itu TEPCO berjanji memberi kompensasi kepada semua warga yang menganggur dan kehilangan tempat tinggal. “Janji nyasoal kompensasi tidak nyata. Kami sangat membutuhkannya,” katanya.
Terkait dengan protes warga itu, Presiden TEPCO Masataka Shimizu memberikan tanggapan di tempat terpisah. Bersama para petinggi perusahaan listrik itu, dia kembali minta maaf kepada warga yang menjadi korban. “Saat ini kami sedang berusaha mewujudkan ganti rugi tunai secepat mungkin,” ujarnya sambil membungkukkan badan minta maaf. (ap/afp/hep/dwi/jpnn)