25 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Buntut Demo Undang Undang Ekstradisi, Pemimpin Hong Kong Tersudut Diserang Wartawan

PERNYATAAN: Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam saat memberikan pernyataan terkait aksi unjuk rasa warga Hong Kong, kemarin.

HONG KONG, SUMUTPOS.CO – Pemimpin Hong Kong Carrie Lam memberikan peringatan jika demo yang sudah terjadi selama dua bulan terakhir tidak menemui solusi akhir. Dalam konferensi pers, Lam menyatakan kekerasan tidak peduli seperti apa bentuknya, bakal menjerumuskan masyarakat ke situasi yang berbahaya dan mengerikan.

“Situasi Hong Kong dalam sepekan terakhir telah membuat khawatir bahwa saat ini, kami sudah mencapai level yang dimaksud,” ucap Lam dilansir AFP Selasa (13/8).

Lam harus menghadapi hujan pertanyaan dari awak media setelah mendukung kebijakan penanganan polisi saat terlibat bentrok dalam demo akhir pekan lalu.

Dia menjelaskan penegak hukum harus menghadapi situasi sulit dan terikat dengan pedoman yang ketat terkait penggunaan kekuatan menghadapi pendemo.

Dia sengaja melewati pertanyaan soal apakah dia punya kekuasaan untuk mengatasi krisis dengan mengabulkan salah satu tuntutan pengunjuk rasa: penarikan penuh UU Esktradisi.

Ya, berawal dari penolakan atas aturan yang kontroversial itu pada Juni lalu, Hong Kong saat ini menghadapi krisis terparah di era modern yang belum diketahui kapan akan berakhir.

Pemimpin berusia 62 tahun itu langsung merespons pertanyaan apakah dia terikat dengan China dengan menuturkan bahwa dia sudah menjawabnya sebelumnya. “Sekali lagi saya meminta kepada semua orang untuk mengesampingkan perbedaan dan tenang. Saya meminta waktu untuk berpikir jernih. Apakah kalian hendak membawa Hong Kong ke jurang?” tanyanya.

Namun tak lama setelah dapat menyampaikan pernyataannya, Lam langsung mendapat serangan pertanyaan dari awak media, mulai dari pertanyaan biasa hingga yang menyudutkannya. “Kapan Anda akan menerima tanggung jawab politik untuk mengakhiri ketakutan warga? Kapan Anda akan bersedia mundur? Kapan Anda akan memerintahkan polisi untuk berhenti?” tanya seorang reporter dari penyiar publik Hong Kong, RTHK.

Belum sempat Lam menjawab pertanyaan tersebut, reporter itu kembali menambahkan pernyataannya. “Anda sebelumnya meminta saya untuk menjalankan pekerjaaan saya secara serius, jadi tolong jawab pertanyaan saya juga dengan serius,” ujarnya. (bbs/azw)

reporter tersebut.

Pertanyaan lain yang datang dari wartawan lainnya lebih mengejutkan di saat Lam mendadak meninggalkan podium. “Apakah Anda memiliki hati nurani?” teriak seorang jurnalis. “Nyonya Lam, banyak warga bertanya, kapan Anda akan mati?” tanya wartawan lainnya.

Di bawah prinsip satu negara, dua sistem, media di Hong Kong mendapat kebebasan dalam menyampaikan laporannya, sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh rekan-rekan seprofesi mereka di China daratan. Di mana media kerap mendapat sensor keras dari pemerintah pusat. (bbs/azw)

PERNYATAAN: Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam saat memberikan pernyataan terkait aksi unjuk rasa warga Hong Kong, kemarin.

HONG KONG, SUMUTPOS.CO – Pemimpin Hong Kong Carrie Lam memberikan peringatan jika demo yang sudah terjadi selama dua bulan terakhir tidak menemui solusi akhir. Dalam konferensi pers, Lam menyatakan kekerasan tidak peduli seperti apa bentuknya, bakal menjerumuskan masyarakat ke situasi yang berbahaya dan mengerikan.

“Situasi Hong Kong dalam sepekan terakhir telah membuat khawatir bahwa saat ini, kami sudah mencapai level yang dimaksud,” ucap Lam dilansir AFP Selasa (13/8).

Lam harus menghadapi hujan pertanyaan dari awak media setelah mendukung kebijakan penanganan polisi saat terlibat bentrok dalam demo akhir pekan lalu.

Dia menjelaskan penegak hukum harus menghadapi situasi sulit dan terikat dengan pedoman yang ketat terkait penggunaan kekuatan menghadapi pendemo.

Dia sengaja melewati pertanyaan soal apakah dia punya kekuasaan untuk mengatasi krisis dengan mengabulkan salah satu tuntutan pengunjuk rasa: penarikan penuh UU Esktradisi.

Ya, berawal dari penolakan atas aturan yang kontroversial itu pada Juni lalu, Hong Kong saat ini menghadapi krisis terparah di era modern yang belum diketahui kapan akan berakhir.

Pemimpin berusia 62 tahun itu langsung merespons pertanyaan apakah dia terikat dengan China dengan menuturkan bahwa dia sudah menjawabnya sebelumnya. “Sekali lagi saya meminta kepada semua orang untuk mengesampingkan perbedaan dan tenang. Saya meminta waktu untuk berpikir jernih. Apakah kalian hendak membawa Hong Kong ke jurang?” tanyanya.

Namun tak lama setelah dapat menyampaikan pernyataannya, Lam langsung mendapat serangan pertanyaan dari awak media, mulai dari pertanyaan biasa hingga yang menyudutkannya. “Kapan Anda akan menerima tanggung jawab politik untuk mengakhiri ketakutan warga? Kapan Anda akan bersedia mundur? Kapan Anda akan memerintahkan polisi untuk berhenti?” tanya seorang reporter dari penyiar publik Hong Kong, RTHK.

Belum sempat Lam menjawab pertanyaan tersebut, reporter itu kembali menambahkan pernyataannya. “Anda sebelumnya meminta saya untuk menjalankan pekerjaaan saya secara serius, jadi tolong jawab pertanyaan saya juga dengan serius,” ujarnya. (bbs/azw)

reporter tersebut.

Pertanyaan lain yang datang dari wartawan lainnya lebih mengejutkan di saat Lam mendadak meninggalkan podium. “Apakah Anda memiliki hati nurani?” teriak seorang jurnalis. “Nyonya Lam, banyak warga bertanya, kapan Anda akan mati?” tanya wartawan lainnya.

Di bawah prinsip satu negara, dua sistem, media di Hong Kong mendapat kebebasan dalam menyampaikan laporannya, sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh rekan-rekan seprofesi mereka di China daratan. Di mana media kerap mendapat sensor keras dari pemerintah pusat. (bbs/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/