25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

28 Orangtua Wisudawan Tewas

Pesawat yang Ditumpangi Jatuh

PAPUA NUGINI-Cuaca buruk membuat pesawat jenis Bombardier Dash 8 milik Maskapai PNG celaka. Kamis lalu (13/10), pesawat yang mengangkut total 32 orang itu jatuh di pesisir sebelah utara Papua Nugini. Akibatnya, 28 orang tewas. Sedangkan, empat lainnya selamat. Hingga kemarin (14/10), proses evakuasi masih berlangsung.

Jubir Komisi Investigasi Kecelakaan Papua Nugini, Sid O’Toole, mengatakan bahwa saat kecelakaan terjadi, pesawat sedang menuju Kota Madang, Provinsi Madang.
“Pesawat yang bertolak dari Kota Lae (Provinsi Morobe) itu jatuh di sebuah hutan terpencil, sekitar 20 kilometer dari Madang,” katanya. Seluruh penumpang adalah orangtua yang hendak menghadiri wisuda putra-putrinya di Divine World University.

Begitu badan pesawat berbaling-baling ganda itu menyentuh tanah Kamis lalu, terjadilah ledakan. Dengan cepat, api menjalar ke seluruh badan pesawat. Karena badai dan hujan deras yang mengguyur Papua Nugini saat itu, api padam dengan sendirinya. Tapi, polisi dan tim medis serta ambulans terlambat tiba di lokasi. Sebab, badai dan hujan deras membuat provinsi di pesisir utara Papua Nugini itu kebanjiran.

Empat orang yang selamat langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk menjalani perawatan intensif. Dalam keterangan tertulisnya, Maskapai PNG menyatakan bahwa empat korban selamat adalah pilot, kopilot, seorang pramugari dan seorang penumpang. Selain pilot dan kopilot yang berasal dari Australia dan Selandia Baru, para penumpang dan kru pesawat lainnya adalah warga Papua Nugini.

Beberapa saat sebelum kecelakaan terjadi, Kapten Bill Spencer yang memiloti pesawat nahas itu sempat melaporkan situasi darurat. “Saat itu, di lokasi kejadian memang sedang terjadi badai. Cuaca sangat buruk. Pilot sempat mengatakan hendak melakukan pendaratan darurat tapi pesawat malah jatuh dan mesinnya terbakar,” terang Maskapai PNG dalam pernyataan tertulis.
Sebenarnya, Spencer yang saat itu bertugas bersama kopilot Campbell Wagstaff adalah pilot senior. Pria 64 tahun itu sudah menerbangkan berbagai jenis pesawat dalam waktu 45 tahun terakhir.

Selama 35 tahun, dia khusus melayani rute penerbangan di Papua Nugini dengan jenis pesawat yang sama dengan Bombardier Dash 8. Sedangkan, Wagstaff sudah memiliki 2.500 jam terbang.
Meski cuaca buruk diduga kuat sebagai penyebab kecelakaan, Maskapai PNG tetap melakukan investigasi menyeluruh. “Kami akan menyelidiki berbagai faktor penyebab. Seperti faktor cuaca, bahan bakar dan gangguan teknis,” terang maskapai tersebut. Sampai penyelidikan berakhir, Maskapai PNG mengandangkan 11 pesawat Bombardier Dash 8 yang mereka miliki. (ap/afp/hep/ami/jpnn)

Pesawat yang Ditumpangi Jatuh

PAPUA NUGINI-Cuaca buruk membuat pesawat jenis Bombardier Dash 8 milik Maskapai PNG celaka. Kamis lalu (13/10), pesawat yang mengangkut total 32 orang itu jatuh di pesisir sebelah utara Papua Nugini. Akibatnya, 28 orang tewas. Sedangkan, empat lainnya selamat. Hingga kemarin (14/10), proses evakuasi masih berlangsung.

Jubir Komisi Investigasi Kecelakaan Papua Nugini, Sid O’Toole, mengatakan bahwa saat kecelakaan terjadi, pesawat sedang menuju Kota Madang, Provinsi Madang.
“Pesawat yang bertolak dari Kota Lae (Provinsi Morobe) itu jatuh di sebuah hutan terpencil, sekitar 20 kilometer dari Madang,” katanya. Seluruh penumpang adalah orangtua yang hendak menghadiri wisuda putra-putrinya di Divine World University.

Begitu badan pesawat berbaling-baling ganda itu menyentuh tanah Kamis lalu, terjadilah ledakan. Dengan cepat, api menjalar ke seluruh badan pesawat. Karena badai dan hujan deras yang mengguyur Papua Nugini saat itu, api padam dengan sendirinya. Tapi, polisi dan tim medis serta ambulans terlambat tiba di lokasi. Sebab, badai dan hujan deras membuat provinsi di pesisir utara Papua Nugini itu kebanjiran.

Empat orang yang selamat langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk menjalani perawatan intensif. Dalam keterangan tertulisnya, Maskapai PNG menyatakan bahwa empat korban selamat adalah pilot, kopilot, seorang pramugari dan seorang penumpang. Selain pilot dan kopilot yang berasal dari Australia dan Selandia Baru, para penumpang dan kru pesawat lainnya adalah warga Papua Nugini.

Beberapa saat sebelum kecelakaan terjadi, Kapten Bill Spencer yang memiloti pesawat nahas itu sempat melaporkan situasi darurat. “Saat itu, di lokasi kejadian memang sedang terjadi badai. Cuaca sangat buruk. Pilot sempat mengatakan hendak melakukan pendaratan darurat tapi pesawat malah jatuh dan mesinnya terbakar,” terang Maskapai PNG dalam pernyataan tertulis.
Sebenarnya, Spencer yang saat itu bertugas bersama kopilot Campbell Wagstaff adalah pilot senior. Pria 64 tahun itu sudah menerbangkan berbagai jenis pesawat dalam waktu 45 tahun terakhir.

Selama 35 tahun, dia khusus melayani rute penerbangan di Papua Nugini dengan jenis pesawat yang sama dengan Bombardier Dash 8. Sedangkan, Wagstaff sudah memiliki 2.500 jam terbang.
Meski cuaca buruk diduga kuat sebagai penyebab kecelakaan, Maskapai PNG tetap melakukan investigasi menyeluruh. “Kami akan menyelidiki berbagai faktor penyebab. Seperti faktor cuaca, bahan bakar dan gangguan teknis,” terang maskapai tersebut. Sampai penyelidikan berakhir, Maskapai PNG mengandangkan 11 pesawat Bombardier Dash 8 yang mereka miliki. (ap/afp/hep/ami/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/