Pendiri Apple Ikut Antre iPhone 4S
Duduk di sebuah kursi berlengan terbuat dari plastik di depan sebuah Apple Store di Los Gatos, California, pria berbaju putih itu asyik mengecek e-mail lewat iPad putih.
Ditemani sekaleng minuman ringan, sesekali dia melirik ke pintu kaca toko tersebut, menunggu dengan sabar saat-saat pintu dari kaca itu dibuka.
Seperti puluhan orang di tempat tersebut, pria bertubuh gempal itu tengah mengantre untuk bisa membeli produk terbaru Apple, iPhone 4S. Bahkan, dia datang sehari sebelumnya, menginap di sana, agar bisa menjadi pengantre nomor satu.
Di sini ‘anehnya’: sebab, pria tersebut adalah Steve Wozniak, pendiri Apple bersama mendiang Steve Jobs pada 1976. “Saya sebenarnya tinggal menelepon petinggi Apple dan barang bakal dikirim. Tapi, saya ingin merasakan sensasi antre, mendapatkan produk Apple dengan cara yang sama dengan jutaan orang lainnya,” kata Wozniak yang harus sibuk melayani permintaan tanda tangan dan foto bersama para pengantre lainnya itu kepada CNN.
Ya, peluncuran iPhone 4S di tujuh negara -Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Australia, Jepang, dan Kanada- kemarin memang langsung memicu kehebohan. Jutaan orang rela antre berjam-jam di depan berbagai toko Applen
bahkan sampai menginap dengan menggunakan tenda, hanya demi mendapatkan produk pertama Apple yang diluncurkan sepeninggal Jobs yang meninggal pada 5 Oktober lalu itu.
Buntutnya, smartphone yang namanya kerap dipelesetkan sebagai iPhone for Steve itu langsung memecahkan rekor spektakuler. Yakni, terjual lebih dari 1 juta unit dalam 24 jam pertama penjualan, termasuk pre-order.
Antrean panjang setidaknya tampak di Distrik Ginza, Jepang. Demikian juga di New York dan Paris. Di ibu kota Prancis itu pengunjung bahkan datang dari negeri-negeri sekitarnya, seperti Italia, di mana iPhone 4S belum dijual.
Kehebohan tersebut tak terlepas dari faktor Jobs juga. Banyak pembeli ingin membeli iPhone 4S sebagai bentuk penghormatan kepada sang inovator jenius yang meninggal akibat gerogotan kanker pankreas itu.
Sebab, bagi mereka, produk Apple bukan sekadar gadget. Hasil kreasi Jobs dan timnya itu telah memengaruhi kehidupan banyak orang, bahkan mengubah seluruhnya.
“Saya dulu bekerja sebagai pengangkut sampah. Lalu, pada 2009, saya membuat aplikasi iPhone yang diterima Jobs. Aplikasi itu sukses,” ungkap Rob Shoesmith, warga Inggris, yang mengantre di London. “Kalau bukan karena Apple, saya masih keliling mengosongkan sampah di jalan,” tambahnya.
“Rasanya mengagumkan bisa berada di antara ratusan calon pembeli lain. Saya melakukan ini sebagai tribute untuk Steve Jobs. Saya sangat sedih dia meninggal,” ucap Tom Mosca, 15, yang membeli iPhone 4S di salah satu toko Apple di Sydney, Australia, sebagaimana dikutip AFP.
Padahal, saat pertama diperkenalkan sehari sebelum kematian Jobs, banyak yang kecewa. iPhone 4S dianggap tak banyak berbeda dengan pendahulunya, iPhone 4. Dari namanya saja, banyak yang mengasumsikan itu hanya produk ‘setengah-setengah’. Tanpa inovasi baru yang total.
Menjadi semakin parah karena Tim Cook, CEO Apple yang menggantikan kedudukan Jobs, dianggap sangat membosankan dan gayanya tak meyakinkan ketika memperkenalkan iPhone 4S. Sangat berbeda dengan Jobs. Tapi, begitu Jobs meninggal, segera saja tingkat pre-order iPhone meroket.
Kini setelah produk itu resmi berada di tangan pelanggan ternyata banyak yang puas atas keunggulan-keunggulannya. Yang paling mencolok adalah fitur voice recognition yang disebut Siri, sistem penyimpanan data yang lebih komprehensif, serta kamera yang lebih canggih.
“Membeli iPhone 4S itu seperti membeli komputer baru,” kata Kenta Kanazawa, seorang desainer web yang bermukim di Tokyo, Jepang, yang sebelumnya sudah memiliki komputer produk Apple, Mac. “Telepon ini mempermudah pekerjaan saya.”
Dilihat dari rekor hari pertama yang dicatat iPhone 4S, petinggi Apple boleh optimistis tentang prospek perusahaan sepeninggal Jobs. Piper Jaffray, analis di biro pemasaran Gene Munster, memperkirakan iPhone 4S akan terjual 25 juta unit di kuartal baru yang dimulai Oktober ini. Jumlah itu berarti naik tiga juta unit dari jumlah penjualan kuarter sebelumnya yang terakhir dihitung pada September lalu.
Namun, banyak pula yang memprediksi tren tersebut tidak akan bertahan lama. Sebab, seperti disebut tadi, banyak yang membeli semata sebagai tribute kepada Jobs.
“Saya tidur dua hari di depan Apple Store untuk mendapatkan ini. Saya membeli semua generasi iPhone. Tapi, ini adalah produk terakhir yang masih ditangani Steve Jobs,” kata Anton Makhlov, mahasiswa asal San Diego, sebagaimana dikutip Fox News.
Secara umum, Apple memang masih menjadi market leader di kelas smartphone. Tapi, mereka harus ekstrahati-hati karena para pesaing terus gencar mengincar posisi mereka.
Produsen ponsel lainnya, seperti Samsung dan Sony Ericsson, terus mengembangkan smartphone dengan menggunakan sistem Android. Samsung bahkan sudah punya komputer tablet yang juga berbasis Android.
Ancaman juga datang dari Research in Motion (RIM), produsen BlackBerry, yang mengklaim sebagai ponsel pintar paling ramah terhadap office user. Apple sendiri berusaha menjawab tantangan dari pengguna corporate dengan memperbaiki sistem dokumen dan penyimpanan data. (na/c4/ttg/jpnn)