32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Kisruh Mesir Kian Panas

KAIRO-Kekerasan belum berakhir di Mesir. Sejak Senin malam (15/7) sampai kemarin pagi (16/7), para pendukung Muhammad Mursi kembali beradu fisik dengan aparat. Sedikitnya tujuh orang tewas dalam dua bentrokan secara terpisah di Kota Kairo dan Kota Giza. Serangkaian konflik itu juga telah mengakibatkan lebih dari 200 orang terluka.

ISTIRAHAT: Pendukung Muhammad Mursi beristirahat  tenda-tenda  ada  Kairo, kemarin.//MARWAN NAAMANI/ AFP PHOTO
ISTIRAHAT: Pendukung Muhammad Mursi beristirahat di tenda-tenda yang ada di Kairo, kemarin.//MARWAN NAAMANI/ AFP PHOTO

Dalam waktu kurang dari 12 jam, empat insiden pecah di empat lokasi berbeda di ibu kota. ’’Dua orang tewas dalam bentrokan di sekitar kawasan Ramses, dekat Tahrir Square,’’ kata Mohammed Sultan, kepala unit darurat ibu kota. Di Giza, lanjut dia, bentrokan merenggut lima nyawa. Selain menewaskan tujuh orang, rangkaian insiden yang melibatkan massa pro-Mursi dan aparat itu melukai sedikitnya 261 orang.

’’Sampai saat ini, sekitar 124 korban luka masih harus dirawat di rumah sakit,’’ ungkap Khaled al-Khatib, pejabat Kementerian Kesehatan Mesir. Media pemerintah melaporkan, karena bentrokan di ibu kota dan Giza tersebut, sekitar 17 polisi terluka. Terkait dengan rangkaian konflik itu, polisi Mesir sudah menahan sedikitnya 401 orang.

Pertumpahan darah yang masih berlanjut sejak Mursi terguling pada 3 Juli lalu tersebut membuktikan bahwa masyarakat Mesir masih terbelah. Jika militer berusaha membentuk pemerintahan baru dengan lebih dulu menciptakan pemerintahan transisi, kubu Ikhwanul Muslimin justru sebaliknya. Mereka ngotot mendesak militer agar mengembalikan jabatan presiden ke tangan Mursi.

Bentrokan paling anyar pecah saat Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) William ‘Bill’ Burns berkunjung ke Mesir. Aksi itu bermula pada Senin petang. Tepatnya, setelah para pendukung Mursi yang sebagian besar adalah muslim tersebut berbuka puasa. Setelah berbuka puasa, mereka turun ke jalanan ibu kota dan mendesak supaya Mursi kembali menjabat presiden.

Aksi protes yang semula berlangsung damai itu lantas berubah rusuh setelah polisi turun tangan. Itu terjadi karena aparat menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan massa yang memblokade Jembatan 6 Oktober di tengah Kota Kairo. Para pendukung Mursi tersebut kemudian membalas semprotan gas air mata itu dengan lemparan batu. Bentrokan massa dan aparat pun tidak terelakkan.

Karena massa semakin tidak terkendali, aparat pun terpaksa angkat senjata. Mereka menembakkan peluru asli ke arah massa yang mengamuk. Bukan hanya terjadi di ibu kota, tetapi juga di beberapa kota lain di sekitar Kairo. Tujuh nyawa pun melayang. Hingga kemarin, lebih dari 100 orang telah tewas dalam berbagai insiden yang pecah pascakudeta damai.

Dalam kunjungan kali ini, Burns bertemu dengan perwakilan militer dan para petinggi pemerintahan sementara. Tetapi, dia memang tidak menjadwalkan pertemuan dengan kubu pro-Mursi atau tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin. Hingga pejabat tertinggi Negeri Paman Sam itu meninggalkan Mesir kemarin, Ikhwanul Muslimin masih tidak mau bergabung dengan pemerintahan sementara yang dipimpin PM Hazem al-Beblawi. (ap/afp/bbc/hep/c14/dos/jpnn)

KAIRO-Kekerasan belum berakhir di Mesir. Sejak Senin malam (15/7) sampai kemarin pagi (16/7), para pendukung Muhammad Mursi kembali beradu fisik dengan aparat. Sedikitnya tujuh orang tewas dalam dua bentrokan secara terpisah di Kota Kairo dan Kota Giza. Serangkaian konflik itu juga telah mengakibatkan lebih dari 200 orang terluka.

ISTIRAHAT: Pendukung Muhammad Mursi beristirahat  tenda-tenda  ada  Kairo, kemarin.//MARWAN NAAMANI/ AFP PHOTO
ISTIRAHAT: Pendukung Muhammad Mursi beristirahat di tenda-tenda yang ada di Kairo, kemarin.//MARWAN NAAMANI/ AFP PHOTO

Dalam waktu kurang dari 12 jam, empat insiden pecah di empat lokasi berbeda di ibu kota. ’’Dua orang tewas dalam bentrokan di sekitar kawasan Ramses, dekat Tahrir Square,’’ kata Mohammed Sultan, kepala unit darurat ibu kota. Di Giza, lanjut dia, bentrokan merenggut lima nyawa. Selain menewaskan tujuh orang, rangkaian insiden yang melibatkan massa pro-Mursi dan aparat itu melukai sedikitnya 261 orang.

’’Sampai saat ini, sekitar 124 korban luka masih harus dirawat di rumah sakit,’’ ungkap Khaled al-Khatib, pejabat Kementerian Kesehatan Mesir. Media pemerintah melaporkan, karena bentrokan di ibu kota dan Giza tersebut, sekitar 17 polisi terluka. Terkait dengan rangkaian konflik itu, polisi Mesir sudah menahan sedikitnya 401 orang.

Pertumpahan darah yang masih berlanjut sejak Mursi terguling pada 3 Juli lalu tersebut membuktikan bahwa masyarakat Mesir masih terbelah. Jika militer berusaha membentuk pemerintahan baru dengan lebih dulu menciptakan pemerintahan transisi, kubu Ikhwanul Muslimin justru sebaliknya. Mereka ngotot mendesak militer agar mengembalikan jabatan presiden ke tangan Mursi.

Bentrokan paling anyar pecah saat Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) William ‘Bill’ Burns berkunjung ke Mesir. Aksi itu bermula pada Senin petang. Tepatnya, setelah para pendukung Mursi yang sebagian besar adalah muslim tersebut berbuka puasa. Setelah berbuka puasa, mereka turun ke jalanan ibu kota dan mendesak supaya Mursi kembali menjabat presiden.

Aksi protes yang semula berlangsung damai itu lantas berubah rusuh setelah polisi turun tangan. Itu terjadi karena aparat menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan massa yang memblokade Jembatan 6 Oktober di tengah Kota Kairo. Para pendukung Mursi tersebut kemudian membalas semprotan gas air mata itu dengan lemparan batu. Bentrokan massa dan aparat pun tidak terelakkan.

Karena massa semakin tidak terkendali, aparat pun terpaksa angkat senjata. Mereka menembakkan peluru asli ke arah massa yang mengamuk. Bukan hanya terjadi di ibu kota, tetapi juga di beberapa kota lain di sekitar Kairo. Tujuh nyawa pun melayang. Hingga kemarin, lebih dari 100 orang telah tewas dalam berbagai insiden yang pecah pascakudeta damai.

Dalam kunjungan kali ini, Burns bertemu dengan perwakilan militer dan para petinggi pemerintahan sementara. Tetapi, dia memang tidak menjadwalkan pertemuan dengan kubu pro-Mursi atau tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin. Hingga pejabat tertinggi Negeri Paman Sam itu meninggalkan Mesir kemarin, Ikhwanul Muslimin masih tidak mau bergabung dengan pemerintahan sementara yang dipimpin PM Hazem al-Beblawi. (ap/afp/bbc/hep/c14/dos/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/