RAMALLAH- Di tengah tekanan Israel dan ancaman Amerika Serikat untuk memveto usulan Palestina untuk mengajukan status kenegaraan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden Mahmoud Abbas tetap bergeming. Sementara sejumlah negara khawatir akan dampak negatif veto AS terhadap usulan tersebut.
“Meski berbagai tekanan kami hadapi, Palestina akan tetap maju untuk mengajukan permohonan menjadi anggota penuh PBB, pekan depan,” ujar Abbas kepada televisi Mesir. Menurutnya, pendekatan terhadap PBB untuk mengajukan status keanggotaan penuh sudah harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Namun, Amerika Serikat mengancam untuk memveto langkah tersebut jika nantinya dibahas dalam Dewan Keamanan PBB.
Washington menyatakan, keputusan itu akan mengganggu proses negosiasi damai dan negara Palestina hanya bisa berdiri melalui kesepakatan dengan Israel.
“Usulan (status kenegaraan) itu malah akan menjauhkan kedua belah pihak. Tidak akan mendekatkan Palestina untuk mendapatkan status kenegaraannya. Dan kami yakin langkah tersebut kontraproduktif terhadap tujuan awal,” jelas Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney.
“Pendekatan yang kami (AS) pilih bertujuan untuk mencapai cita-cita utama Palestina. Dan satu-satunya jalan untuk mencapai tujuan itu adalah melalui negosiasi langsung dengan Israel,” tandasnya.
Media Tiongkok memperingatkan kemungkinan timbulnya ketegangan politik baru di Timur Tengah jika AS menggunakan hak vetonya untuk menjegal usulan Palestina tersebut.
“Jika AS memilih untuk melawan opini dunia dan memveto upaya Palestina guna mendapatkan status kenegaraannya pekan depan, tidak hanya berakibat pada semakin terisolasinya Israel, namun juga munculnya konflik politik di wilayah Timur Tengah,” tulis China Daily.
“Mayoritas komunitas internasional sepakat dengan negara Palestina yang merdeka,” tulis harian berbahasa Inggris itu mencerminkan sikap Beijing terhadap isu tersebut.
Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki kepada wartawan asing menegaskan bahwa Palestina, sama sekali, tidak ingin mencari permusuhan. Namun, sikap AS menempatkan mereka pada posisi berlawanan dengan opini dunia. Selain itu, keputusan untuk memveto usulan Palestina akan memunculkan pertanyaan pada kredibilitas Amerika itu sendiri.
“Saya tidak tahu apa artinya sikap AS di PBB dan di depan negara lain di dunia,” katanya.
Meski demikian, menurutnya, Palestina tetap membuka pintu untuk kompromi. Malki menyatakan, Palestina tetap bersedia mendengar masukan dari Amerika. Dan di New York, Duta Besar Palestina di PBB, Riyad Mansour menyatakan, keputusan akhir untuk mengajukan pengakuan di Dewan Keamanan, atau mengambil langkah lebih lunak, belum diputuskan.
“Keputusan akhir akan diambil beberapa hari ke depan. Dan keputusan itu yang akan kami bawa ke PBB, 23 September nanti,” ujar Mansour.
Rencana pengajuan status kenggotaan penuh PBB oleh Palestina muncul selang hampir setahun setelah negosiasi damai dengan Israel berjalan. Keputusan tersebut diambil otoritas Palestina sebagai respons meluasnya pembangunan permukiman Yahudi oleh Israel di Tepi Barat. (cak/ami/jpnn)