Libya dan Yaman Masih Bergolak, 30 Tewas
TOBRUK – Pasukan anti pemerintah Libya semakin terdesak. Peperangan di Ajdabiya terus menguras kekuatan mereka dan pasukan loyalis Muammar Kadhafi dilaporkan terus bergerak menuju benteng terakhir kelompok oposisi di Benghazi. Bahkan, di Tripoli 30 orang warga sipil tewas. Sedangkan di Yaman, pasukan pemerintah terus menembaki kelompok oposisi.
Sebanyak 30 warga sipil yang menjadi menjadi korban dalam baku tembak antara pasukan Kadhafi dan pendemo di Ajdabiyah. Korban terdiri dari wanita, anak-anak dan orang tua. Demikian dilaporkan Al Arabiya TV dan dikutip Reuters, Kamis (17/3). “Saya berada di rumah sakit dan melihat 30 perempuan meninggal, anak-anak dan orang tua. Mereka semua warga sipil, bukan pemberontak,” ujar Abdel Bari Zewi, seorang saksi mata.
Zewi menambahkan, ia juga menyaksikan ada sekitar 100 orang yang dirawat di rumah sakit. “Pasukan Khadafi telah mengelilingi Ajdabiyah dari segala arah dan ada pertempuran sengit antara demonstran dan brigade Khadafi di arah timur dan selatan,” ucap Juru Bicara kelompok oposisi Mustafa Gheriani menyatakan pasukan pemerintah akan menghadapi perlawanan mati-matian jika mencoba mengambil alih Benghazi. Dia juga menegaskan bahwa pasukan di kota tersebut telah dipersenjatai dengan kekuatan penuh.
Gheriani juga berharap Dewan Keamanan PBB segera memutuskan untuk membantu oposisi dalam rapat yang akan diputuskan Kamis malam (17/3) waktu setempat. Seorang penduduk Ajdabiya menyatakan pasukan Kadhafi menyerang pasukan oposisi melalui darat dan udara. Perang berlangsung berjam-jam.
BBC melansir tentara oposisi telah mengerahkan tank, artileri, dan helikopter, untuk kali pertama, guna mematahkan perlawanan tentara pro-Kadhafi. Kota tersebut merupakan lapisan terakhir pertahanan pejuang oposisi sebelum benteng utama mereka di Benghazi.
Agence France-Presse melansir bahwa mereka berhasil menembak jatuh setidaknya satu pesawat militer pemerintah saat akan menjatuhkan bom di Kota Benghazi. Pasukan Kadhadi mengklaim telah mengambil alih Ajdabiya dan menegaskan bahwa Benghazi adalah target berikutnya. “Malam ini, kalian diperintahkan untuk mengangkat senjata dan besok akan berperang,” tambahnya ditujukan kepada kelompok pemuda dari Misrata loyalis Kadhafi.
Namun kemarin malam (17/3) tentara oposisi membantah bahwa pasukan pemerintah telah mengambil alih kontrol di Misrata. Juru bicara oposisi juga menyatakan bahwa 18 orang tewas dalam perang sengit sehari sebelumnya.
Selasa (15/3) lalu, televisi nasional mengabarkan bahwa tentara pemerintah tengah bergerak menuju Benghazi. Kemudian Rabu (16/3) putra Kadhafi, Seif al Islam, memprediksi bahwa peperangan akan diselesaikan dalam waktu 48 jam.
Namun seorang juru bicara oposisi di Misrata, yang berjarak 150 kilometer dari Tripoli, menyatakan bahwa pasukan oposisi berhasil memukul mundur pasukan Khadafi. Empat orang tewas dan 10 lainnya terluka dalam peperangan tersebut. Sementara di Zintan, kota pertama di barat yang dikuasai oposisi, seorang saksi menyatakan bahwa peperangan baru dimulai.
Menuju ke timur, sejumlah saksi di Kota Ajdabiya menuturkan, peperangan masih berlangsung. Padahal sumber di internal pemerintah menyatakan bahwa Ajdabiya telah jatuh ke tangan pasukan pro Kadhafi. Seorang dokter, melalui telepon kepada AFP menjelaskan, peperangan sengit masih terjadi di Ajdabiya yang juga pintu masuk ke Kota Tobruk dan perbatasan Mesir tersebut. Dalam wawancara dengan televisi Russia Today yang disiarkan Rabu malam (17/3) Kadhafi sesumbar bahwa Benghazi akan jatuh ke tangan pemerintah Tripoli tanpa harus mengerahkan kekuatan militer. “Penduduk setempatlah yang akan mengusir bandit-bandit itu,” jelasnya.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki moon menyerukan kedua belah pihak di Libya untuk melakukan gencatan senjata. Juru Bicara PBB Martin Nesirky menyatakan bahwa Ban sangat prihatin dengan meningkatnya serangan militer pemerintah yang akan menyerang Kota Benghazi.
“Perintah untuk membombardir wilayah pusat urban (Benghazi) akan membahayakan nyawa warga sipil,” terang Nesirky. “Sekjen (PBB) mendesak semua pihak yang terlibat konflik untuk melakukan gencatan senjata segera,” tambahnya.
Di Yaman konflik pro demokrasi dan pro pemerintah belum reda. Sehari setelah bentrok aparat dan demonstran di Kota Al-Hudaida, Rabu (16/3), ketegangan masih terus terjadi di ibu kota, Kamis (17/3), sekelompok pemuda pro pemerintah menyerang tenda-tenda yang menjadi markas aktivis anti pemerintah di Kota Sanaa.
Akibat serangan tiba-tiba itu, sedikitnya delapan orang terluka. ‘Dua diantaranya menderita luka tembak. Tapi, kondisinya berangsur stabil,” kata Mohammad al-Abahi, salah satu dokter yang berjaga di rumah sakit darurat di kamp prodemokrasi tersebut, kepada Associated Press. Sedangkan, enam korban lainnya menderita sesak napas akibat semprotan gas air mata aparat. (hep/cak/dos/jpnn)