Di Yaman Usai Salat Jumat 41 Tewas Ditembaki Polisi
BENGHAZI – Pemerintah Libya mengumumkan gencatan senjata atau menghentikan peperangan bersenjata, hal ini setelah Dewan Keamanan PBB menyetujui pemberlakuan zona larangan terbang dan mengizinkan opsi militer menghentikan aksi pasukan pro pemerintah.
Pemerintah Kondisi berbeda terjadi di Yaman, pasca Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh mengumumkan status darurat nasional seperti dikutip, AFP, Jumat (18/3). Sedikit 41 orang tewas ditembaki polisi dan pasukan pro Saleh seusai salat Jumat Alun-alun Taghyeer sesaat menggelar aksi unjuk rasa.
“Libya telah memutuskan untuk melakukan gencatan senjata dan segera menghentikan semua operasi militer,” tegas Menteri Luar Negeri, Moussa Koussa saat menggelar jumpa pers, Jumat(18/3).
Dia menyatakan, keputusan tersebut diambil karena Libya adalah anggota PBB dan wajib menerima resolusi Dewan Keamanan PBB.
Resolusi DK PBB tersebut disetujui Kamis (17/3) malam waktu setempat dengan dukungan Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris. Presiden AS Barack Obama menelepon pemimpin negara Inggris dan Prancis setelah keputusan tersebut diambil.
Pejabat AS yang berbicara setelah pertemuan tertutup di Kongres menyatakan, upaya untuk menghentikan angkatan udara Libya bisa dimulai besok (20/3) atau Senin (21/3) dengan menggunakan jet tempur, pesawat pengebom, dan pengintai.
Keputusan ini menguntungkan bagi kelompok oposisi Libya tersebut diambil selang beberapa jam setelah Kadhafi menyatakan akan melancarkan serangan terakhirnya untuk mengambil alih kembali kontrol atas kekuasaannya.
Para ahli militer memperingatkan bahwa konsekuensi dari resolusi tersebut tidak bisa diprediksi. Mantan Panglima Militer Inggris Raya, Richard Dannatt mengingatkan bahwa operasi militer harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan terencana. “Supaya kita tidak terjebak dalam situasi seperti yang terjadi di Iraq karena tidak mempunyai rencana B (alternatif) setelah operasi militer dilaksanakan,” terangnya.
Putra Kadhafi, Seif al-Islam Kadhafi menyatakan bahwa rezim ayahnya siap menghadapi apapun yang terjadi.
“Kami tidak akan takut. Ayolah! Kami tidak akan takut. Saya katakan, kalian (Barat) tidak akan membantu rakyat Libya dengan cara membom Libya, membunuh rakyat Libya. Kalian menghancurkan negara kami. Siapapun tidak menyukainya,” tandas putra sang Kolonel itu. Seif membantah pasukan Libya membunuh rakyat sipil saat berperang.
Di Yaman, saksi mata mengatakan pasuka pro-Saleh melancarkan tembakan ke arah pemrotes dari atas atap yang berdekatan dengan Universitas Sanaa.
Dilaporkan polisi juga turut menembaki demonstran. Pihak medis mengatakan, sedikitnya 41 orang tewas dan sejumlah orang terluka bersimbah darah dalam peristiwa itu. (cak/ami/jpnn)