29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Radiasi Tinggi, Robot Ditugasi Jadi Operator

Melihat Deteksi Radio Aktif PLTN Fukushima

Deteksi tingkat radioaktif di sekitar PLTN Fukushima kini lebih mudah dengan menggunakan robot. Senin (18/4) robot yang membantu pekerjaan perusahaan operator Tepco tersebut, mendeteksi adanya radiasi tinggi dan tetap membahayakan bagi pekerja untuk masuk ke bangunan reaktor.

Seperti dilansir AP, untuk kali pertama sejak sebulan lebih krisis nuklir akibat gempa terjadi, sebuah robot dimasukkan ke dalam bangunan reaktor untuk menghitung tingkat radiasi di dalam PLTN. Hasilnya, terdeteksi tingkat radiasi yang dinilai masih membahayakan lingkungan.

Badan pengawas nuklir Jepang menyatakan, radiasi di reaktor 1 dan 3 di PLTN Fukushima Daiichi sama dengan prediksi Tepco. Data tersebut tidak mengubah skenario dalam peta jalan menuju stabilisasi PLTN yang direncanakan memakan waktu 6-9 bulan.

Meningkatnya frustasi masyrakat atas lambannya respon dalam penanganan bencana tsunami, gempa bumi, dan krisis nuklir, parlemen Jepang, secara keras, memperingatkan pemerintah dan perusahaan operator PLTN, Tepco. “Anda harus menundukkan kepala dan meminta maaf. Jelas sekali bahwa anda tidak mempunyai kepemimpinan,” teriak seorang anggota parlemen oposisi dari Partai Demokratik Liberal Masashi Waki kepada Naoto Kan.

“Saya sungguh-sungguh memohon maaf atas semua yang telah terjadi,” ujar Kan, menekankan bahwa pemerintah sudah melakukan yang terbaik untuk mengatasi dampak bencana tersebut.

Presiden TEPCO, Masataka Shimizu, yang baru saja pulih dari sakit terlihat tenang saat sejumlah anggota dewan mengecam dan mencomooh hasil kerjanya selama lebih dari sebulan.

Sejak terjadi ledakan di PLTN Daiichi, para pekerja sama sekali belum masuk ke dalam dua reaktor yang mengalami kerusakan pada sistem pendinginnya itu. Ledakan hidrogen di kedua bangunan tersebut menghancurkan atapnya dan mengotorinya dengan serpihan radioaktif.

Robot yang dijuluki Packbot tersebut dimasukkan ke dua bangunan reaktor yang rusak Minggu (17/4) untuk memperoleh data temperatur, tekanan, dan tingkat radioaktif. Hidehiko Nishiyama dari Badan Keamanan Nuklir dan Industri Jepang menyatakan, lebih banyak data masih harus dikumpulkan dan tingkat radioaktif dikurangi sebelum para pekerja diperbolehkan masuk ke dalam reaktor.

“Kondisi saat ini masih dalam tingkat membahayakan bagi para pekerja untuk masuk (ke dalam bangunan reaktor yang rusak),” terang Nishiyama.

Meski demikian otoritas nuklir memastikan bahwa tingkat radioaktif tersebut tidak akan mengganggu rencana penutupan PLTN dalam waktu 6-9 bulan ke depan, seperti rencana awal. Justru, informasi terbaru itu akan banyak membantu Tepco memikirkan jalan keluar untuk menyesuaikan dengan rencana tersebut.

“Kami telah memperkirakan tingginya tingkat radiasi di dalam bangunan reaktor,” Menteri Sekretaris Kabinet Yukio Edano. “Bahkan saya sudah memperkirakan tingginya tingkat radioaktif di sekitar lokasi. Saya yakin TEPCO dan ahli lainnya telah memikirkannya saat menyusun peta jalan penyelesaian krisis nuklir Fukushima tersebut,” terangnya.
Pejabat Tepco Takeshi Makigami mengatakan, Packbot harus mampu membukakan jalan bagi para pekerja untuk kembali masuk ke dalam bangunan. “Kemampuan robot sangat terbatas. Jadi akhirnya, manusia juga yang harus masuk ke dalam bangunan (reaktor),” terang Makigami. (cak/jpnn)

Melihat Deteksi Radio Aktif PLTN Fukushima

Deteksi tingkat radioaktif di sekitar PLTN Fukushima kini lebih mudah dengan menggunakan robot. Senin (18/4) robot yang membantu pekerjaan perusahaan operator Tepco tersebut, mendeteksi adanya radiasi tinggi dan tetap membahayakan bagi pekerja untuk masuk ke bangunan reaktor.

Seperti dilansir AP, untuk kali pertama sejak sebulan lebih krisis nuklir akibat gempa terjadi, sebuah robot dimasukkan ke dalam bangunan reaktor untuk menghitung tingkat radiasi di dalam PLTN. Hasilnya, terdeteksi tingkat radiasi yang dinilai masih membahayakan lingkungan.

Badan pengawas nuklir Jepang menyatakan, radiasi di reaktor 1 dan 3 di PLTN Fukushima Daiichi sama dengan prediksi Tepco. Data tersebut tidak mengubah skenario dalam peta jalan menuju stabilisasi PLTN yang direncanakan memakan waktu 6-9 bulan.

Meningkatnya frustasi masyrakat atas lambannya respon dalam penanganan bencana tsunami, gempa bumi, dan krisis nuklir, parlemen Jepang, secara keras, memperingatkan pemerintah dan perusahaan operator PLTN, Tepco. “Anda harus menundukkan kepala dan meminta maaf. Jelas sekali bahwa anda tidak mempunyai kepemimpinan,” teriak seorang anggota parlemen oposisi dari Partai Demokratik Liberal Masashi Waki kepada Naoto Kan.

“Saya sungguh-sungguh memohon maaf atas semua yang telah terjadi,” ujar Kan, menekankan bahwa pemerintah sudah melakukan yang terbaik untuk mengatasi dampak bencana tersebut.

Presiden TEPCO, Masataka Shimizu, yang baru saja pulih dari sakit terlihat tenang saat sejumlah anggota dewan mengecam dan mencomooh hasil kerjanya selama lebih dari sebulan.

Sejak terjadi ledakan di PLTN Daiichi, para pekerja sama sekali belum masuk ke dalam dua reaktor yang mengalami kerusakan pada sistem pendinginnya itu. Ledakan hidrogen di kedua bangunan tersebut menghancurkan atapnya dan mengotorinya dengan serpihan radioaktif.

Robot yang dijuluki Packbot tersebut dimasukkan ke dua bangunan reaktor yang rusak Minggu (17/4) untuk memperoleh data temperatur, tekanan, dan tingkat radioaktif. Hidehiko Nishiyama dari Badan Keamanan Nuklir dan Industri Jepang menyatakan, lebih banyak data masih harus dikumpulkan dan tingkat radioaktif dikurangi sebelum para pekerja diperbolehkan masuk ke dalam reaktor.

“Kondisi saat ini masih dalam tingkat membahayakan bagi para pekerja untuk masuk (ke dalam bangunan reaktor yang rusak),” terang Nishiyama.

Meski demikian otoritas nuklir memastikan bahwa tingkat radioaktif tersebut tidak akan mengganggu rencana penutupan PLTN dalam waktu 6-9 bulan ke depan, seperti rencana awal. Justru, informasi terbaru itu akan banyak membantu Tepco memikirkan jalan keluar untuk menyesuaikan dengan rencana tersebut.

“Kami telah memperkirakan tingginya tingkat radiasi di dalam bangunan reaktor,” Menteri Sekretaris Kabinet Yukio Edano. “Bahkan saya sudah memperkirakan tingginya tingkat radioaktif di sekitar lokasi. Saya yakin TEPCO dan ahli lainnya telah memikirkannya saat menyusun peta jalan penyelesaian krisis nuklir Fukushima tersebut,” terangnya.
Pejabat Tepco Takeshi Makigami mengatakan, Packbot harus mampu membukakan jalan bagi para pekerja untuk kembali masuk ke dalam bangunan. “Kemampuan robot sangat terbatas. Jadi akhirnya, manusia juga yang harus masuk ke dalam bangunan (reaktor),” terang Makigami. (cak/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/