25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pemanasan lewat Golden Gate lalu Nonton Etape Time Trial

Setelah segala persiapan, Jumat lalu (17/5) rombongan Jawa Pos Cycling mulai bersepeda di California, plus merasakan atmosfer lombanya. Rute pemanasannya melintasi jalur turis, melintasi jembatan Golden Gate, dari San Francisco ke Tiburon.

Catatan:  AZRUL ANANDA & YUDY HANANTA, San Francisco

CHEERS: Para peserta Jawa Pos Cycling berpose bersama  depan Golden Gate Bridge sebelum berangkat dari San Francisco  Tiburon, Jumat (17/5).//Dipta Wahyu/Jawa Pos/jpnn
CHEERS: Para peserta Jawa Pos Cycling berpose bersama di depan Golden Gate Bridge sebelum berangkat dari San Francisco ke Tiburon, Jumat (17/5).//Dipta Wahyu/Jawa Pos/jpnn

AKHIRNYA! Bersepeda di Amerika Serikat dan merasakan atmosfer Tour of California di kawasan utara negara bagian tersebut.
Setelah beberapa hari jalan-jalan, setelah setengah hari menyetel dan menyiapkan sepeda, akhirnya 17 cyclist Indonesia bisa melakukan apa yang selama ini jadi keinginan: Bersepeda.

Jumat pagi lalu (17/5) rombongan dijemput oleh tim Cannondale Tours (Duvine) di Hotel Hilton Union Square, San Francisco. Seluruh bagasi diangkut, dan tim diboyong dengan dua van menuju Sports Basement di kawasan Presidio. Ke tempat di mana sepeda-sepeda Cannondale SuperSix Evo telah siap untuk dikendarai.

Instruksi penjemputan jelas: Ketika dijemput, semua sudah harus siap, dan sudah harus mengenakan jersey dan bibshort serta membawa seluruh perlengkapan bersepeda.Pagi itu, semua berseragam sama, mengenakan jersey bercorak koran Jawa Pos.

Begitu tiba sekitar pukul 08.15 semua langsung menuju ke bagian komunitas Sports Basement untuk mengecek sepeda masing-masing. Benar saja, semua sudah berjajar rapi, siap ditunggangi.

Lyne Bessette, mantan juara nasional Kanada yang menjadi guide, meminta kita semua segera keluar dari ruangan dan menjajal sepeda di area parkir yang begitu luas. Satu per satu keluar dengan sepeda masing-masing. Melakukan setelan-setelan akhir, menyinkronisasikan komputer GPS, dan sebagainya.

Tidak lama, sekitar 30 menit kemudian, semua sudah siap berangkat. Sebelum berangkat, rombongan menjalani briefing, lalu berpose dulu bersama para guide. Selain Bessette, ada pula Ryan Fowler yang ikut bersepeda, serta Jen Slowey yang mengendarai mobil support.

Dipta Wahyu, fotografer Jawa Pos, ikut mobil bersama Slowey, ‘’mencegat’’ para cyclist di tempat-tempat tertentu. Posenya penting (dan historis bagi para peserta). Sebab, Sports Basement berada di kawasan kaki jembatan Golden Gate. Jadi, ketika foto, latar belakangnya adalah jembatan legendaris, yang dibangun pada 1937 tersebut.

Setelah berdoa bersama dipimpin Khoiri Soetomo, rombongan pun beriringan keluar dari kawasan parkir. Dan rute ‘’pemanasan’’ ini sederhana, tapi diwarnai pemandangan-pemandangan kondang. ‘’Tidak sampai sepuluh menit kita sudah akan mencapai jembatan Golden Gate, lalu melintasinya. Kita kemudian terus bersepeda ke arah (kota) Tiburon. Kita akan makan siang di sana, lalu naik mobil ke San Jose untuk menyaksikan bagian akhir etape Time Trial (Tour of California),’’jelas Bessette saat briefing sebelum berangkat.

Bessette juga mengingatkan, biasanya rombongan bersepeda rapi berjajar dua-dua. Tapi di jalur-jalur khusus harus tertib berurutan satu-satu.
Rute hari itu tidaklah panjang. Total hanya 32 kilometer. Hanya ada beberapa tanjakan pendek, khususnya saat naik ke jembatan Golden Gate. Kecepatan pun relatif pelan-pelan.

Sekali lagi, ini rute pemanasan. Semua masih membiasakan diri dengan sepeda masing-masing, serta membiasakan diri dengan cuaca. Pagi itu suhu udara memang relatif dingin, sekitar 18 derajat Celcius. Cahaya matahari mampu memberi kehangatan tapi angin kencang membuat badan gemetaran.
Hampir semua peserta membawa wind breaker (jaket tipis penahan angin) di kantong belakang. Tapi setelah hanya beberapa kilometer, tidak sedikit yang langsung memutuskan untuk memakainya.

Angin paling terasa saat melintasi Golden Gate di jalur sisi barat, di jalur khusus sepeda dan pedestrian.

Rombongan sendiri sempat terpecah-pecah. Bukan karena tidak kuat. Tapi karena banyak yang suka berhenti, foto-foto di sepanjang rute. Maklum, di background ada Golden Gate, ada juga pulau tempat berdirinya penjara Alcatraz.

Rudi Sudarso dan Edwin Djunaedhy Rachman, misalnya, sempat berhenti di jalanan turun setelah melintasi Golden Gate. ‘’Kita di kaki jembatan. Kapan lagi kita di kaki Golden Gate,’’ucap Edwin. ‘’Dulu saya pernah ke sini, tapi hanya mengikuti rute turis. Menyeberang dan foto-foto di tempat turis,’’ akunya.
Setelah menyeberangi jembatan, rombongan memasuki Marin County, menuju kota kecil yang indah bernama Sausalito. Lalu terus bersepeda, menanjaki bukit menuju kota Tiburon. Diambil dari kata bahasa Spanyol ‘’Tiburon’’ artinya ikan hiu.

Ketika di tanjakan ringan menuju Tiburon, sepanjang sekitar 15 kilometer, Bessette ‘’melepas’’ para peserta. Bagi yang mau melaju kencang diberi kebebasan. Nanti ada mobil van yang sudah menunggu di downtown Tiburon.

Kontan saja para peserta mengayuh sepeda sekuat mungkin. Setengah balapan. Tanjakan yang tidak terlalu curam (hanya 2-3 persen) membuat semua masih mampu melaju mendekati 30 km/jam. Ketika menurun 50 km/jam pun tercapai. Hanya belok-beloknya harus hati-hati karena cukup tajam dan jalan cenderung berpasir.

Kadang, para peserta lupa kalau di Amerika mobil itu setir kiri, dan semua berada di lajur kanan. Beberapa peserta sempat mengamil lajur kiri dan baru sadar ketika ada mobil melaju dari arah berlawanan.

Sebelum ‘’dilepas’’itu, Bessette juga beberapa kali mengingatkan untuk tertib berlalu lintas, berhenti ketika lampu merah. Tidak terasa, 32 kilometer ditempuh. Sekitar pukul 11.30 rombongan sudah sampai downtown Tiburon. Semua berkumpul di Sam’s Anchor Bar. Di restoran yang menghadap ke laut tersebut semua menikmati hidangan makan siang.

Selesai makan siang, sekitar pukul 13.00, rombongan langsung naik van lagi. Semua sepeda sudah rapi tertata di atas kedua mobil van. Tujuan: San Jose (perjalanan sekitar dua jam). Di sana rombongan diajak menyaksikan jam terakhir etape keenam Tour of California. Yaitu etape individual time trial (ITT) dengan panjang 31,6 kilometer.

Etape ITT ini unik. Karena selama hampir 30 km jalannya ‘standar’. Pembalap melaju secepat mungkin satu per satu mencoba mencapai finis tercepat menggunakan sepeda-sepeda khusus TT yang aerodinamis.

Nah, hampir 3 km terakhir adalah tanjakan yang tergolong curam, dengan kemiringan 10 persen atau lebih. Rombongan diantar ke kawasan penonton yang letaknya di kaki tanjakan. Kedatangan pun pas, sekitar pukul 2.45, ketika para jagoan mulai melintas. Etape ITT memang diatur sedemikian rupa sehingga para pembalap yang berada di puncak klasemen general classification (GC) turun paling akhir. Jadi, siapa pun pemakai yellow jersey, dialah yang terakhir turun ke lintasan.

Di kaki tanjakan itu cukup banyak orang dengan sabar menunggu para pembalap lewat, lalu menyoraki semuanya untuk terus melaju secepat mungkin. Di situ ada sebuah karavan resmi Tour of California yang berjualan merchandise resmi.

Ternyata harga merchandise-nya lumayan mahal. Selembar jersey resmi lomba harganya USD 95 atau hampir Rp 1 juta! Pilihannya replika yellow jersey, green sprinter jersey, atau putih-biru limited edition mengenang lomba edisi 2013.

Tahun lalu, saat mengikuti rute Tour de France kami memborong replika yellow jersey untuk teman-teman di Indonesia. Kali ini kami memilih berpikir dulu. He he he. Mahal oy!

Bersama Lyne, rombongan lantas berjalan naik ke atas. Tanjakan itu benar-benar curam. Pada bagian tempat kami berhenti mungkin kemiringannya lebih dari 10 persen. Pas di tempat kami berhenti, para unggulan mulai bermunculan. Sejumlah bintang besar tampak santai menuruni tanjakan setelah menyelesaikan etape tersebut. Terlihat di antaranya Jens Voigt dan Andy Schleck, bintang RadioShack-Leopard.

Tidak lama kemudian, pembalap-pembalap pemimpin lomba muncul. Ada Michael Rogers (Saxo-Tinkoff) yang di kaki tanjakan memutuskan ganti sepeda dari TT ke road bike biasa supaya menanjak bisa lebih cepat.

Terakhir, mengenakan yellow jersey, muncul Tejay van Garderen (BMC). Van Garderen, bintang muda Amerika, tampak sangat percaya diri dengan kemampuan sendiri, memilih tidak ganti sepeda.

Benar saja, tidak lama kemudian, Van Garderen diumumkan sebagai pemenang etape TT tersebut. Mengukuhkan posisi sebagai kandidat utama juara Tour of California 2013.

Saat menonton itu Khoiri Soetomo mendapatkan ‘’suvenir’’ idaman penonton balap sepeda. Mendapatkan bidon (botol minum) kosong yang dilemparkan oleh para pembalap ke sisi jalan.

Begitu etape ini berakhir rombongan langsung berjalan turun kembali ke mobil van. Perjalanan berlanjut ke penginapan di San Jose.
Sebagai tur VIP, hotel-hotel yang diinapi rombongan bakal istimewa. Di San Jose, rombongan menginap di Hotel Valencia yang terletak di kawasan perbelanjaan supermewah, Santana Row.

Di restoran hotel mewah itu pula Cannondale Tours menjamu makan malam resmi bersama semua peserta. Para guide juga kembali melakukan briefing, menjelaskan program hari-hari selanjutnya. Sebagai balasan, rombongan yang mengenakan batik— balik memberi kenang-kenangan kepada para guide berupa kain batik atau suvenir tradisional Indonesia yang lain.

Pukul 21.30 semua peserta kembali ke kamar masing-masing untuk memaksimalkan istirahat. Pasalnya, hari kedua bersepeda, Sabtu (18/5) adalah hari terberat.

Berangkat pagi-pagi pukul 07.30, rombongan check out dari hotel dan menuju kota lain bernama Livermore. Di sana para cyclist akan ditantang untuk mendaki medan terberat Tour of  California 2013: Mount Diablo. Kata ‘’Diablo’’ itu bahasa Spanyol, artinya ‘’Setan’’. Jadi, kita akan diajak mendaki Gunung Setan di pagi hari sebelum para pembalap profesional melintas.

Begitu sampai di puncak, para cyclist nantinya akan berbalik arah dan menuruni rute. Lalu berhenti di titik yang sudah disiapkan untuk piknik makan siang serta menikmati kawasan tempat tim-tim peserta memarkir bus dan kendaraannya.

Menurut penjelasan Fowler dan Bessette, tanjakannya bakal sangat berat. Ada bagian yang kesannya datar, padahal itu ‘’false flat’’ alias datar yang menipu alias tetap menanjak!

Semula rombongan akan berangkat pukul 08.00. Tapi akhirnya minta dipercepat supaya bisa lebih ‘’menikmati’’ siksaan Mount Diablo sebagai bonus, suhu udara diprediksi lebih ‘’hangat’’. Tapi anginnya bakal ‘’menyenangkan’’.

‘’Tampaknya kita bakal beruntung karena kita akan terus melawan angin saat menuju Mount Diablo. Kadang angin kencang juga akan menerjang dari samping,’’ungkap Fowler. (bersambung)

Setelah segala persiapan, Jumat lalu (17/5) rombongan Jawa Pos Cycling mulai bersepeda di California, plus merasakan atmosfer lombanya. Rute pemanasannya melintasi jalur turis, melintasi jembatan Golden Gate, dari San Francisco ke Tiburon.

Catatan:  AZRUL ANANDA & YUDY HANANTA, San Francisco

CHEERS: Para peserta Jawa Pos Cycling berpose bersama  depan Golden Gate Bridge sebelum berangkat dari San Francisco  Tiburon, Jumat (17/5).//Dipta Wahyu/Jawa Pos/jpnn
CHEERS: Para peserta Jawa Pos Cycling berpose bersama di depan Golden Gate Bridge sebelum berangkat dari San Francisco ke Tiburon, Jumat (17/5).//Dipta Wahyu/Jawa Pos/jpnn

AKHIRNYA! Bersepeda di Amerika Serikat dan merasakan atmosfer Tour of California di kawasan utara negara bagian tersebut.
Setelah beberapa hari jalan-jalan, setelah setengah hari menyetel dan menyiapkan sepeda, akhirnya 17 cyclist Indonesia bisa melakukan apa yang selama ini jadi keinginan: Bersepeda.

Jumat pagi lalu (17/5) rombongan dijemput oleh tim Cannondale Tours (Duvine) di Hotel Hilton Union Square, San Francisco. Seluruh bagasi diangkut, dan tim diboyong dengan dua van menuju Sports Basement di kawasan Presidio. Ke tempat di mana sepeda-sepeda Cannondale SuperSix Evo telah siap untuk dikendarai.

Instruksi penjemputan jelas: Ketika dijemput, semua sudah harus siap, dan sudah harus mengenakan jersey dan bibshort serta membawa seluruh perlengkapan bersepeda.Pagi itu, semua berseragam sama, mengenakan jersey bercorak koran Jawa Pos.

Begitu tiba sekitar pukul 08.15 semua langsung menuju ke bagian komunitas Sports Basement untuk mengecek sepeda masing-masing. Benar saja, semua sudah berjajar rapi, siap ditunggangi.

Lyne Bessette, mantan juara nasional Kanada yang menjadi guide, meminta kita semua segera keluar dari ruangan dan menjajal sepeda di area parkir yang begitu luas. Satu per satu keluar dengan sepeda masing-masing. Melakukan setelan-setelan akhir, menyinkronisasikan komputer GPS, dan sebagainya.

Tidak lama, sekitar 30 menit kemudian, semua sudah siap berangkat. Sebelum berangkat, rombongan menjalani briefing, lalu berpose dulu bersama para guide. Selain Bessette, ada pula Ryan Fowler yang ikut bersepeda, serta Jen Slowey yang mengendarai mobil support.

Dipta Wahyu, fotografer Jawa Pos, ikut mobil bersama Slowey, ‘’mencegat’’ para cyclist di tempat-tempat tertentu. Posenya penting (dan historis bagi para peserta). Sebab, Sports Basement berada di kawasan kaki jembatan Golden Gate. Jadi, ketika foto, latar belakangnya adalah jembatan legendaris, yang dibangun pada 1937 tersebut.

Setelah berdoa bersama dipimpin Khoiri Soetomo, rombongan pun beriringan keluar dari kawasan parkir. Dan rute ‘’pemanasan’’ ini sederhana, tapi diwarnai pemandangan-pemandangan kondang. ‘’Tidak sampai sepuluh menit kita sudah akan mencapai jembatan Golden Gate, lalu melintasinya. Kita kemudian terus bersepeda ke arah (kota) Tiburon. Kita akan makan siang di sana, lalu naik mobil ke San Jose untuk menyaksikan bagian akhir etape Time Trial (Tour of California),’’jelas Bessette saat briefing sebelum berangkat.

Bessette juga mengingatkan, biasanya rombongan bersepeda rapi berjajar dua-dua. Tapi di jalur-jalur khusus harus tertib berurutan satu-satu.
Rute hari itu tidaklah panjang. Total hanya 32 kilometer. Hanya ada beberapa tanjakan pendek, khususnya saat naik ke jembatan Golden Gate. Kecepatan pun relatif pelan-pelan.

Sekali lagi, ini rute pemanasan. Semua masih membiasakan diri dengan sepeda masing-masing, serta membiasakan diri dengan cuaca. Pagi itu suhu udara memang relatif dingin, sekitar 18 derajat Celcius. Cahaya matahari mampu memberi kehangatan tapi angin kencang membuat badan gemetaran.
Hampir semua peserta membawa wind breaker (jaket tipis penahan angin) di kantong belakang. Tapi setelah hanya beberapa kilometer, tidak sedikit yang langsung memutuskan untuk memakainya.

Angin paling terasa saat melintasi Golden Gate di jalur sisi barat, di jalur khusus sepeda dan pedestrian.

Rombongan sendiri sempat terpecah-pecah. Bukan karena tidak kuat. Tapi karena banyak yang suka berhenti, foto-foto di sepanjang rute. Maklum, di background ada Golden Gate, ada juga pulau tempat berdirinya penjara Alcatraz.

Rudi Sudarso dan Edwin Djunaedhy Rachman, misalnya, sempat berhenti di jalanan turun setelah melintasi Golden Gate. ‘’Kita di kaki jembatan. Kapan lagi kita di kaki Golden Gate,’’ucap Edwin. ‘’Dulu saya pernah ke sini, tapi hanya mengikuti rute turis. Menyeberang dan foto-foto di tempat turis,’’ akunya.
Setelah menyeberangi jembatan, rombongan memasuki Marin County, menuju kota kecil yang indah bernama Sausalito. Lalu terus bersepeda, menanjaki bukit menuju kota Tiburon. Diambil dari kata bahasa Spanyol ‘’Tiburon’’ artinya ikan hiu.

Ketika di tanjakan ringan menuju Tiburon, sepanjang sekitar 15 kilometer, Bessette ‘’melepas’’ para peserta. Bagi yang mau melaju kencang diberi kebebasan. Nanti ada mobil van yang sudah menunggu di downtown Tiburon.

Kontan saja para peserta mengayuh sepeda sekuat mungkin. Setengah balapan. Tanjakan yang tidak terlalu curam (hanya 2-3 persen) membuat semua masih mampu melaju mendekati 30 km/jam. Ketika menurun 50 km/jam pun tercapai. Hanya belok-beloknya harus hati-hati karena cukup tajam dan jalan cenderung berpasir.

Kadang, para peserta lupa kalau di Amerika mobil itu setir kiri, dan semua berada di lajur kanan. Beberapa peserta sempat mengamil lajur kiri dan baru sadar ketika ada mobil melaju dari arah berlawanan.

Sebelum ‘’dilepas’’itu, Bessette juga beberapa kali mengingatkan untuk tertib berlalu lintas, berhenti ketika lampu merah. Tidak terasa, 32 kilometer ditempuh. Sekitar pukul 11.30 rombongan sudah sampai downtown Tiburon. Semua berkumpul di Sam’s Anchor Bar. Di restoran yang menghadap ke laut tersebut semua menikmati hidangan makan siang.

Selesai makan siang, sekitar pukul 13.00, rombongan langsung naik van lagi. Semua sepeda sudah rapi tertata di atas kedua mobil van. Tujuan: San Jose (perjalanan sekitar dua jam). Di sana rombongan diajak menyaksikan jam terakhir etape keenam Tour of California. Yaitu etape individual time trial (ITT) dengan panjang 31,6 kilometer.

Etape ITT ini unik. Karena selama hampir 30 km jalannya ‘standar’. Pembalap melaju secepat mungkin satu per satu mencoba mencapai finis tercepat menggunakan sepeda-sepeda khusus TT yang aerodinamis.

Nah, hampir 3 km terakhir adalah tanjakan yang tergolong curam, dengan kemiringan 10 persen atau lebih. Rombongan diantar ke kawasan penonton yang letaknya di kaki tanjakan. Kedatangan pun pas, sekitar pukul 2.45, ketika para jagoan mulai melintas. Etape ITT memang diatur sedemikian rupa sehingga para pembalap yang berada di puncak klasemen general classification (GC) turun paling akhir. Jadi, siapa pun pemakai yellow jersey, dialah yang terakhir turun ke lintasan.

Di kaki tanjakan itu cukup banyak orang dengan sabar menunggu para pembalap lewat, lalu menyoraki semuanya untuk terus melaju secepat mungkin. Di situ ada sebuah karavan resmi Tour of California yang berjualan merchandise resmi.

Ternyata harga merchandise-nya lumayan mahal. Selembar jersey resmi lomba harganya USD 95 atau hampir Rp 1 juta! Pilihannya replika yellow jersey, green sprinter jersey, atau putih-biru limited edition mengenang lomba edisi 2013.

Tahun lalu, saat mengikuti rute Tour de France kami memborong replika yellow jersey untuk teman-teman di Indonesia. Kali ini kami memilih berpikir dulu. He he he. Mahal oy!

Bersama Lyne, rombongan lantas berjalan naik ke atas. Tanjakan itu benar-benar curam. Pada bagian tempat kami berhenti mungkin kemiringannya lebih dari 10 persen. Pas di tempat kami berhenti, para unggulan mulai bermunculan. Sejumlah bintang besar tampak santai menuruni tanjakan setelah menyelesaikan etape tersebut. Terlihat di antaranya Jens Voigt dan Andy Schleck, bintang RadioShack-Leopard.

Tidak lama kemudian, pembalap-pembalap pemimpin lomba muncul. Ada Michael Rogers (Saxo-Tinkoff) yang di kaki tanjakan memutuskan ganti sepeda dari TT ke road bike biasa supaya menanjak bisa lebih cepat.

Terakhir, mengenakan yellow jersey, muncul Tejay van Garderen (BMC). Van Garderen, bintang muda Amerika, tampak sangat percaya diri dengan kemampuan sendiri, memilih tidak ganti sepeda.

Benar saja, tidak lama kemudian, Van Garderen diumumkan sebagai pemenang etape TT tersebut. Mengukuhkan posisi sebagai kandidat utama juara Tour of California 2013.

Saat menonton itu Khoiri Soetomo mendapatkan ‘’suvenir’’ idaman penonton balap sepeda. Mendapatkan bidon (botol minum) kosong yang dilemparkan oleh para pembalap ke sisi jalan.

Begitu etape ini berakhir rombongan langsung berjalan turun kembali ke mobil van. Perjalanan berlanjut ke penginapan di San Jose.
Sebagai tur VIP, hotel-hotel yang diinapi rombongan bakal istimewa. Di San Jose, rombongan menginap di Hotel Valencia yang terletak di kawasan perbelanjaan supermewah, Santana Row.

Di restoran hotel mewah itu pula Cannondale Tours menjamu makan malam resmi bersama semua peserta. Para guide juga kembali melakukan briefing, menjelaskan program hari-hari selanjutnya. Sebagai balasan, rombongan yang mengenakan batik— balik memberi kenang-kenangan kepada para guide berupa kain batik atau suvenir tradisional Indonesia yang lain.

Pukul 21.30 semua peserta kembali ke kamar masing-masing untuk memaksimalkan istirahat. Pasalnya, hari kedua bersepeda, Sabtu (18/5) adalah hari terberat.

Berangkat pagi-pagi pukul 07.30, rombongan check out dari hotel dan menuju kota lain bernama Livermore. Di sana para cyclist akan ditantang untuk mendaki medan terberat Tour of  California 2013: Mount Diablo. Kata ‘’Diablo’’ itu bahasa Spanyol, artinya ‘’Setan’’. Jadi, kita akan diajak mendaki Gunung Setan di pagi hari sebelum para pembalap profesional melintas.

Begitu sampai di puncak, para cyclist nantinya akan berbalik arah dan menuruni rute. Lalu berhenti di titik yang sudah disiapkan untuk piknik makan siang serta menikmati kawasan tempat tim-tim peserta memarkir bus dan kendaraannya.

Menurut penjelasan Fowler dan Bessette, tanjakannya bakal sangat berat. Ada bagian yang kesannya datar, padahal itu ‘’false flat’’ alias datar yang menipu alias tetap menanjak!

Semula rombongan akan berangkat pukul 08.00. Tapi akhirnya minta dipercepat supaya bisa lebih ‘’menikmati’’ siksaan Mount Diablo sebagai bonus, suhu udara diprediksi lebih ‘’hangat’’. Tapi anginnya bakal ‘’menyenangkan’’.

‘’Tampaknya kita bakal beruntung karena kita akan terus melawan angin saat menuju Mount Diablo. Kadang angin kencang juga akan menerjang dari samping,’’ungkap Fowler. (bersambung)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/