26.2 C
Medan
Friday, September 27, 2024

Rumah Kadhafi Rata dengan Tanah

TRIPOLI-Serangan pasukan Amerika Serikat (AS), Inggris dan sekutu Eropanya ke ibukota Libya, Tripoli, Sabtu (19/3) lalu, menghabiskan dana tidak sedikit.Hanya untuk menembakkan 120 rudal Tomahawk, pasukan sekutu harus mengeluarkan biaya mencapai Rp2,16 triliun. Jumlah itu diperoleh dari nilai satu satuan rudal tomahawk yang mencapai Rp18 miliar.

Angka itu dipastikan membengkak bila biaya operasional ‘aksi militer terbatas’ n
atas nama penyelamatan resolusi PBB untuk menghantam 20 sistem pertahanan udara rezim Muammar Khadafi itu ikut dihitung.

Untuk apa pasukan sekutu mengeluarkan biaya sebesar itu hanya dalam sehari operasi?
Presiden Venezuela Hugo Chavez menuduh serangan Amerika Serikat dan sekutu Eropanya bertujuan untuk merebut minyak yang dimiliki Libya. “Mereka ingin menguasai minyak Libya. Nyawa rakyat Libya tidak mereka pikirkan,” tuding Chavez.

“Sangat menyedihkan bahwa, sekali lagi, kebijakan suka berperang Dinasti Yankee (AS) dan sekutunya kembali diberlakukan. Dan menjijikkannya lagi PBB justru mendukung perang. PBB lebih memilih menyetujui pemberlakuan resolusi daripada membentuk komisi untuk dikirim ke Libya,” katanya.

“Jatuhnya lebih banyak korban, akan mengakibatkan perang lebih besar. Mereka (AS dan sekutunya) adalah jagonya perang. Sangat tidak bertanggungjawab. Dan dibalik itu semua adalah kepentingan AS dan sekutu Eropanya,” tegas Chavez.

Sekutu Chavez dan guru ideologi mereka, Fidel Castro, juga menyatakan keprihatinan yang sama. Para pemimpin garis kiri seperti Bolivia dan Nikaragua juga menuduh negara berkuasa melakukan intervensi atas krisis Libya dan mengincar minyaknya. Tidak bisa dipungkiri, Libya mempunyai cadangan minyak lebih kurang 42 miliar barrel atau urutan keempat di dunia dan nomor satu di Afrika.

Selain itu, negara-negara yang menyerang Libya adalah pengimpor minyak terbesar dari Libya. Terutama Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Italia.

Iran juga memperingatkan rakyat Libya untuk tidak percaya dengan ‘niat baik’ kekuatan barat untuk membela mereka menyerang pasukan Khadafi. Menurutnya, tujuan utama AS dan sekutunya adalah memperluas neo kolonialisme terhadap negara kaya minyak tersebut.

“Catatan sejarah dan aksi negara-negara berkuasa dalam menginvasi negara lain menunjukkan bahwa setiap tindakan mereka (AS dan sekutunya) selalu mencurigakan,” terang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Iran, Ramin Mehmanparast seperti dikutip kantor berita ISNA.

Kemarin, Libya terus dibombardir. Di antara 20 sistem pertahanan Libya, serangan udara pasukan sekutu menghancurkan gedung administrasi di sebuah kompleks yang di dalamnya terdapat tempat tinggal Muammar Kadhafi. Serangan ini diklaim menghancurkan kemampuan komando dan kendali pemimpin Libya itu.
Bangunan yang berjarak sekitar 50 meter dari tenda tempat Khadafi bertemu tamu rata dengan tanah.
Jurnalis AFP pada hari Minggu melihat asap mengepul dari kompleks kediaman dan barak di Bab el-Aziziya, di selatan ibukota Libya, tanda senjata anti-pesawat ditembakkan.

Pejabat Pentagon mengklaim serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat (AS) kepada Libya, berhasil membuat kacau pasukan yang loyal kepada Khadafi. Laksamana Madya William E Gortney menyatakan, serangan udara yang dilakukan berakhir efektif. “Pentagon yakin militer Khadafi saat ini sedang mengalami stres (usai diserang),” ungkap Gortney seperti dikutip Associated Press, Senin (21/3).

Serangan udara itu melibatkan pesawat pengebom B-2, jet tempur dan lebih dari 120 rudal Tomahawk. Serangan juga melibatkan senjata berteknologi tinggi lainnya.

Gortney menyebutkan tidak ada pesawat dari pihak militer asing yang jatuh dalam penyerangan tersebut. Semua pesawat dan pilotnya kembali dengan selamat.

Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengatakan, Amerika memperkirakan akan meraih kemenangan dalam misi ini dalam hitungan hari. Sebelumnya militer AS, Inggris, Prancis telah melancarkan serangan mereka ke Libya sepanjang akhir pekan lalu.

Serangan tersebut dikabarkan telah menewaskan sekira 68 warga sipil Libya.
Bertindak atas dasar resolusi Dewan Keamanan PBB, jet tempur Prancis melepaskan tembakan kepada pasukan Khadafi, Sabtu (19/3). Sementara kapal perang Amerika Serikat dan Inggris meluncurkan rudal mereka ke pangkalan militer Libya beberapa jam kemudian.

Total 120 rudal Cruise Tomahawk ditembakkan pasukan sekutu ke sasaran-sasaran kunci Libya. AS, Prancis, Amerika dan Inggris telah meluncurkan intervensi terbesar di dunia Arab sejak invasi 2003 pimpinan AS ke Irak
Presiden AS Barack Obama dan Hillary Clinton, serta pemimpin Barat lainnya, mendesak Kadhafi segera lengser. (bbs/jpnn)

TRIPOLI-Serangan pasukan Amerika Serikat (AS), Inggris dan sekutu Eropanya ke ibukota Libya, Tripoli, Sabtu (19/3) lalu, menghabiskan dana tidak sedikit.Hanya untuk menembakkan 120 rudal Tomahawk, pasukan sekutu harus mengeluarkan biaya mencapai Rp2,16 triliun. Jumlah itu diperoleh dari nilai satu satuan rudal tomahawk yang mencapai Rp18 miliar.

Angka itu dipastikan membengkak bila biaya operasional ‘aksi militer terbatas’ n
atas nama penyelamatan resolusi PBB untuk menghantam 20 sistem pertahanan udara rezim Muammar Khadafi itu ikut dihitung.

Untuk apa pasukan sekutu mengeluarkan biaya sebesar itu hanya dalam sehari operasi?
Presiden Venezuela Hugo Chavez menuduh serangan Amerika Serikat dan sekutu Eropanya bertujuan untuk merebut minyak yang dimiliki Libya. “Mereka ingin menguasai minyak Libya. Nyawa rakyat Libya tidak mereka pikirkan,” tuding Chavez.

“Sangat menyedihkan bahwa, sekali lagi, kebijakan suka berperang Dinasti Yankee (AS) dan sekutunya kembali diberlakukan. Dan menjijikkannya lagi PBB justru mendukung perang. PBB lebih memilih menyetujui pemberlakuan resolusi daripada membentuk komisi untuk dikirim ke Libya,” katanya.

“Jatuhnya lebih banyak korban, akan mengakibatkan perang lebih besar. Mereka (AS dan sekutunya) adalah jagonya perang. Sangat tidak bertanggungjawab. Dan dibalik itu semua adalah kepentingan AS dan sekutu Eropanya,” tegas Chavez.

Sekutu Chavez dan guru ideologi mereka, Fidel Castro, juga menyatakan keprihatinan yang sama. Para pemimpin garis kiri seperti Bolivia dan Nikaragua juga menuduh negara berkuasa melakukan intervensi atas krisis Libya dan mengincar minyaknya. Tidak bisa dipungkiri, Libya mempunyai cadangan minyak lebih kurang 42 miliar barrel atau urutan keempat di dunia dan nomor satu di Afrika.

Selain itu, negara-negara yang menyerang Libya adalah pengimpor minyak terbesar dari Libya. Terutama Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Italia.

Iran juga memperingatkan rakyat Libya untuk tidak percaya dengan ‘niat baik’ kekuatan barat untuk membela mereka menyerang pasukan Khadafi. Menurutnya, tujuan utama AS dan sekutunya adalah memperluas neo kolonialisme terhadap negara kaya minyak tersebut.

“Catatan sejarah dan aksi negara-negara berkuasa dalam menginvasi negara lain menunjukkan bahwa setiap tindakan mereka (AS dan sekutunya) selalu mencurigakan,” terang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Iran, Ramin Mehmanparast seperti dikutip kantor berita ISNA.

Kemarin, Libya terus dibombardir. Di antara 20 sistem pertahanan Libya, serangan udara pasukan sekutu menghancurkan gedung administrasi di sebuah kompleks yang di dalamnya terdapat tempat tinggal Muammar Kadhafi. Serangan ini diklaim menghancurkan kemampuan komando dan kendali pemimpin Libya itu.
Bangunan yang berjarak sekitar 50 meter dari tenda tempat Khadafi bertemu tamu rata dengan tanah.
Jurnalis AFP pada hari Minggu melihat asap mengepul dari kompleks kediaman dan barak di Bab el-Aziziya, di selatan ibukota Libya, tanda senjata anti-pesawat ditembakkan.

Pejabat Pentagon mengklaim serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat (AS) kepada Libya, berhasil membuat kacau pasukan yang loyal kepada Khadafi. Laksamana Madya William E Gortney menyatakan, serangan udara yang dilakukan berakhir efektif. “Pentagon yakin militer Khadafi saat ini sedang mengalami stres (usai diserang),” ungkap Gortney seperti dikutip Associated Press, Senin (21/3).

Serangan udara itu melibatkan pesawat pengebom B-2, jet tempur dan lebih dari 120 rudal Tomahawk. Serangan juga melibatkan senjata berteknologi tinggi lainnya.

Gortney menyebutkan tidak ada pesawat dari pihak militer asing yang jatuh dalam penyerangan tersebut. Semua pesawat dan pilotnya kembali dengan selamat.

Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengatakan, Amerika memperkirakan akan meraih kemenangan dalam misi ini dalam hitungan hari. Sebelumnya militer AS, Inggris, Prancis telah melancarkan serangan mereka ke Libya sepanjang akhir pekan lalu.

Serangan tersebut dikabarkan telah menewaskan sekira 68 warga sipil Libya.
Bertindak atas dasar resolusi Dewan Keamanan PBB, jet tempur Prancis melepaskan tembakan kepada pasukan Khadafi, Sabtu (19/3). Sementara kapal perang Amerika Serikat dan Inggris meluncurkan rudal mereka ke pangkalan militer Libya beberapa jam kemudian.

Total 120 rudal Cruise Tomahawk ditembakkan pasukan sekutu ke sasaran-sasaran kunci Libya. AS, Prancis, Amerika dan Inggris telah meluncurkan intervensi terbesar di dunia Arab sejak invasi 2003 pimpinan AS ke Irak
Presiden AS Barack Obama dan Hillary Clinton, serta pemimpin Barat lainnya, mendesak Kadhafi segera lengser. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/