30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dua Bulan, 900 Warga Sipil Tewas Unjuk Rasa di Syria

UE Bekukan Aset Assad

BRUSSELS – Tindakan represif yang dilakukan rezim Presiden Bashar al-Assad pada demonstran Syria kembali menuai sanksi. Setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) menerapkan sanksi personal kepada Assad dan enam pejabat yang langsung terlibat dengan represi kepada pengunjuk rasa, kini giliran  sanksi dari Uni Eropa (UE). Sanksi dikenakan kepada Assad, termasuk pembekuan aset dan larangan berkunjung atau bepergian (travel ban) ke Eropa.
Para menteri luar negeri dari 27 negara anggota UE telah sepakat memasukkan nama Assad dan sejumlah pejabat di Syria dalam daftar hitam. “Represi di Syria terus berlanjut. Sangat penting untuk memahami hak berunjuk rasa secara damai, pembebasan tahanan politik, dan reformasi. Bukan represi seperti yang kita lihat belakangan,” jelas Menlu Inggris, William Hague sebelum pertemuan UE di Brussels, Belgia, Senin (23/5).

Keputusan UE tersebut semakin memperkuat tekanan terhadap rezim Assad. Sebelumnya, awal bulan ini, UE menjatuhkan sanksi embargo senjata, larangan pemberian visa, serta pembekuan aset milik saudara laki-laki Assad, empat sepupu, dan sejumlah orang dekatnya.

Menlu Jerman, Guido Westerwelle menyatakan, Assad bisa saja terhindar dari sanksi tersebut jika mau mendengar tuntutan demonstran dan memilih melakukan reformasi. “Tetapi, dia tidak melakukan itu. Dia malah melanjutkan tindakan kekerasan untuk menekan para demonstran di Syria yang melakukan aksi damai. Untuk itulah kami harus memperluas sanksi, termasuk kepada Presiden Assad,” tutur dia. “Ketika rezim terus menekan rakyatnya sendiri, dengan kekerasan, Uni Eropa harus mengambil tindakan,” tegasnya.

Bentuk kekerasan itu mamsih berlangsung di Syria kabarnya telah menewaskan hingga 900 rakyat tak berdosa selama dua bulan belakangan ini. Dalam insiden terakhir, aparat keamanan Syria menembaki rakyat yang tengah mengadakan upacara pemakaman untuk pengunjuk rasa antipemerintah pada akhir pekan lalu. Jumlah rakyat tewas pun dikabarkan mencapai 900 orang.

Syria menjadi negara Arab bergolak yang paling banyak menelan korban jiwa. Rakyat meminta Presiden Bashar Assad segera mengakhiri rezimnya.

Sebelumnya, rekor negara bergolak yang paling mematikan dipegang oleh Mesir dengan 846 korban jiwa. Yakni saat rakyat mengadakan unjuk rasa besar-besaran di Tahrir Square untuk menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak.

Kepala Kebijakan Luar Negeri UE, Catherine Ashton telah memperingatkan Assad awal bulan ini bahwa dirinya bakal menjadi target berikutnya dalam daftar hitam para pemimpin negara yang disanksi.

Selain menjatuhkan sanksi tersebut, para menlu UE juga mendesak rezim Assad menghentikan berbagai intimidasi, serta penangkapan dan penyiksaan masal. UE menyerukan agar tahanan politik dibebaskan, serta membuka akses bagi pekerja kemanusiaan, medis, dan pers.

Seorang diplomat UE menyatakan sanksi tersebut dijatuhkan untuk menghentikan kekerasan dan menekan Assad agar menyetujui proses reformasi. “Tetapi, bukan untuk mendesak dia mundur,” jelas sumber tersebut seperti dikutip Agence France-Presse.

Lebih lanjut, pada pertemuan di Brussels itu juga memutuskan memperkuat sanksi bagi Iran dan Libya. (afp/ap/cak/dwi/jpnn)

UE Bekukan Aset Assad

BRUSSELS – Tindakan represif yang dilakukan rezim Presiden Bashar al-Assad pada demonstran Syria kembali menuai sanksi. Setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) menerapkan sanksi personal kepada Assad dan enam pejabat yang langsung terlibat dengan represi kepada pengunjuk rasa, kini giliran  sanksi dari Uni Eropa (UE). Sanksi dikenakan kepada Assad, termasuk pembekuan aset dan larangan berkunjung atau bepergian (travel ban) ke Eropa.
Para menteri luar negeri dari 27 negara anggota UE telah sepakat memasukkan nama Assad dan sejumlah pejabat di Syria dalam daftar hitam. “Represi di Syria terus berlanjut. Sangat penting untuk memahami hak berunjuk rasa secara damai, pembebasan tahanan politik, dan reformasi. Bukan represi seperti yang kita lihat belakangan,” jelas Menlu Inggris, William Hague sebelum pertemuan UE di Brussels, Belgia, Senin (23/5).

Keputusan UE tersebut semakin memperkuat tekanan terhadap rezim Assad. Sebelumnya, awal bulan ini, UE menjatuhkan sanksi embargo senjata, larangan pemberian visa, serta pembekuan aset milik saudara laki-laki Assad, empat sepupu, dan sejumlah orang dekatnya.

Menlu Jerman, Guido Westerwelle menyatakan, Assad bisa saja terhindar dari sanksi tersebut jika mau mendengar tuntutan demonstran dan memilih melakukan reformasi. “Tetapi, dia tidak melakukan itu. Dia malah melanjutkan tindakan kekerasan untuk menekan para demonstran di Syria yang melakukan aksi damai. Untuk itulah kami harus memperluas sanksi, termasuk kepada Presiden Assad,” tutur dia. “Ketika rezim terus menekan rakyatnya sendiri, dengan kekerasan, Uni Eropa harus mengambil tindakan,” tegasnya.

Bentuk kekerasan itu mamsih berlangsung di Syria kabarnya telah menewaskan hingga 900 rakyat tak berdosa selama dua bulan belakangan ini. Dalam insiden terakhir, aparat keamanan Syria menembaki rakyat yang tengah mengadakan upacara pemakaman untuk pengunjuk rasa antipemerintah pada akhir pekan lalu. Jumlah rakyat tewas pun dikabarkan mencapai 900 orang.

Syria menjadi negara Arab bergolak yang paling banyak menelan korban jiwa. Rakyat meminta Presiden Bashar Assad segera mengakhiri rezimnya.

Sebelumnya, rekor negara bergolak yang paling mematikan dipegang oleh Mesir dengan 846 korban jiwa. Yakni saat rakyat mengadakan unjuk rasa besar-besaran di Tahrir Square untuk menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak.

Kepala Kebijakan Luar Negeri UE, Catherine Ashton telah memperingatkan Assad awal bulan ini bahwa dirinya bakal menjadi target berikutnya dalam daftar hitam para pemimpin negara yang disanksi.

Selain menjatuhkan sanksi tersebut, para menlu UE juga mendesak rezim Assad menghentikan berbagai intimidasi, serta penangkapan dan penyiksaan masal. UE menyerukan agar tahanan politik dibebaskan, serta membuka akses bagi pekerja kemanusiaan, medis, dan pers.

Seorang diplomat UE menyatakan sanksi tersebut dijatuhkan untuk menghentikan kekerasan dan menekan Assad agar menyetujui proses reformasi. “Tetapi, bukan untuk mendesak dia mundur,” jelas sumber tersebut seperti dikutip Agence France-Presse.

Lebih lanjut, pada pertemuan di Brussels itu juga memutuskan memperkuat sanksi bagi Iran dan Libya. (afp/ap/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/