26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Ngeri, Militan ISIS semakin Brutal…

Padahal, berdasar pernyataan dari Universitas Al Azhar, Mesir, penghancuran warisan budaya dilarang dalam Islam.

Dirjen UNESCO Irina Bokova menegaskan, benda-benda kuno di Palmyra merupakan harta karun sejarah yang tak tergantikan. Dia menegaskan bahwa perusakan di Palmyra bukan hanya kejahatan perang, melainkan juga kehilangan yang sangat besar bagi kemanusiaan.

’’Kita harus membuat segala kemungkinan untuk mencegah penghancuran (Palmyra). Kita membutuhkan gerakan besar dari komunitas internasional,’’ tegasnya.

Pemerintah Syria sendiri, tampaknya, sudah tahu bahwa Palmyra menjadi incaran dan bakal jatuh ke tangan ISIS. Sejak ISIS menuju Palmyra dua bulan lalu, pemerintah Syria telah mengamankan sebagian peninggalan kuno di kota tersebut. Pemindahan besar-besaran dilakukan bulan ini ketika posisi pasukan Syria kian terpojok.

Namun, beberapa artefak telah hilang dicuri maupun diselundupkan ke luar Syria. Benda-benda bersejarah itu diyakini telah dijual ke jaringan kriminal di sepanjang perbatasan dan dilelang di pasar gelap internasional. UNESCO sendiri telah membantu pemerintah Syria untuk memindahkan artefak-artefak keluar dari zona-zona perang. Mereka juga melatih Interpol serta pejabat perbatasan dan petugas lelang Syria untuk mendeteksi benda-benda seni hasil jarahan.

’’Kami melakukan berbagai usaha pada benda-benda (bersejarah) yang bisa dipindahkan ke lokasi yang lebih aman,’’ ujar petugas Pusat Warisan Budaya UNESCO di Paris Karim Hendili.

Tidak diketahui benda bersejarah apa saja yang telah hilang atau rusak karena perang di Syria. Saat ini para ahli sejarah hanya bisa menunggu hingga ISIS mem-posting video perusakan di Palmyra untuk mengetahui bagian sejarah yang telah dihancurkan.

’’Sebelum perang sipil bergolak, ada sekitar 65.000 penduduk di Palmyra,’’ terang Associated Press kemarin (23/5). Pasca-2011, jumlah itu sudah jauh berkurang. Kini, penduduk Palmyra sudah semakin sedikit. Sebagian besar mengungsi demi keselamatan. Mereka jelas tidak mau bernasib seperti penduduk Kota Nimrud atau Kota Hatra yang juga jatuh ke tangan ISIS dan hancur lebur di tangan militan keji itu.

’’Palmyra punya tempat tersendiri di hati warga Syria. Palmyra sangat istimewa. Warga Syria sangat bangga padanya,’’ terang Salam Al Kuntar, arkeolog Syria yang juga tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana University of Pennsylvania. Dia menambahkan bahwa Palmyra tidak hanya indah dan anggun, tapi juga penting bagi peradaban dunia. (AP/Time/USAToday/nationalgeograpic/sha/hep/c17/ami)

Padahal, berdasar pernyataan dari Universitas Al Azhar, Mesir, penghancuran warisan budaya dilarang dalam Islam.

Dirjen UNESCO Irina Bokova menegaskan, benda-benda kuno di Palmyra merupakan harta karun sejarah yang tak tergantikan. Dia menegaskan bahwa perusakan di Palmyra bukan hanya kejahatan perang, melainkan juga kehilangan yang sangat besar bagi kemanusiaan.

’’Kita harus membuat segala kemungkinan untuk mencegah penghancuran (Palmyra). Kita membutuhkan gerakan besar dari komunitas internasional,’’ tegasnya.

Pemerintah Syria sendiri, tampaknya, sudah tahu bahwa Palmyra menjadi incaran dan bakal jatuh ke tangan ISIS. Sejak ISIS menuju Palmyra dua bulan lalu, pemerintah Syria telah mengamankan sebagian peninggalan kuno di kota tersebut. Pemindahan besar-besaran dilakukan bulan ini ketika posisi pasukan Syria kian terpojok.

Namun, beberapa artefak telah hilang dicuri maupun diselundupkan ke luar Syria. Benda-benda bersejarah itu diyakini telah dijual ke jaringan kriminal di sepanjang perbatasan dan dilelang di pasar gelap internasional. UNESCO sendiri telah membantu pemerintah Syria untuk memindahkan artefak-artefak keluar dari zona-zona perang. Mereka juga melatih Interpol serta pejabat perbatasan dan petugas lelang Syria untuk mendeteksi benda-benda seni hasil jarahan.

’’Kami melakukan berbagai usaha pada benda-benda (bersejarah) yang bisa dipindahkan ke lokasi yang lebih aman,’’ ujar petugas Pusat Warisan Budaya UNESCO di Paris Karim Hendili.

Tidak diketahui benda bersejarah apa saja yang telah hilang atau rusak karena perang di Syria. Saat ini para ahli sejarah hanya bisa menunggu hingga ISIS mem-posting video perusakan di Palmyra untuk mengetahui bagian sejarah yang telah dihancurkan.

’’Sebelum perang sipil bergolak, ada sekitar 65.000 penduduk di Palmyra,’’ terang Associated Press kemarin (23/5). Pasca-2011, jumlah itu sudah jauh berkurang. Kini, penduduk Palmyra sudah semakin sedikit. Sebagian besar mengungsi demi keselamatan. Mereka jelas tidak mau bernasib seperti penduduk Kota Nimrud atau Kota Hatra yang juga jatuh ke tangan ISIS dan hancur lebur di tangan militan keji itu.

’’Palmyra punya tempat tersendiri di hati warga Syria. Palmyra sangat istimewa. Warga Syria sangat bangga padanya,’’ terang Salam Al Kuntar, arkeolog Syria yang juga tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana University of Pennsylvania. Dia menambahkan bahwa Palmyra tidak hanya indah dan anggun, tapi juga penting bagi peradaban dunia. (AP/Time/USAToday/nationalgeograpic/sha/hep/c17/ami)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/