26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kuasasi Jalur Komunikasi, Gandeng Perusahaan Telekomunikasi

SYDNEY – Dokumen bocoran dari Edward Snowden kembali membeber aksi penyadapan terhadap Indonesia oleh intelijen asing. Berdasarkan bocoran dari mantan rekanan National Security Agency (NSA) di Amerika Serikat yang kini bersembunyi di Rusia  itu, terungkap bahwa Australia tak beraksi sendirian dalam menyadap Indonesia. Pasalnya, ada peran Singapura dalam penyadapan itu.

Harian The Age di Australia edisi Senin (25/11) yang mengutip pemberitaan tentang bocoran terbaru Snowden yang dilansir koran Belanda, NRC Handelsblad, mengungkapkan bahwa intelijen Australia dan Singapura sudah bekerjasama sejak tahun 1970-an untuk menyadap komunikasi di Indonesia. Berdasar dokumen Snowden itu, Singapura dan Korea Selatan adalah mitra penting bagi AS dan Australia untuk menyadap berbagai telekomunikasi di Asia. Selain Singapura, ada juga keterlibatan Selandia Baru dalam mengintersep satelit komunikasi.

Dokumen NSA itu menunjukkan bahwa AS menjalin kemitraan intelijen yang disebut “Five Eyes” untuk menyadap fiber optik berkecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh dunia. Five Eyes beranggotakan AS, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

Meski operasi penyadapan itu meski bersifat rahasia, namun disebut melibatkan kerjasama dengan pemerintah di negeri yang disadap dan perusahaan telekomunikasi. Salah satu cara penyadapan itu melalui kabel bawah laut yang menjadi jalur lalu lintas komunikasi jaringan global. Tingkat penyadapan melalui fiber optik itu bisa melacak siapa saja, di mana saja dan kapan saja.

Dari dokumen NSA itu diketahui bahwa AS terus berupaya mempertahankan cengkeraman terhadap jalur komunikasi lintas Pasifik dengan menyadap fasilitas di wilayah Pantai Barat seperti Hawaii dan Guam, serta kabel bawah laut di Samudera Pasifik yang menghubungkan Australia dan Jepang.

Namun tak hanya itu saja. Dokumen NSA itu mengonfirmasi bahwa Singapura menjadi penghubung telekomunikasi paling penting di dunia dan menjadi pihak ketiga yang memegang peranan kunci bagi pekerjaan kemitraan intelijen Five Eyes. Agustus lalu, Fairfax Media melaporkan bahwa intelijen electronik Australia, Defence Signal Directorate (DSD) telah menjadi mitra bagi intelijen Singapura untuk menyadap kabel SEA-ME-WE-3. Kabel itu tersambung dari Jepang, melintasi Singapura, kemudian Djibouti, menyambung ke Terusan Suez, Selat Gibraltar hingga ke Jerman utara.

Menurut sumber-sumber di intelijen Australia, lembaga telik sandi di Departemen Pertahanan Singapura telah menjalin kerjasama dengan DSD untuk mengakses dan membagi komunikasi di jaringan kabel SEA-ME-WE-3, seperti halnya operasi serupa terhadap jalur kabel SEA-ME-WE-4 yang menghubungkan negeri pulau di sebelah utara Pulau Batam itu dengan bagian selatan Prancis.

Akses bagi sebagian besar telekomunikasi international difasilitasi oleh SingTel, perusahaan milik pemerintah Singapura. Inilah yang menjadi kunci penting bagi ekspansi kemitraan intelijen Australia dan Singapuda dalam 15 tahun terakhir ini.

Dengan saham mayoritas yang dimiliki Temasek Holding, sebuah BUMN milik pemerintah Singapura, SingTel menjalin hubungan erat dengan telik sandi di negeri yang kini dipimpin Lee Hsien Loong itu.  Di jajaran petinggi SingTel, pemerintah Singapura diwakili oleh Peter Ong yang sebelumnya dipercaya sebagai pejabat yang mengurus keamanan nasional dan koordinasi intelijen di kantor PM Singapura.

Pengamat intelijen di Australia National University (ANU), Profesor Des Ball menggambarkan kemampuan intelijen elektronik Singapura sebagai yang paling mahir di kawasan Asia Tenggara. Intelijen elektonik di Singapura pertama kali dikembangkan dalam rangka kerjasama dengan Australia pada pertengahan 1970-an.

Lantas bagaimana posisi Indonesia? Terungkap bahwa Indonesia dan Malaysia telah menjadi target utama bagi operasi penyadapan hasil kerjasama Australia dan Singapura. Sampai saat ini, sebagian besar jalur telekomunikasi dan internet di Indonesia melalui Singapura.

Sebelumnya, dari dokumen Directorate Signal Defense (DSD) Australia juga terungkap bahwa upaya penyadapan terhadap petinggi di Indonesia dengan menggandeng operator seluler. Kerjasama dengan operator seluler itu dalam rangka mendapatkan data komunikasi. Karenanya, DSD memiliki call data record (CDR) pembicaraan terlepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Disebutkan bahwa operator seluler di Indonesia yang disebut dalam dokumen DSD adalah Indosat, Telkomsel, Excelcomindo dan Hutchinson 3. DSD dikabarkan mendapatkan data baik secara sukarela maupun dengan tekanan.

Dari dokumen NSA itu juga diketahui bahwa Korea Selatan memegang peran kunci dalam aksi penyadapan terhadap lalu lintas komunikasi di Tiongkok, Hong Kong dan Taiwan.  Lembaga intelijen Korsel juga sudah lama menjadi antek bagi CIA dan NSA sebagaimana intelijen Australia.(ara/jpnn)

SYDNEY – Dokumen bocoran dari Edward Snowden kembali membeber aksi penyadapan terhadap Indonesia oleh intelijen asing. Berdasarkan bocoran dari mantan rekanan National Security Agency (NSA) di Amerika Serikat yang kini bersembunyi di Rusia  itu, terungkap bahwa Australia tak beraksi sendirian dalam menyadap Indonesia. Pasalnya, ada peran Singapura dalam penyadapan itu.

Harian The Age di Australia edisi Senin (25/11) yang mengutip pemberitaan tentang bocoran terbaru Snowden yang dilansir koran Belanda, NRC Handelsblad, mengungkapkan bahwa intelijen Australia dan Singapura sudah bekerjasama sejak tahun 1970-an untuk menyadap komunikasi di Indonesia. Berdasar dokumen Snowden itu, Singapura dan Korea Selatan adalah mitra penting bagi AS dan Australia untuk menyadap berbagai telekomunikasi di Asia. Selain Singapura, ada juga keterlibatan Selandia Baru dalam mengintersep satelit komunikasi.

Dokumen NSA itu menunjukkan bahwa AS menjalin kemitraan intelijen yang disebut “Five Eyes” untuk menyadap fiber optik berkecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh dunia. Five Eyes beranggotakan AS, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

Meski operasi penyadapan itu meski bersifat rahasia, namun disebut melibatkan kerjasama dengan pemerintah di negeri yang disadap dan perusahaan telekomunikasi. Salah satu cara penyadapan itu melalui kabel bawah laut yang menjadi jalur lalu lintas komunikasi jaringan global. Tingkat penyadapan melalui fiber optik itu bisa melacak siapa saja, di mana saja dan kapan saja.

Dari dokumen NSA itu diketahui bahwa AS terus berupaya mempertahankan cengkeraman terhadap jalur komunikasi lintas Pasifik dengan menyadap fasilitas di wilayah Pantai Barat seperti Hawaii dan Guam, serta kabel bawah laut di Samudera Pasifik yang menghubungkan Australia dan Jepang.

Namun tak hanya itu saja. Dokumen NSA itu mengonfirmasi bahwa Singapura menjadi penghubung telekomunikasi paling penting di dunia dan menjadi pihak ketiga yang memegang peranan kunci bagi pekerjaan kemitraan intelijen Five Eyes. Agustus lalu, Fairfax Media melaporkan bahwa intelijen electronik Australia, Defence Signal Directorate (DSD) telah menjadi mitra bagi intelijen Singapura untuk menyadap kabel SEA-ME-WE-3. Kabel itu tersambung dari Jepang, melintasi Singapura, kemudian Djibouti, menyambung ke Terusan Suez, Selat Gibraltar hingga ke Jerman utara.

Menurut sumber-sumber di intelijen Australia, lembaga telik sandi di Departemen Pertahanan Singapura telah menjalin kerjasama dengan DSD untuk mengakses dan membagi komunikasi di jaringan kabel SEA-ME-WE-3, seperti halnya operasi serupa terhadap jalur kabel SEA-ME-WE-4 yang menghubungkan negeri pulau di sebelah utara Pulau Batam itu dengan bagian selatan Prancis.

Akses bagi sebagian besar telekomunikasi international difasilitasi oleh SingTel, perusahaan milik pemerintah Singapura. Inilah yang menjadi kunci penting bagi ekspansi kemitraan intelijen Australia dan Singapuda dalam 15 tahun terakhir ini.

Dengan saham mayoritas yang dimiliki Temasek Holding, sebuah BUMN milik pemerintah Singapura, SingTel menjalin hubungan erat dengan telik sandi di negeri yang kini dipimpin Lee Hsien Loong itu.  Di jajaran petinggi SingTel, pemerintah Singapura diwakili oleh Peter Ong yang sebelumnya dipercaya sebagai pejabat yang mengurus keamanan nasional dan koordinasi intelijen di kantor PM Singapura.

Pengamat intelijen di Australia National University (ANU), Profesor Des Ball menggambarkan kemampuan intelijen elektronik Singapura sebagai yang paling mahir di kawasan Asia Tenggara. Intelijen elektonik di Singapura pertama kali dikembangkan dalam rangka kerjasama dengan Australia pada pertengahan 1970-an.

Lantas bagaimana posisi Indonesia? Terungkap bahwa Indonesia dan Malaysia telah menjadi target utama bagi operasi penyadapan hasil kerjasama Australia dan Singapura. Sampai saat ini, sebagian besar jalur telekomunikasi dan internet di Indonesia melalui Singapura.

Sebelumnya, dari dokumen Directorate Signal Defense (DSD) Australia juga terungkap bahwa upaya penyadapan terhadap petinggi di Indonesia dengan menggandeng operator seluler. Kerjasama dengan operator seluler itu dalam rangka mendapatkan data komunikasi. Karenanya, DSD memiliki call data record (CDR) pembicaraan terlepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Disebutkan bahwa operator seluler di Indonesia yang disebut dalam dokumen DSD adalah Indosat, Telkomsel, Excelcomindo dan Hutchinson 3. DSD dikabarkan mendapatkan data baik secara sukarela maupun dengan tekanan.

Dari dokumen NSA itu juga diketahui bahwa Korea Selatan memegang peran kunci dalam aksi penyadapan terhadap lalu lintas komunikasi di Tiongkok, Hong Kong dan Taiwan.  Lembaga intelijen Korsel juga sudah lama menjadi antek bagi CIA dan NSA sebagaimana intelijen Australia.(ara/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/