26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Oposisi Syiria Bahas Politik Perdamaian

DAMASKUS- SekitarĀ  200 aktifis oposisi Syria menghadiri pertemuan untuk membahas transisi politik damai di Damaskus, Senin (27/6). Pertemuan seperti itu baru pertama dihelat sejak demonstrasi anti pemerintah pecah Maret lalu.

Sebagian aktifis yang hadir adalah mentan tahanan politik. Mereka tidak mewakili partai politik dan mengklaim bukanlah aktifis yang ikut ambil bagian dalam demonstrasi anti pemerintah beberapa bulan terakhir. Otoritas Syria menyatakan telah diberitahu tentang pertemuan tersebut dan tidak melarangnya. Namun tidak akan ada perwakilan pemerintah di sana.

Para peserta pertemuan menyatakan, tidak akan mengajukan kesepakatan apapun kepada pemerintah. Mereka hanya ingin kekerasan dan pembunuhan dihentikan. Panitia pelaksana pertemuan, Luā€ay Hussain, mendapatkan kesempatan berpidato di hari pertama kemarin. Dia menyatakan pertemuan tersebut adalah momen luar biasa dan belum pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir.

ā€œMereka yang hadir tidak bersenjata, karena mereka bukan teroris atau pelaku sabotase,ā€ ujarnya merujuk pada pernyataan Presiden Assad, yang sebelumnya mensinyalir, demonstrasi rakyat telah disabotase oelh pihak tak bertanggung jawab. Dalam pidatonya, Hussain menyatakan, sistem tirani harus dihentikan.

Muncul kekhawatiran di pihak sejumlah aktifis oposisi yang takut bahwa penyelenggaraan pertemuan tersebut, di tengah terjadinya kekerasan dan sikap represi militer, bisa dijadikan pembenaran bagi rezim Assad untuk melanjutkan tindakannya.

ā€œDeklarasi koalisi Damaskus, oposisi utama di Syria, telah menyatakan menolak pertemuan tersebut,ā€ jelas Malik al-Abdeh, redaktur di Barada TV, sebuah kanal TV oposisi Syria kepada BBC. Dia menambahkan, pemerintah justru senang dengan adanya pertemuan tersebut.

ā€œDalam pertemuan itu, memang ada 3-4 tokoh yang pernah dipenjara karena beroposisi. Tapi di luar itu, saya melihat dalam daftar kehadiran peserta, tidak ada yang dikenal sebagai tokoh oposisi,ā€ tambahnya.
ā€œJadi jelas ini bukan pertemuan oposisi. Ini hanya pertemuan para intelektual yang membahas masa depan Syria. Saya harus menekankan ini, pertemuan tersebut berada di bawah pengawasan ketat militer Syria,ā€ tegasnya. (cak/jpnn)

DAMASKUS- SekitarĀ  200 aktifis oposisi Syria menghadiri pertemuan untuk membahas transisi politik damai di Damaskus, Senin (27/6). Pertemuan seperti itu baru pertama dihelat sejak demonstrasi anti pemerintah pecah Maret lalu.

Sebagian aktifis yang hadir adalah mentan tahanan politik. Mereka tidak mewakili partai politik dan mengklaim bukanlah aktifis yang ikut ambil bagian dalam demonstrasi anti pemerintah beberapa bulan terakhir. Otoritas Syria menyatakan telah diberitahu tentang pertemuan tersebut dan tidak melarangnya. Namun tidak akan ada perwakilan pemerintah di sana.

Para peserta pertemuan menyatakan, tidak akan mengajukan kesepakatan apapun kepada pemerintah. Mereka hanya ingin kekerasan dan pembunuhan dihentikan. Panitia pelaksana pertemuan, Luā€ay Hussain, mendapatkan kesempatan berpidato di hari pertama kemarin. Dia menyatakan pertemuan tersebut adalah momen luar biasa dan belum pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir.

ā€œMereka yang hadir tidak bersenjata, karena mereka bukan teroris atau pelaku sabotase,ā€ ujarnya merujuk pada pernyataan Presiden Assad, yang sebelumnya mensinyalir, demonstrasi rakyat telah disabotase oelh pihak tak bertanggung jawab. Dalam pidatonya, Hussain menyatakan, sistem tirani harus dihentikan.

Muncul kekhawatiran di pihak sejumlah aktifis oposisi yang takut bahwa penyelenggaraan pertemuan tersebut, di tengah terjadinya kekerasan dan sikap represi militer, bisa dijadikan pembenaran bagi rezim Assad untuk melanjutkan tindakannya.

ā€œDeklarasi koalisi Damaskus, oposisi utama di Syria, telah menyatakan menolak pertemuan tersebut,ā€ jelas Malik al-Abdeh, redaktur di Barada TV, sebuah kanal TV oposisi Syria kepada BBC. Dia menambahkan, pemerintah justru senang dengan adanya pertemuan tersebut.

ā€œDalam pertemuan itu, memang ada 3-4 tokoh yang pernah dipenjara karena beroposisi. Tapi di luar itu, saya melihat dalam daftar kehadiran peserta, tidak ada yang dikenal sebagai tokoh oposisi,ā€ tambahnya.
ā€œJadi jelas ini bukan pertemuan oposisi. Ini hanya pertemuan para intelektual yang membahas masa depan Syria. Saya harus menekankan ini, pertemuan tersebut berada di bawah pengawasan ketat militer Syria,ā€ tegasnya. (cak/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/