27 C
Medan
Thursday, July 4, 2024

Panik karena DBD setelah 70 Tahun

Nyamuk Aedes, pembawa virus demam dengue.
Nyamuk Aedes, pembawa virus demam dengue.

TOKYO, SUMUTPOS.C0 – Kasus demam dengue atau yang dikenal dengan demam berdarah dengue (DBD) sudah jamak terjadi di Indonesia. Namun, tidak demikian halnya dengan Jepang. Demam karena terkena gigitan nyamuk itu kali terakhir terjadi hampir 70 tahun lalu. Yakni, pada 1944. Karena itu, ketika belakangan ini ada yang menderita DBD, warga Jepang menjadi panik. ‘Warga tidak perlu khawatir. Sebab, penyakit ini tidak menular dari manusia ke manusia secara langsung,’ ujar Sekretaris Kepala Kabinet Yoshihide Suga.

Saat ini ada tiga orang yang positif menderita demam dengue. Yakni, seorang pria Tokyo yang berusia 20-an tahun, serta remaja dan perempuan dari Perfektur Saitama. Mereka diperkirakan digigit nyamuk saat berada di Taman Yoyogi di pusat kota Tokyo. Kondisi mereka tidak kritis. Selain itu, tidak ada vaksin khusus untuk mengobati penyakit tersebut. Pasien hanya harus beristirahat, minum banyak air, dan mengurangi panas dengan menggunakan parasetamol atau obat lain berdasar resep dokter.

Setiap tahun di Jepang sejatinya ada 200 kasus demam dengue. Namun, mereka terkena demam setelah bepergian ke luar negeri. Terutama ke negara-negara Asia Tenggara. Nah, dalam kasus kali ini, tiga korban tidak ke luar negeri belakangan ini. Artinya, mereka terkena gigitan nyamuk di dalam negeri.

Sementara itu, petugas kesehatan Jepang menyatakan tidak menemukan virus dengue pada nyamuk-nyamuk di Taman Yoyogi. Meski demikian, untuk pencegahan, area taman tersebut akan disemprot disinfektan. Gara-gara berita gigitan nyamuk itu menyebar, harga obat-obat disinfektan pembasmi nyamuk di Jepang melambung. Sebab, permintaan dari masyarakat meningkat tajam. (AFP/AP/Japan Times/sha/c20/tia)

Nyamuk Aedes, pembawa virus demam dengue.
Nyamuk Aedes, pembawa virus demam dengue.

TOKYO, SUMUTPOS.C0 – Kasus demam dengue atau yang dikenal dengan demam berdarah dengue (DBD) sudah jamak terjadi di Indonesia. Namun, tidak demikian halnya dengan Jepang. Demam karena terkena gigitan nyamuk itu kali terakhir terjadi hampir 70 tahun lalu. Yakni, pada 1944. Karena itu, ketika belakangan ini ada yang menderita DBD, warga Jepang menjadi panik. ‘Warga tidak perlu khawatir. Sebab, penyakit ini tidak menular dari manusia ke manusia secara langsung,’ ujar Sekretaris Kepala Kabinet Yoshihide Suga.

Saat ini ada tiga orang yang positif menderita demam dengue. Yakni, seorang pria Tokyo yang berusia 20-an tahun, serta remaja dan perempuan dari Perfektur Saitama. Mereka diperkirakan digigit nyamuk saat berada di Taman Yoyogi di pusat kota Tokyo. Kondisi mereka tidak kritis. Selain itu, tidak ada vaksin khusus untuk mengobati penyakit tersebut. Pasien hanya harus beristirahat, minum banyak air, dan mengurangi panas dengan menggunakan parasetamol atau obat lain berdasar resep dokter.

Setiap tahun di Jepang sejatinya ada 200 kasus demam dengue. Namun, mereka terkena demam setelah bepergian ke luar negeri. Terutama ke negara-negara Asia Tenggara. Nah, dalam kasus kali ini, tiga korban tidak ke luar negeri belakangan ini. Artinya, mereka terkena gigitan nyamuk di dalam negeri.

Sementara itu, petugas kesehatan Jepang menyatakan tidak menemukan virus dengue pada nyamuk-nyamuk di Taman Yoyogi. Meski demikian, untuk pencegahan, area taman tersebut akan disemprot disinfektan. Gara-gara berita gigitan nyamuk itu menyebar, harga obat-obat disinfektan pembasmi nyamuk di Jepang melambung. Sebab, permintaan dari masyarakat meningkat tajam. (AFP/AP/Japan Times/sha/c20/tia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/