31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Korut Siap Perang dengan AS dan Korsel

SEOUL – Korea Utara marah besar menyikapi apa yang disebutnya provokasi dari Amerika Serikat karena menerbangkan pesawat pengebom siluman B-2 dan B-52 di Semenanjung Korea dalam misi latihan bersama militer Korea Selatan. Baik B-2 maupun B- 52 mampu membawa senjata nuklir.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mengeluarkan pernyataan resmi untuk siaga perang dengan Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) kepada rakyat dan militernya.

Pertemuan darurat dengan para petinggi militernya dilakukan untuk menyusun rencana serangan bila dibutuhkan ke Korea Selatan, di mana AS memiliki basis pangkalan militer di sana.

“Untuk saat ini, hubungan Korut dan Korsel sudah memasuki periode perang dan seluruh isu antara Korut dan Korsel akan segera diselesaikan dengan perang,” demikian pernyataan Pemerintah Korut, seperti dikutip KCNA, Sabtu (30/3).

Menurut laporan KCNA, pernyataan itu diumumkan langsung oleh Pemerintah Korut, Partai Pekerja Korut, dan sejumlah instansi kenegaraan di negeri komunis Korea itu. Namun sejumlah pihak merasa, Korut tidak akan melancarkan serangan secara langsung ke Korsel maupun AS. Ancamanancaman serangan itu merupakan ancaman umum yang sudah biasa muncul di Semenanjung Korea.

Kedua negara Korea itu memang masih dalam kondisi perang karena tidak ada perjanjian damai yang mengikat usai Perang Korea 1950 berakhir. Korut pun sudah membatalkan eksistensi perjanjian gencatan senjata itu pada bulan ini, secara sepihak.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan, langkah Korut membatalkan perjanjian itu tidak sah karena mereka belum menerima persetujuan Korsel. Korsel pun enggan mengakui sikap Korut dan mengecam perilaku itu.

Selain membatalkan perjanjian gencatan senjata, Korut juga sudah memutuskan tiga jalur komunikasi dengan militer Korsel. Salah satu jalur komunikasi itu adalah jalur komunikasi Palang Merah Internasional yang dimanfaatkan untuk sarana komunikasi kedua negara itu.

Meski muncul ancaman dan pembatalan perjanjian gencatan senjata, aktivitas perdagangan Korut dan Korsel ternyata masih berlanjut.

Negeri komunis itu masih membuka zona industri di perbatasan yang sering didatangi oleh para pekerja dari Korsel. Truk-truk milik warga Negeri Ginseng itu juga terlihat masih diparkir di dalam wilayah Korut.

Menanggapi ancaman balasan dari Korea Utara, Jurubicara Pentagon di Washington DC, AS, angkat bicara dan mengkritik respons negara komunis itu.

Jurubicara Pentagon, Letnan Kolonel Catherine Wilkinson, dikutip dari New York Times, menegaskan, AS sepenuhnya mampu membela negaranya sendiri maupun sekutunya.

“Retorika dan ancaman yang sering dilakukan Korea Utara merupakan pola yang dirancang untuk meningkatkan ketegangan dan intimidasi dari negara lain,” sebutnya.

Di Korsel, suasana agak mencekam. Jurubicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Kim Min-seok, mengatakan, pihaknya telah mengetahui peningkatan aktivitas unit militer Korea Utara.

“Kami percaya mereka (Korea Utara) akan mengambil langkah-langkah tindakan lebih lanjut,” kata Min-seok.

Otoritas intelijen Korea Selatan dan Amerika serius mengawasi manuver balasan dari Korea Utara. Apakah mereka sedang mempersiapkan rudal jarak pendek, menengah, atau jarak jauhnya.

Para pejabat Korea Selatan dan media-media nasional juga mengatakan, telah terjadi lonjakan pergerakan kendaraan dan pasukan di unit rudal Korea Utara dalam beberapa hari terakhir. (bbs/jpnn)

SEOUL – Korea Utara marah besar menyikapi apa yang disebutnya provokasi dari Amerika Serikat karena menerbangkan pesawat pengebom siluman B-2 dan B-52 di Semenanjung Korea dalam misi latihan bersama militer Korea Selatan. Baik B-2 maupun B- 52 mampu membawa senjata nuklir.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mengeluarkan pernyataan resmi untuk siaga perang dengan Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) kepada rakyat dan militernya.

Pertemuan darurat dengan para petinggi militernya dilakukan untuk menyusun rencana serangan bila dibutuhkan ke Korea Selatan, di mana AS memiliki basis pangkalan militer di sana.

“Untuk saat ini, hubungan Korut dan Korsel sudah memasuki periode perang dan seluruh isu antara Korut dan Korsel akan segera diselesaikan dengan perang,” demikian pernyataan Pemerintah Korut, seperti dikutip KCNA, Sabtu (30/3).

Menurut laporan KCNA, pernyataan itu diumumkan langsung oleh Pemerintah Korut, Partai Pekerja Korut, dan sejumlah instansi kenegaraan di negeri komunis Korea itu. Namun sejumlah pihak merasa, Korut tidak akan melancarkan serangan secara langsung ke Korsel maupun AS. Ancamanancaman serangan itu merupakan ancaman umum yang sudah biasa muncul di Semenanjung Korea.

Kedua negara Korea itu memang masih dalam kondisi perang karena tidak ada perjanjian damai yang mengikat usai Perang Korea 1950 berakhir. Korut pun sudah membatalkan eksistensi perjanjian gencatan senjata itu pada bulan ini, secara sepihak.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan, langkah Korut membatalkan perjanjian itu tidak sah karena mereka belum menerima persetujuan Korsel. Korsel pun enggan mengakui sikap Korut dan mengecam perilaku itu.

Selain membatalkan perjanjian gencatan senjata, Korut juga sudah memutuskan tiga jalur komunikasi dengan militer Korsel. Salah satu jalur komunikasi itu adalah jalur komunikasi Palang Merah Internasional yang dimanfaatkan untuk sarana komunikasi kedua negara itu.

Meski muncul ancaman dan pembatalan perjanjian gencatan senjata, aktivitas perdagangan Korut dan Korsel ternyata masih berlanjut.

Negeri komunis itu masih membuka zona industri di perbatasan yang sering didatangi oleh para pekerja dari Korsel. Truk-truk milik warga Negeri Ginseng itu juga terlihat masih diparkir di dalam wilayah Korut.

Menanggapi ancaman balasan dari Korea Utara, Jurubicara Pentagon di Washington DC, AS, angkat bicara dan mengkritik respons negara komunis itu.

Jurubicara Pentagon, Letnan Kolonel Catherine Wilkinson, dikutip dari New York Times, menegaskan, AS sepenuhnya mampu membela negaranya sendiri maupun sekutunya.

“Retorika dan ancaman yang sering dilakukan Korea Utara merupakan pola yang dirancang untuk meningkatkan ketegangan dan intimidasi dari negara lain,” sebutnya.

Di Korsel, suasana agak mencekam. Jurubicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Kim Min-seok, mengatakan, pihaknya telah mengetahui peningkatan aktivitas unit militer Korea Utara.

“Kami percaya mereka (Korea Utara) akan mengambil langkah-langkah tindakan lebih lanjut,” kata Min-seok.

Otoritas intelijen Korea Selatan dan Amerika serius mengawasi manuver balasan dari Korea Utara. Apakah mereka sedang mempersiapkan rudal jarak pendek, menengah, atau jarak jauhnya.

Para pejabat Korea Selatan dan media-media nasional juga mengatakan, telah terjadi lonjakan pergerakan kendaraan dan pasukan di unit rudal Korea Utara dalam beberapa hari terakhir. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/