30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Seratusan Muslim Myanmar Menghilang

MYANMAR- Warga Muslim Myanmar di Sit Kwin yang jumlah tidak lebih dari 100 orang dikabarkan menghilang. Mereka tampaknya mencoba melarikan diri dari kekerasan sektarian dan amukan warga Buddha belakangan ini.

Selain masjid, toko-toko beserta perumahan warga Muslim di negara tersebut juga ikut hancur.

Puluhan warga pun tewas dan beberapa di antaranya berhasil bersembunyi di tempat lain.

“Kami sama sekali tidak tahu di mana keberadaan mereka,” ujar seorang sopir taksi Aung Ko Myint, seperti dikutip Reuters, Sabtu (30/3). Kekerasan di Sit Kwin terjadi empat hari yang lalu ketika 30 orang pengedara sepeda motor melaju ke salah satu wilayah dan memaksa warga Muslim pergi dari wilayah itu.

Kepolisian pun datang dan menjaga wilayah itu.

Tiga orang biksu pun terlihat memimpin 30 warga yang mencoba mendekati masjid. Massa yang tergabung dalam 30 orang itu membawa senjata. Mereka semua ditahan, namun akhirnya dibebaskan atas desakan pejabat walikota.

Kepala biara yang memimpin protes itu mengatakan, dirinya mengerahkan massa setelah mendegar rumor dari biksu lainnya lewat telepon tentang kekerasan antar warga itu. Kepala biara itu mengatakan, para biksu akan membalas dendam terhadap warga Muslim atas penghancuran patung Buddha yang dilakukan oleh Taliban di Provinsi Bamiyan, Afghanistan, pada 2001 silam.

“Tidak ada masalah dengan bagaimana mereka hidup. Namun mereka minoritas dan kami mayoritas. Ketika minoritas menghina agama kami dan kami merasa terpojok, kami akan datang dan mengambil tindakan,” ujar kepala biara itu.

Sejak 20 Maret lalu, kekerasan yang terjadi di Kota Meikhtila terus menyebar. Kekerasan itu dipimpin oleh warga Buddha yang membela rekannya dalam perseteruan di salah satu toko milik warga Muslim.

Retorika anti-Islam pun bermunculan dari para pemuka agama di negara yang sempat dipimpin junta militer itu. Mereka turut menyuarakan pemboikotan terhadap produk toko yang dikelola warga Muslim. (rts/jpnn)

MYANMAR- Warga Muslim Myanmar di Sit Kwin yang jumlah tidak lebih dari 100 orang dikabarkan menghilang. Mereka tampaknya mencoba melarikan diri dari kekerasan sektarian dan amukan warga Buddha belakangan ini.

Selain masjid, toko-toko beserta perumahan warga Muslim di negara tersebut juga ikut hancur.

Puluhan warga pun tewas dan beberapa di antaranya berhasil bersembunyi di tempat lain.

“Kami sama sekali tidak tahu di mana keberadaan mereka,” ujar seorang sopir taksi Aung Ko Myint, seperti dikutip Reuters, Sabtu (30/3). Kekerasan di Sit Kwin terjadi empat hari yang lalu ketika 30 orang pengedara sepeda motor melaju ke salah satu wilayah dan memaksa warga Muslim pergi dari wilayah itu.

Kepolisian pun datang dan menjaga wilayah itu.

Tiga orang biksu pun terlihat memimpin 30 warga yang mencoba mendekati masjid. Massa yang tergabung dalam 30 orang itu membawa senjata. Mereka semua ditahan, namun akhirnya dibebaskan atas desakan pejabat walikota.

Kepala biara yang memimpin protes itu mengatakan, dirinya mengerahkan massa setelah mendegar rumor dari biksu lainnya lewat telepon tentang kekerasan antar warga itu. Kepala biara itu mengatakan, para biksu akan membalas dendam terhadap warga Muslim atas penghancuran patung Buddha yang dilakukan oleh Taliban di Provinsi Bamiyan, Afghanistan, pada 2001 silam.

“Tidak ada masalah dengan bagaimana mereka hidup. Namun mereka minoritas dan kami mayoritas. Ketika minoritas menghina agama kami dan kami merasa terpojok, kami akan datang dan mengambil tindakan,” ujar kepala biara itu.

Sejak 20 Maret lalu, kekerasan yang terjadi di Kota Meikhtila terus menyebar. Kekerasan itu dipimpin oleh warga Buddha yang membela rekannya dalam perseteruan di salah satu toko milik warga Muslim.

Retorika anti-Islam pun bermunculan dari para pemuka agama di negara yang sempat dipimpin junta militer itu. Mereka turut menyuarakan pemboikotan terhadap produk toko yang dikelola warga Muslim. (rts/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/