30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Kekurangan Serat Picu Penyakit Seumur Hidup

MEDAN – Kekurangan serat dianggap sebagai pemicu utama berbagai penyakit yang penangananya bisa seumur hidup. Diantaranya seperti penyakit kardiovaskular, sindroma pluri-metabolik atau sindroma X, kanker usus, kanker esogu, kegemukan, penyakit jantung koroner dan sebagainya.

Hal ini diungkapkan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, dalam diskusi bertema Sehat Dengan Serat, Kamis (6/12)

Masalahnya menurut Gontar, hingga saat ini pemahaman masyarakat tentang manfaat serat ini masih sangat minim di Indonesia.
“Masyarakat pada umumnya masih menganggap serat sebagai hal yang sepele, padahal efeknya terhadap kesehatan sangat besar,” sebut Gontar.
Gontar menambahkan, rendahnya kesadaran akan pentingnya serat tersebut, terlihat dari data hasil penelitian Departemen Kesehatan tahun 2008, yang menemukan konsumsi serat masyarakat di Indonesia hanya 10,7 gram perhari. Jumlah tersebut masih jauh dari anjuran Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebesar 25 hingga 35 gram perhari, dan jauh dari yang diharapkan.

Secara khusus di Sumatera Utara, Gontar menyampaikan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) tahun 2008, dimana secara keseluruhan hanya 5,5 persen warga Sumatera Utara yang mengkonsumsi serat sesuai anjuran World Health Organization (WHO).

“Data ini menjelaskan kalau masyarakat Sumut juga masih minim kesadaran mengkonsumsi makanan yang mengandung serat,”ucapnya.
Sementara itu, Nadia perwakilan PT Sari Enesis Indah mengatakan, untuk memenuhi asupan serat yang relatif kurang perusahaan Enesis menjawabnya dengan mengeluarkan suplemen serat yakni Vegeta.

“Vegeta sudah ikut uji klinis tahun 2002 di RS Harapan Kita. Hasilnya, Vegeta mampu menurunkan kadar kolestrol total dan BAB menjadi rutin dan lancar,” ujarnya mengakhiri.(uma)

MEDAN – Kekurangan serat dianggap sebagai pemicu utama berbagai penyakit yang penangananya bisa seumur hidup. Diantaranya seperti penyakit kardiovaskular, sindroma pluri-metabolik atau sindroma X, kanker usus, kanker esogu, kegemukan, penyakit jantung koroner dan sebagainya.

Hal ini diungkapkan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, dalam diskusi bertema Sehat Dengan Serat, Kamis (6/12)

Masalahnya menurut Gontar, hingga saat ini pemahaman masyarakat tentang manfaat serat ini masih sangat minim di Indonesia.
“Masyarakat pada umumnya masih menganggap serat sebagai hal yang sepele, padahal efeknya terhadap kesehatan sangat besar,” sebut Gontar.
Gontar menambahkan, rendahnya kesadaran akan pentingnya serat tersebut, terlihat dari data hasil penelitian Departemen Kesehatan tahun 2008, yang menemukan konsumsi serat masyarakat di Indonesia hanya 10,7 gram perhari. Jumlah tersebut masih jauh dari anjuran Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebesar 25 hingga 35 gram perhari, dan jauh dari yang diharapkan.

Secara khusus di Sumatera Utara, Gontar menyampaikan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) tahun 2008, dimana secara keseluruhan hanya 5,5 persen warga Sumatera Utara yang mengkonsumsi serat sesuai anjuran World Health Organization (WHO).

“Data ini menjelaskan kalau masyarakat Sumut juga masih minim kesadaran mengkonsumsi makanan yang mengandung serat,”ucapnya.
Sementara itu, Nadia perwakilan PT Sari Enesis Indah mengatakan, untuk memenuhi asupan serat yang relatif kurang perusahaan Enesis menjawabnya dengan mengeluarkan suplemen serat yakni Vegeta.

“Vegeta sudah ikut uji klinis tahun 2002 di RS Harapan Kita. Hasilnya, Vegeta mampu menurunkan kadar kolestrol total dan BAB menjadi rutin dan lancar,” ujarnya mengakhiri.(uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/