25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Kesehatan Perempuan Butuh Perhatian

MEDAN- Penegakan Hak-Hak Azasi Perempuan (HAP) sudah menjadi isue krusial tahun 2012 di Sumatera Utara disamping beberapa isue lainnya. Namun kesehatan perempuan adalah hal yang paling penting dan merupakan bagian dari HAP.

Vita Lestari Nasution,  Ketua Perwosi  yang merupakan salah satu organisasi perempuan di Sumut mengatakan,  reproduksi dan peran perempuan yang berbeda dari laki-laki, membuat kebutuhan dan masalah yang dihadapi di bidang kesehatan juga berbeda. Program pemerintah terkait kesehatan perempuan, khususnya ibu dan anak dalam penerapannya, sambungnya masih jauh dari yang diharapkan.

Karena itu, dia mengharapkan agar pemerintah provinsi dan kabupaten/kota lebih memberikan perhatian kepada kaum perempuan.  ‘’Khususnya, perempuan muda yang rentan tertular  penyakit  HIV/AIDS, kanker serviks, payudara, dan penyakit menular seksualitas lainnya,”ujarnya disela acara jalan santai dalam rangkaian peringatan Hari Perempuan Internasional di Medan (11/3).

Acara ini sendiri, diikuti oleh beberapa organisasi perempuan di Sumut. Seperti, Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), Barsdem,  Feminis Muda, Forum P5A, Hapsari,  Kaukus Perempuan, FMPA, Koalisi Perempuan Indonesia Daerah Sumut, Pakkar, Perwosi, Pesada, PKPA,  PSGA-Unimed,  YAK, Dan YAPIDI.

Masih terkait masalah kesehatan perempuan, Dokter Spesialis Kandungan, Khairani Sukatendel SpOG mengatakan angka kematian ibu secara nasional masih sangat tinggi dibanding negara tetangga lainnya seperti Singapura. Meski pemerintah sudah memberi solusi berupa Jaminan Persalinan Gratis (Jampersal), namun dalam penatalaksanaannya masih saja jauh dari harapan.

“Jumlah angka kematian ibu baik di Sumut maupun di Medan tidak beda jauh. Jampersal yang merupakan jalan pintas dan menjadi program pemerintah untuk menurunkan tingginya angka kematian ibu malah menjadi masalah,” kata dokter yang berpraktek di RS Sultan Sulaiman Sergai ini.
Untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu ini, lanjutnya, bukan hanya peran medis saja, tapi seluruh masyarakat. Bahkan, di daerah-daerah pedalaman, angka kematian ibu paling tinggi. ‘’Masyarakat juga harus memiliki empat pemahaman yakni jangan hamil terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jaraknya, dan terlalu banyak anak,” terangnya. (mag- 11)

MEDAN- Penegakan Hak-Hak Azasi Perempuan (HAP) sudah menjadi isue krusial tahun 2012 di Sumatera Utara disamping beberapa isue lainnya. Namun kesehatan perempuan adalah hal yang paling penting dan merupakan bagian dari HAP.

Vita Lestari Nasution,  Ketua Perwosi  yang merupakan salah satu organisasi perempuan di Sumut mengatakan,  reproduksi dan peran perempuan yang berbeda dari laki-laki, membuat kebutuhan dan masalah yang dihadapi di bidang kesehatan juga berbeda. Program pemerintah terkait kesehatan perempuan, khususnya ibu dan anak dalam penerapannya, sambungnya masih jauh dari yang diharapkan.

Karena itu, dia mengharapkan agar pemerintah provinsi dan kabupaten/kota lebih memberikan perhatian kepada kaum perempuan.  ‘’Khususnya, perempuan muda yang rentan tertular  penyakit  HIV/AIDS, kanker serviks, payudara, dan penyakit menular seksualitas lainnya,”ujarnya disela acara jalan santai dalam rangkaian peringatan Hari Perempuan Internasional di Medan (11/3).

Acara ini sendiri, diikuti oleh beberapa organisasi perempuan di Sumut. Seperti, Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), Barsdem,  Feminis Muda, Forum P5A, Hapsari,  Kaukus Perempuan, FMPA, Koalisi Perempuan Indonesia Daerah Sumut, Pakkar, Perwosi, Pesada, PKPA,  PSGA-Unimed,  YAK, Dan YAPIDI.

Masih terkait masalah kesehatan perempuan, Dokter Spesialis Kandungan, Khairani Sukatendel SpOG mengatakan angka kematian ibu secara nasional masih sangat tinggi dibanding negara tetangga lainnya seperti Singapura. Meski pemerintah sudah memberi solusi berupa Jaminan Persalinan Gratis (Jampersal), namun dalam penatalaksanaannya masih saja jauh dari harapan.

“Jumlah angka kematian ibu baik di Sumut maupun di Medan tidak beda jauh. Jampersal yang merupakan jalan pintas dan menjadi program pemerintah untuk menurunkan tingginya angka kematian ibu malah menjadi masalah,” kata dokter yang berpraktek di RS Sultan Sulaiman Sergai ini.
Untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu ini, lanjutnya, bukan hanya peran medis saja, tapi seluruh masyarakat. Bahkan, di daerah-daerah pedalaman, angka kematian ibu paling tinggi. ‘’Masyarakat juga harus memiliki empat pemahaman yakni jangan hamil terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jaraknya, dan terlalu banyak anak,” terangnya. (mag- 11)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/