WASHINGTON, SUMUTPOS.CO – Ketakutan terhadap persebaran ebola membuat beberapa rumah sakit di Amerika Serikat (AS) membuat langkah pencegahan. Mereka membeli robot yang diyakini bisa membunuh kuman-kuman penyebab ebola. Robot tersebut kini digunakan di 250 rumah sakit di AS dan tiga pusat medis milik militer. Termasuk di antaranya Rumah Sakit Dallas, tempat pasien ebola pertama meninggal di AS.
“Robot ini adalah bagian dari strategi kami untuk pencegahan ebola,” ujar juru bicara Pangkalan Militer Udara Langley Alton Dunham. Bagian medis di Langley menggunakan robot itu sejak Oktober lalu.
Robot seharga USD 115 ribu (Rp 1,4 miliar) tersebut mengeluarkan sinar ultraviolet (UV) untuk membasmi kuman-kuman di rumah sakit. Misalnya, bakteri, virus, spora bakteri, serta serangga. Pembasmian kuman dalam satu ruangan cukup memakan waktu 5″10 menit. Tidak seluruh ruangan di rumah sakit yang dibersihkan dengan robot itu. Hanya ruangan-ruangan tertentu yang sekiranya berbahaya bagi para petugas medis. Misalnya, ruangan tersebut telah dipakai pasien ebola atau pasien dengan penyakit menular lainnya.
Virus ebola bisa bertahan selama 6 hari di permukaan benda padat. Karena itu, meski pasien telah dipindahkan atau meninggal, potensi penularan kepada petugas medis masih ada. Karena itu, robot tersebut bakal digunakan untuk mematikan seluruh kuman lebih dulu sebelum petugas medis membersihkan atau merapikan kamar.
Sayangnya, robot tersebut belum bisa dibawa ke Afrika Barat. Sebab, kondisinya belum memungkinkan. Robot itu butuh berjalan di lantai yang rata, membutuhkan listrik, dan hal-hal lain yang sulit tersedia di Afrika Barat.
Secara terpisah, para perampok telah membajak sebuah taksi di Guinea. Di dalamnya ada seorang kurir Palang Merah. Perampok meminta HP, uang, dan perhiasan dari 9 penumpang di taksi tersebut. Mereka juga meminta kotak pendingin yang dibawa si kurir. Kotak tersebut berisi darah pasien yang ditengarai menderita ebola.
“Tidak diragukan lagi, mereka mengira itu isinya sesuatu yang lain. Mereka akan membuangnya begitu tahu isinya darah, bukan emas, atau pun permata,” ujar Kepala Delegasi Palang Merah di Guinea Youssouf Traor”. Yang menjadi masalah, jika darah itu terkena orang dan menyebarkan virus ebola ke lebih banyak orang. (Reuters/AFP/sha/c15/dos)