25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Swasta Borong Dolar USD 22 Miliar

Swasta Borong Dolar USD 22 Miliar JAKARTA- Pantas saja Rupiah terus melemah. Selain tekanan ekonomi global dan defisit transaksi berjalan (current account), Rupiah juga tertekan karena besarnya jumlah utang swasta yang jatuh tempo pada September nanti.

Akibatnya, swasta pun memborong dolar AS (USD) untuk membayar utangnya yang segera jatuh tempo.

Ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad H.

Wibowo mengatakan, sentimen eksternal dan defisit transaksi berjalan memang menjadi faktor signifikan yang melemahkan Rupiah. Tapi, faktor lain yang kurang mendapat perhatian adalah besarnya jumlah utang luar negeri pihak swasta yang segera jatuh tempo. ‘Jadi, kebutuhan dolar di pasar sangat tinggi, stok dolar yang ada jadi rebutan, sehingga harganya melonjak,’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (21/8).

Dradjad pun membeber data utang swasta yang terus menggunung. Pada akhir 2012, jumlah utang swasta tercatat USD 126,2 miliar.

Pada akhir Juni 2013, nilainya sudah melonjak hingga USD 133,98 miliar. Itu terdiri dari utang bank USD 23,34 miliar dan korporasi nonbank USD 110,64 miliar.

Dari jumlah tersebut, total utang yang jatuh tempo atau harus dibayar oleh pihak swasta pada 2013 mencapai USD 32,12 miliar. Jumlah itu jauh lebih besar dibanding utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2013 yang sebesar USD 8,97 miliar.

Nah, dari total utang swasta yang jatuh tempo sebesar USD 32,12 miliar tersebut, yang sudah dibayar pada periode Januari – Juni 2013 sebanyak USD 9,86 miliar. Sedangkan USD 22,26 miliar sisanya harus dilunasi pada periode Juli – Desember 2013.

‘Ini sebagian besar jatuh tempo pada September. Jadi, perusahaan yang stok dolarnya belum cukup (untuk membayar utang), mencari di pasar (uang) dan berani membeli dengan harga tinggi, sehingga Rupiah melemah.

Ketika nilai Rupiah makin anjlok, perusahaan-perusahaan pun makin banyak memburu dolar karena takut nanti dolarnya makin mahal. Jadinya ya begini,” katanya. (jpnn)

Swasta Borong Dolar USD 22 Miliar JAKARTA- Pantas saja Rupiah terus melemah. Selain tekanan ekonomi global dan defisit transaksi berjalan (current account), Rupiah juga tertekan karena besarnya jumlah utang swasta yang jatuh tempo pada September nanti.

Akibatnya, swasta pun memborong dolar AS (USD) untuk membayar utangnya yang segera jatuh tempo.

Ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad H.

Wibowo mengatakan, sentimen eksternal dan defisit transaksi berjalan memang menjadi faktor signifikan yang melemahkan Rupiah. Tapi, faktor lain yang kurang mendapat perhatian adalah besarnya jumlah utang luar negeri pihak swasta yang segera jatuh tempo. ‘Jadi, kebutuhan dolar di pasar sangat tinggi, stok dolar yang ada jadi rebutan, sehingga harganya melonjak,’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (21/8).

Dradjad pun membeber data utang swasta yang terus menggunung. Pada akhir 2012, jumlah utang swasta tercatat USD 126,2 miliar.

Pada akhir Juni 2013, nilainya sudah melonjak hingga USD 133,98 miliar. Itu terdiri dari utang bank USD 23,34 miliar dan korporasi nonbank USD 110,64 miliar.

Dari jumlah tersebut, total utang yang jatuh tempo atau harus dibayar oleh pihak swasta pada 2013 mencapai USD 32,12 miliar. Jumlah itu jauh lebih besar dibanding utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2013 yang sebesar USD 8,97 miliar.

Nah, dari total utang swasta yang jatuh tempo sebesar USD 32,12 miliar tersebut, yang sudah dibayar pada periode Januari – Juni 2013 sebanyak USD 9,86 miliar. Sedangkan USD 22,26 miliar sisanya harus dilunasi pada periode Juli – Desember 2013.

‘Ini sebagian besar jatuh tempo pada September. Jadi, perusahaan yang stok dolarnya belum cukup (untuk membayar utang), mencari di pasar (uang) dan berani membeli dengan harga tinggi, sehingga Rupiah melemah.

Ketika nilai Rupiah makin anjlok, perusahaan-perusahaan pun makin banyak memburu dolar karena takut nanti dolarnya makin mahal. Jadinya ya begini,” katanya. (jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/