30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

447 Peserta UN SMP Kota Medan Alpa

Setelah dilaksanakan Ujian Nasional (UN) SMP di Kota Medan. Angka siswa yang tidak mengikuti UN sangat signifikan, rata-rata per hari bisa mencapai 400-an orang. Tingginya angka itu menimbulkan prediksi dan tingginya angka putus sekolah bagi siswa di kalangan pelajar SMP.

“Memang dari UN SMP kemarin, banyak siswa yang alpa. Sejauh ini kami memang belum mengetahui apa penyebabnya. Rata-rata hal itu terjadi tidak hanya di Kota Medan, melainkan di kabupaten/kota yang lain tingkat kehadirannya bahkan mencapai 500-an orang,” kata Kepala Dinas Pendidikan Medan, Rajab Lubis.

Dia menerangkan, dari data peserta UN SMP di hari pertama Senin (23/4), dari peserta UN yang didaftarkan sebanyak 41.837 orang, hadir mengikuti UN sebanyak 41.379 orang dan yang alpa sebanyak 427 orang, sakit sebanyak 29 orang.  Berlanjut di hari kedua, Selasa (24/4), dari peserta UN sebanyak 41.837 orang, yang hadir hanya 41.407 orang, alpa 397 orang dan sakit 33 orang.

Sementara di hari ketiga, Rabu (25/4) dari jumlah peserta 41.837 orang, yang hadir 41.390 orang, alpa 420 orang dan sakit 27 orang, di hari terakhir, Kamis (25/4) dari peserta UN sebanyak 41.837 orang, yang hadir sebanyak 41.351 orang, alpa sebanyak 447 orang dan sakit sebanyak 39 orang.

Rajab membeberkan, banyaknya siswa peserta UN tingkat SMP yang tidak hadir tanpa alasan atau alpa, disebabkan karena semakin tingginya angka putus sekolah. “Mungkin saja itu karena putus sekolah. Tapi kita memang belum dapat memastikan hal itu. Setelah selesai UN, kami akan menelusuri permasalahan itu,” katanya.

Dia mengaku terkejut dengan tingginya angka alpa peserta UN tingkat SMP. Biasanya, kalau dalam terminologi pendidikan, tingginya angka drop out (putus sekolah) bagi siswa itu disebabkan dua hal, pertama karena kondisi ekonomi orangtua yang tidak mencukupi, dan kedua karena tidak mampunya anak tersebut untuk mengikuti pelajaran, tapi yang dominan karena kondisi ekonomi orangtua.

“Untuk permasalahan ini, kami belum bisa merumuskannya. Tapi kami tetap menyelidiki apa yang menjadi penyebabnya,” ujarnya. (adl)

Setelah dilaksanakan Ujian Nasional (UN) SMP di Kota Medan. Angka siswa yang tidak mengikuti UN sangat signifikan, rata-rata per hari bisa mencapai 400-an orang. Tingginya angka itu menimbulkan prediksi dan tingginya angka putus sekolah bagi siswa di kalangan pelajar SMP.

“Memang dari UN SMP kemarin, banyak siswa yang alpa. Sejauh ini kami memang belum mengetahui apa penyebabnya. Rata-rata hal itu terjadi tidak hanya di Kota Medan, melainkan di kabupaten/kota yang lain tingkat kehadirannya bahkan mencapai 500-an orang,” kata Kepala Dinas Pendidikan Medan, Rajab Lubis.

Dia menerangkan, dari data peserta UN SMP di hari pertama Senin (23/4), dari peserta UN yang didaftarkan sebanyak 41.837 orang, hadir mengikuti UN sebanyak 41.379 orang dan yang alpa sebanyak 427 orang, sakit sebanyak 29 orang.  Berlanjut di hari kedua, Selasa (24/4), dari peserta UN sebanyak 41.837 orang, yang hadir hanya 41.407 orang, alpa 397 orang dan sakit 33 orang.

Sementara di hari ketiga, Rabu (25/4) dari jumlah peserta 41.837 orang, yang hadir 41.390 orang, alpa 420 orang dan sakit 27 orang, di hari terakhir, Kamis (25/4) dari peserta UN sebanyak 41.837 orang, yang hadir sebanyak 41.351 orang, alpa sebanyak 447 orang dan sakit sebanyak 39 orang.

Rajab membeberkan, banyaknya siswa peserta UN tingkat SMP yang tidak hadir tanpa alasan atau alpa, disebabkan karena semakin tingginya angka putus sekolah. “Mungkin saja itu karena putus sekolah. Tapi kita memang belum dapat memastikan hal itu. Setelah selesai UN, kami akan menelusuri permasalahan itu,” katanya.

Dia mengaku terkejut dengan tingginya angka alpa peserta UN tingkat SMP. Biasanya, kalau dalam terminologi pendidikan, tingginya angka drop out (putus sekolah) bagi siswa itu disebabkan dua hal, pertama karena kondisi ekonomi orangtua yang tidak mencukupi, dan kedua karena tidak mampunya anak tersebut untuk mengikuti pelajaran, tapi yang dominan karena kondisi ekonomi orangtua.

“Untuk permasalahan ini, kami belum bisa merumuskannya. Tapi kami tetap menyelidiki apa yang menjadi penyebabnya,” ujarnya. (adl)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/