30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Nilai Religius Ramadan Fair Mulai Hilang, Lebih Mirip Pasar Malam

Empat elemen mahasiswa, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Medan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Alwashliyah (IMMAH) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), mengkritisi pelaksanaan Ramadhan Fair ke X saat audiensi ke balai Kota Medan, Selasa (23/7) yang diterima langsung Plt Wali Kota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi.

MEMANTAU: Drs Rahudman Harahap, MM  Plt Wali Kota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi saat memantau Ramadhan Fair.  //istimewa
MEMANTAU: Drs Rahudman Harahap, MM dan Plt Wali Kota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi saat memantau Ramadhan Fair. //istimewa

Ketua PMII Andi Harumunan didampingi Ketua IMM Abdullah Harahap, Ketua HIMMAH Nurul Yakin Sitorus dan Ketua HMI Hendra Hidayat mengatakan, kunjungan ini selain silaturahim juga memberikan masukan dan buah pikiran kepada pemerintah Kota Medan, selaku penanggung jawab kegiatan Ramadhan Fair.

“Pada pelaksanaan Ramdahan Fair ke-X perlu dievaluasi karena tujuan untuk menciptakan nuansa Ramadan belum tercapai, bahkan dalam kegiatannya lebih menonjolkan ekonomi dan layaknya seperti pasar malam,” ujarnya.

Dia memaparkan, Ramadhan Fair digaungkan menjadi ikon Kota Medan, sepertinya perlahan mulai  kehilangan identitas, dan nilai-nilai religius yang seharusnya ditonjolkan menjadi tereleminir. Bahkan, lebih menonjolkan peningkatan ekonomi.

“Ini sebagai masukan agar ke depan Ramadhan Fair menghidupkan budaya religi, karena kita melihat budaya religius tersebut tidak ada lagi, dan kami sebagai empat elemen mahasiswa saat ini sedang melakukan road show safari Ramdan di  tengah-tengah masyarakat Kota Medan,” ujarnya.
Sedangkan Plt Wali Kota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi mengatakan, sangat berterima kasih atas kunjungan empat elemen mahasiswa ini, dan semua masukan ini sangat berharga untuk suksesnya Ramadhan Fair 2013. Masukan ini akan menjadi acuan ke depannya untuk menjadikan kegiatan Ramadhan Fair  menjadi kegiatan betul-betul memiliki makna religius. “Pada awalnya niat untuk menggelar Ramadhan Fair untuk mengumpulkan para pedagang agar para pedagang tidak berserak serta memeriahkan bulan suci Ramadan,” kata Eldin.

Menurutnya, kegiatan Ramadhan Fair memang sebelumnya menonjolkan nilai-budaya Islami yang relegius, selain kegiatan kuliner dan non kuliner setiap harinya baik siang hari dan malam hari digelar berbagai kegiatan yang bernuansa budaya Islam, seperti, lomba azan, lomba kaligrafi, lomba membaca Alquran, lomba memukul beduk, lomba busana muslim, lomba membangunkan orang bersaur dan lainnya. Namun belakangan ini kegiatan tersebut mulai menurun.

“Saya akui kegiatan Ramdhan fair tahun ini, kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami sepertinya menurun, ini menjadi masukan bagi kami ke depan kegiatan yang bersifat budaya Islam yang religius akan ditonjolkan di Ramadhan Fair, dan kegiatan road show yang dilakukan oleh empat elemen mahasiswa ini saya nilai sangat positf,” ujar Eldin.  (dek)

Empat elemen mahasiswa, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Medan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Alwashliyah (IMMAH) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), mengkritisi pelaksanaan Ramadhan Fair ke X saat audiensi ke balai Kota Medan, Selasa (23/7) yang diterima langsung Plt Wali Kota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi.

MEMANTAU: Drs Rahudman Harahap, MM  Plt Wali Kota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi saat memantau Ramadhan Fair.  //istimewa
MEMANTAU: Drs Rahudman Harahap, MM dan Plt Wali Kota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi saat memantau Ramadhan Fair. //istimewa

Ketua PMII Andi Harumunan didampingi Ketua IMM Abdullah Harahap, Ketua HIMMAH Nurul Yakin Sitorus dan Ketua HMI Hendra Hidayat mengatakan, kunjungan ini selain silaturahim juga memberikan masukan dan buah pikiran kepada pemerintah Kota Medan, selaku penanggung jawab kegiatan Ramadhan Fair.

“Pada pelaksanaan Ramdahan Fair ke-X perlu dievaluasi karena tujuan untuk menciptakan nuansa Ramadan belum tercapai, bahkan dalam kegiatannya lebih menonjolkan ekonomi dan layaknya seperti pasar malam,” ujarnya.

Dia memaparkan, Ramadhan Fair digaungkan menjadi ikon Kota Medan, sepertinya perlahan mulai  kehilangan identitas, dan nilai-nilai religius yang seharusnya ditonjolkan menjadi tereleminir. Bahkan, lebih menonjolkan peningkatan ekonomi.

“Ini sebagai masukan agar ke depan Ramadhan Fair menghidupkan budaya religi, karena kita melihat budaya religius tersebut tidak ada lagi, dan kami sebagai empat elemen mahasiswa saat ini sedang melakukan road show safari Ramdan di  tengah-tengah masyarakat Kota Medan,” ujarnya.
Sedangkan Plt Wali Kota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi mengatakan, sangat berterima kasih atas kunjungan empat elemen mahasiswa ini, dan semua masukan ini sangat berharga untuk suksesnya Ramadhan Fair 2013. Masukan ini akan menjadi acuan ke depannya untuk menjadikan kegiatan Ramadhan Fair  menjadi kegiatan betul-betul memiliki makna religius. “Pada awalnya niat untuk menggelar Ramadhan Fair untuk mengumpulkan para pedagang agar para pedagang tidak berserak serta memeriahkan bulan suci Ramadan,” kata Eldin.

Menurutnya, kegiatan Ramadhan Fair memang sebelumnya menonjolkan nilai-budaya Islami yang relegius, selain kegiatan kuliner dan non kuliner setiap harinya baik siang hari dan malam hari digelar berbagai kegiatan yang bernuansa budaya Islam, seperti, lomba azan, lomba kaligrafi, lomba membaca Alquran, lomba memukul beduk, lomba busana muslim, lomba membangunkan orang bersaur dan lainnya. Namun belakangan ini kegiatan tersebut mulai menurun.

“Saya akui kegiatan Ramdhan fair tahun ini, kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami sepertinya menurun, ini menjadi masukan bagi kami ke depan kegiatan yang bersifat budaya Islam yang religius akan ditonjolkan di Ramadhan Fair, dan kegiatan road show yang dilakukan oleh empat elemen mahasiswa ini saya nilai sangat positf,” ujar Eldin.  (dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/