30 C
Medan
Friday, June 21, 2024

Pedagang Buku Tanggung Jawab Pemko

Pembangunan Skybridge City Check In yang berada di Lapangan Merdeka Medan, hingga kini masih terbengkalai. Ini akibat relokasi pedagang buku Lapangan Merdeka tak kunjung selesai dilakukan. Bahkan, dipastikan tidak akan selesai saat peresmian Bandara Kualanamu International pada awal bulan September mendatang.

Skybridge: Pembangunan Skybridge  Jalan Stasiun Kereta Api Medan. //AMINOER RASYID/SUMUT POS
Skybridge: Pembangunan Skybridge di Jalan Stasiun Kereta Api Medan. //AMINOER RASYID/SUMUT POS

Drs H Rahudman Harahap MM yang diminta pendapatnya mengatakan, saat ini dirinya tidak bermaksud mencampuri pemerintahan Kota Medan. Namun dia mengakui Skybridge adalah salah satu titipannya, sehingga pembangunan sky bridge harus dilanjutkan karena berkaitan dengan rencana operasional Bandara Kualanamu tahun. “Kita mau solusi terbaik agar pembangunan dapat dilanjutkan. Yang bertanggung jawab terhadap pedagang buku bukan PT Kereta Api, tetapi Pemko Medan,” ujarnya.

Senada dengan Rahudman, Anggota Komisi D DPRD Kota Medan, Parlaungan Simangunsong menilai, Pemko Medan kurang serius dalam menyelesaikan lokasi parkir dan skybridge. Buktinya, hingga kini pembangunan skybridge itu tidak juga kunjung dilakukan. “Seharusnya, lanjutnya, Pemko Medan sebelum membangun harus memikirkan pedagang buku tersebut. Jika Pemko Medan mau pembangunan itu cepat selesai, seharusnya lebih dulu mementingkan pedagang buku. Setelah pedagang buku selesai direlokasi, baru pembangunan skybridge itu dimulai,” kata politisi dari Partai Demokrat ini.

Sedangkan Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Medan Gunawan Surya Lubis mengatakan, pihaknya
memastikan kalau skybridge itu belum selesai sebelum peresmian Bandara Kualanamu nantinya. “Ini saya katakan karena persoalan dengan pedagang buku sampai sekarang juga belum menemui titik yang jelas,” kata Surya, belum lama ini.

Dijelaskannya, pembangunan skybridge itu tergantung dari keberadaan pedagang buku. Kalau pedagang buku tersebut belum juga pindah, maka skybridge yang menghubungkan lokasi parkir dengan Stasiun Kereta Api ini juga tidak bisa dibangun. “Bagaimana kita bekerja kalau masih ada pihak lain di atas lahan itu. Tidak mungkin kita bekerja di atas lahan yang sedang dipermasalahkan,” jelasnya.

Gunawan juga mengaku kecewa dengan situasi sekarang. Akibat terbengkalainya pembangunan skybridge itu, pihaknya disalahkan. “Semua menyalahkan saya. Mereka tidak mengetahui apa penyebab terbengkalai tersebut. Saya jelaskan sekali lagi, skybridge itu terbengkalai karena pedagang buku belum pindah. Kalau sudah pindah, maka akan segera kita bangun kembali,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Pedagang Buku Lapangan Merdeka (ASPEBLAM) Donald Sitorus juga mengaku kecewa dengan sikap Pemko Medan yang belum bisa meminta legalitas lahan di Jalan Pegadaian. “Sampai sekarang juga belum ada keputusan soal legalitas itu. Sekarang memang masih ada yang tertinggal di Jalan Pegadaian, dan sebagian sudah kembali,” katanya.

Donald mengatakan, mereka bukan mempersoalkan relokasi lagi, tapi revitalisasi. Mereka berharap agar kios di Lapangan Merdeka dibangun lebih ke belakang (ke dalam Lapangan Merdeka). “Sekarang, kita memperjuangkan agar kios ini direvitalisasi ke belakang. Kan bisa kios buku ada, lapangan parkir juga ada. Kalau begini, sampai kapan pun lokasi parkir itu tidak bisa dibangun,” paparnya.
Donald menambahkan, sekarang Pemko Medan harus mengambil jalan tengah yang tidak merugikan semua pihak. Pedagang buku siap untuk membantu Pemko Medan mencari solusinya. “Kalau anggaran untuk revitalisasi ke belakang tidak ada, kita siap membangun kios sendiri. Menurut perkiraan kami, masih muat 300 mobil parkir di sini kalaupun kios buku dipindahkan lebih ke belakang,” harapnya. (dek/dya)

Pembangunan Skybridge City Check In yang berada di Lapangan Merdeka Medan, hingga kini masih terbengkalai. Ini akibat relokasi pedagang buku Lapangan Merdeka tak kunjung selesai dilakukan. Bahkan, dipastikan tidak akan selesai saat peresmian Bandara Kualanamu International pada awal bulan September mendatang.

Skybridge: Pembangunan Skybridge  Jalan Stasiun Kereta Api Medan. //AMINOER RASYID/SUMUT POS
Skybridge: Pembangunan Skybridge di Jalan Stasiun Kereta Api Medan. //AMINOER RASYID/SUMUT POS

Drs H Rahudman Harahap MM yang diminta pendapatnya mengatakan, saat ini dirinya tidak bermaksud mencampuri pemerintahan Kota Medan. Namun dia mengakui Skybridge adalah salah satu titipannya, sehingga pembangunan sky bridge harus dilanjutkan karena berkaitan dengan rencana operasional Bandara Kualanamu tahun. “Kita mau solusi terbaik agar pembangunan dapat dilanjutkan. Yang bertanggung jawab terhadap pedagang buku bukan PT Kereta Api, tetapi Pemko Medan,” ujarnya.

Senada dengan Rahudman, Anggota Komisi D DPRD Kota Medan, Parlaungan Simangunsong menilai, Pemko Medan kurang serius dalam menyelesaikan lokasi parkir dan skybridge. Buktinya, hingga kini pembangunan skybridge itu tidak juga kunjung dilakukan. “Seharusnya, lanjutnya, Pemko Medan sebelum membangun harus memikirkan pedagang buku tersebut. Jika Pemko Medan mau pembangunan itu cepat selesai, seharusnya lebih dulu mementingkan pedagang buku. Setelah pedagang buku selesai direlokasi, baru pembangunan skybridge itu dimulai,” kata politisi dari Partai Demokrat ini.

Sedangkan Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Medan Gunawan Surya Lubis mengatakan, pihaknya
memastikan kalau skybridge itu belum selesai sebelum peresmian Bandara Kualanamu nantinya. “Ini saya katakan karena persoalan dengan pedagang buku sampai sekarang juga belum menemui titik yang jelas,” kata Surya, belum lama ini.

Dijelaskannya, pembangunan skybridge itu tergantung dari keberadaan pedagang buku. Kalau pedagang buku tersebut belum juga pindah, maka skybridge yang menghubungkan lokasi parkir dengan Stasiun Kereta Api ini juga tidak bisa dibangun. “Bagaimana kita bekerja kalau masih ada pihak lain di atas lahan itu. Tidak mungkin kita bekerja di atas lahan yang sedang dipermasalahkan,” jelasnya.

Gunawan juga mengaku kecewa dengan situasi sekarang. Akibat terbengkalainya pembangunan skybridge itu, pihaknya disalahkan. “Semua menyalahkan saya. Mereka tidak mengetahui apa penyebab terbengkalai tersebut. Saya jelaskan sekali lagi, skybridge itu terbengkalai karena pedagang buku belum pindah. Kalau sudah pindah, maka akan segera kita bangun kembali,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Pedagang Buku Lapangan Merdeka (ASPEBLAM) Donald Sitorus juga mengaku kecewa dengan sikap Pemko Medan yang belum bisa meminta legalitas lahan di Jalan Pegadaian. “Sampai sekarang juga belum ada keputusan soal legalitas itu. Sekarang memang masih ada yang tertinggal di Jalan Pegadaian, dan sebagian sudah kembali,” katanya.

Donald mengatakan, mereka bukan mempersoalkan relokasi lagi, tapi revitalisasi. Mereka berharap agar kios di Lapangan Merdeka dibangun lebih ke belakang (ke dalam Lapangan Merdeka). “Sekarang, kita memperjuangkan agar kios ini direvitalisasi ke belakang. Kan bisa kios buku ada, lapangan parkir juga ada. Kalau begini, sampai kapan pun lokasi parkir itu tidak bisa dibangun,” paparnya.
Donald menambahkan, sekarang Pemko Medan harus mengambil jalan tengah yang tidak merugikan semua pihak. Pedagang buku siap untuk membantu Pemko Medan mencari solusinya. “Kalau anggaran untuk revitalisasi ke belakang tidak ada, kita siap membangun kios sendiri. Menurut perkiraan kami, masih muat 300 mobil parkir di sini kalaupun kios buku dipindahkan lebih ke belakang,” harapnya. (dek/dya)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/