MEDAN, SUMUTPOS.CO – GeNose bakal menjadi alat screening utama dalam mendeteksi dini seseorang terpapar Covid-19 atau tidak. Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan, dengan menjadikan GeNose sebagai alat screening utama, maka lokasi-lokasi ramai manusia bisa diminimalisasi dari penyebaran Covid-19.
“Saat ini GeNose sedang kita dorong untuk menjadi alat screening utama, jadi bukan alat diagnosis, tapi alat screening utama,” ujar Bambang dalam acara forum secara virtual, kemarin. Berbeda dengan metode usap atau swab PCR, pengambilan sampel GeNose berasal embusan napas. Menurut situs resmi UGM, GeNose bisa mendeteksi Covid-19 lebih cepat dengan lama waktu pendeteksian sekitar 80 detik.
Tarifnya pun diperkirakan lebih murah, Rp20 ribu satu kali tes dengan akurasi lebih dari 90 persen. GeNose telah memperoleh izin penggunaan dari Kemenkes.
Bambang mengatakan, GeNose akan dipakai di simpul-simpul transportasi maupun tempat-tempat umum dengan trafik mobilisasi manusia tertinggi. “Kita bisa menggunakan GeNose untuk memastikan orang-orang yang ada di wilayah itu semuanya adalah orang-orang yang negatif Covid-19, bukan orang-orang yang terpapar,” tuturnya.
Beberapa waktu lalu, Kementerian Perhubungan pun telah memberikan izin penggunaan alat GeNose di stasiun dan terminal mulai 5 Februari 2021. Penggunaan GeNose sebagai alat tes kesehatan di simpul transportasi diterapkan bertahap.
EVP Corporate Secretary KAI Dadan Rudiansyah mengatakan, layanan GeNose Test di stasiun untuk screening Covid-19 pada pelanggan KA jarak jauh mulai 5 Februari di Stasiun Pasar Senen dan Yogyakarta. ”Dengan GeNose C19, calon penumpang akan lebih dimudahkan, karena harganya yang terjangkau, serta memiliki akurasi sebesar 93 persen hingga 95 persen,” kata Dadan Rudiansyah dalam keterangannya, Minggu (31/1).
Menurut Dadan, keunggulan produk GeNose C19 dibandingkan dengan rapid test antigen dan swab test/ PCR yaitu cepat diketahui hasilnya, hanya memerlukan waktu selama kurang lebih 3 menit.
GeNose C19 adalah alat yang meniru cara kerja hidung manusia dengan memanfaatkan sistem penginderaan (larik sensor gas) dan kecerdasan buatan (arificial intelligence) dalam membedakan pola senyawa yang dideteksi.
GeNose C19 melakukan screening melalui embusan nafas pasien Covid-19 dan merupakan perangkat GeNose yang dikombinasikan dengan software artificial intelligence yang terlatih untuk membedakan sampel nafas yang diduga positif Covid-19 atau negatif Covid-19. “Alat GeNose C19 sendiri telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan Nomor Kemenkes RI AKD 20401022883 serta ditetapkan sebagai syarat kesehatan bagi individu yang melakukan perjalanan melalui Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 No 5 Tahun 2021 dan Surat Edaran Kementerian Perhubungan No 11 Tahun 2021,” ujar Dadan.
Penyediaan layanan GeNose Test di stasiun merupakan bentuk peningkatan pelayanan kepada penumpang serta wujud komitmen KAI mendukung program pemerintah dalam menerapkan disiplin protokol kesehatan yang ketat pada moda transportasi umum. Selain itu, penggunaan produk dalam negeri yang merupakan karya anak bangsa ini juga merupakan dukungan KAI pada kampanye Bangga Buatan Indonesia yang sedang digalakan pemerintah pada masa Pandemi Covid-19. “KAI mendukung penuh penggunaan GeNose Test di layanan kereta api. Tujuannya untuk menjadikan kereta api sebagai moda transportasi yang selamat, aman, nyaman, dan sehat sampai di tujuan,” tutup Dadan.
Dikonfirmasi terpisah, VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, penumpang yang sudah menggunakan layanan GeNose tak perlu lagi melakukan rapid test (RT) PCR maupun RT antigen.
Menurut Joni, jika GeNose sudah diberlakukan di stasiun KA, maka penumpang KA jarak jauh bisa memilih salah satu saja di antara 3 tes syarat yang diwajibkan yakni GeNose, tes PCR, dan RT antigen. ”Sesuai SE Kemenhub Nomor 11 Tahun 2021. Salah satunya saja, artinya jika sudah GeNose nggak perlu lagi PCR atau antigen,” terang Joni lewat pesan singkatnya.
Disebut Joni, dalam SE Kemenhub itu dijelaskan, ada pilihan, bisa GeNose antigen atau PCR. “Menunjukan surat keterangan hasil pemeriksaan Genose Test atau Rapid Test Antigen atau RT-PCR yang menyatakan negatif Covid-19 yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 3×24 jam sebelum keberangkatan untuk perjalanan kereta api antar kota di Pulau Jawa dan Sumatera,” bunyi SE Kemenhub.
Tidak untuk Pemakaian Pribadi
Peneliti GeNose Fakultas MIPA UGM, Kuwat Triyana tidak menyarankan alat pendeteksi Covid-19 melalui napas, GeNose C19, untuk pemakaian pribadi. Menurut Kuwat, penggunaan pribadi membuat target tes massal Covid-19 di Indonesia menjadi tidak tercapai. “Demikian mohon maaf, bagi kami sebagai peneliti belum menyarankan alat ini dipakai untuk pribadi. Kami yang produksi dan meneliti, akan lelah sendiri karena target kita untuk testing massal, menjadi tidak tercapai,” katanya.
Daripada untuk penggunaan pribadi, alat tersebut lebih baik ditempatkan di tempat-tempat umum. Dia bilang, jika satu kecamatan punya satu pos tes GeNose C19, kecamatan itu sudah bisa mendeteksi 250 orang hanya dalam jangka waktu 12 jam. Sebab GeNose mampu memberikan gambaran hasil positif/negatif Covid-19 dalam selang 3 menit. “Kalau digunakan untuk pribadi alat ini hanya dipakai sehari paling 2-3 kali pengujian, (hanya) buat jaga-jaga,” ujar Kuwat.
Kuwat pun menyarankan tes GeNose C19 tersedia di rumah sakit prioritas, bandara, stasiun, terminal bus, serta sektor industri seperti manufaktur, makanan minuman, dan bahan-bahan pokok. “Karena naluri orang sakit itu ke RS, bukan ke RT/RW. Kemudian di industri juga penting. Kalau ada yang positif, pasti dia akan berhenti juga produksinya. Dan nanti akan mengganggu kegiatan ekonomi,” pungkasnya.
Sementara, Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menyebut, GeNose sebenarnya belum bisa menjadi alternatif tes swab PCR maupun tes Antigen. Pandu mengatakan, UGM harus melakukan evaluasi dari uji coba GeNose setidaknya selama satu tahun. “Enggak bisa jadi alternatif karena masih jauh. Setahun ini masih harus dievaluasi. Pihak UGM janji akan melakukan itu,” ujar Pandu.
Pandu mengklaim telah berbicara dengan pihak UGM terhadap rencana penggunaan GeNose di layanan umum. Dia mengemukakan pandangan, penerapan alat pendeteksi yang dihasilkan dalam waktu cepat akan berbahaya bagi akurasi hasil. Apalagi, tutur Pandu, GeNose belum benar-benar teruji tingkat prediksinya.(kps/jpc/bbs)