Site icon SumutPos

Di Masjid, Dia Sayat Leher Anaknya

Pembunuhan-Ilustrasi
Pembunuhan-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Kondisi, Okta Viana boru Panjaitan bocah berusia 5 tahun kritis. Ini setelah mendapat luka sayatan di bagian leher sepanjang 2 sentimeter yang dilakukan orangtuanya, Anto Panjaitan (35), warga Komplek Yuka Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Sayatan itupun didapatnya di dalam masjid setelah beberapa jam dia disandera ayah kandungnya itu.

Peristiwa yang membuat warga heboh in terjadi ketika Anto diduga sehabis mengonsumsi narkoba pulang ke rumah pada Senin (30/3) malam sekira pukul 22.30 WIB. Dalam kondisi mabuk ia pun menarik tangan, B boru Hutajulu (54) ibunya yang tinggal serumah.

“Semula yang mau dibunuh itu ibunya, tapi langsung diamankan keluarganya. Dan, dia itu kabarnya sering memakai sabu-sabu,” ujar seorang warga, Thomas.

Belum lama mengamankan orangtuanya, lagi-lagi Anto bertingkah aneh. Kali ini yang menjadi sasaran adalah Okta Viana br Panjaitan yang tidak lain putri kandung semata wayang. Dengan sebilah pisau di tangan, dia membawa korban ke areal Masjid Baiturrahman yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya.

Melihat itu, pihak keluarga dan warga berupaya mengejar untuk menyelamatkan, Okta. Tapi, aksi tersebut membuat pelaku semakin beringas dan mengancam akan menghabisi nyawa anaknya serta warga yang mendekat.

“Yang kami pikirkan bagaimana menyelamatkan, Okta. Maka warga tetap bertahan sampai Selasa subuh di sekitar masjid, bahkan mencoba membujuk pelaku,” sebutnya.

Sekira pukul 04.00 WIB, kegilaan Anto kian menjadi. Dia tega menyayat leher putrinya hingga mengeluarkan darah. Kekesalan warga pun semakin memuncak, tanpa dikoordinir mereka lalu menerobos masuk ke dalam masjid. Selanjutnya menangkap dan menghajar pelaku sampai babak belur.

“Anaknya yang sekarat dibawa warga ke Klinik Larose di Pajak Yuka. Karena lukanya cukup parah lalu dilarikan ke RS Wulan Windi, Marelan dan paginya dirujuk ke RS Marta Friska,” ungkap, Thomas.

Aparat kepolisian dari Polsek Medan Labuhan yang tiba di TKP setelah menerima kabar dari masyarakat selanjutnya mengamankan pelaku dari amukan massa. Dalam kondisi luka parah polisi membawa, Anto ke RS Ameta Sejahtera di Simpang Kantor Kecamatan Medan Labuhan.

“Barang bukti pisau yang digunakan tersangka untuk melukai putrinya sudah kita amankan. Jadi saat ini dia masih menjalani pemeriksaan. Sedangkan korban dirawat di RS Martha Friska,” kata Kanit Reskrim Polsek Medan Labuhan, Iptu Musa Alexandershah.

Dia menyebutkan, polisi belum dapat memastikan motif dari kejadian ayah tega menggorok leher anak kandung tersebut. Namun lanjut, Musa sejauh ini polisi telah memintai keterangan dari beberapa saksi.

“Pastinya kita belum tahu, apakah tersangka memiliki kelainan kejiwaan,atau karena pengaruh narkoba. Jadi kasusnya masih dalam proses penyelidikan,” terangnya

Sementara itu, B boru Hutajulu orangtua pelaku menuturkan, dia menduga penyebab nekatnya, Anto, melukai putri tunggalnya karena mengalami gangguan kejiwaan. “Selama ini dia (Anto) memang mengalami stres dan sudah diupayakan berobat. Sedangkan istrinya, Tina br Simanjuntak bekerja sebagai TKW di Malaysia,” cetus br Hutajulu.

KPAID Sumut: Biadab!

Menanggapi hal ini, Ketua Pokja Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut, Muslim Harahap SH menyampaikan, KPAID sangat mendukung hukuman berat diberikan kepada pelaku. “Perbuatannya itu biadap, ia melampiaskan emosional kepada anak yang masih balita. Kami sangat mendukung tindakan kepolisian untuk memberikan hukuman yang seberat-beratnya,” katanya.

Lanjutnya, hukuman itu pun sudah diatur dalam UU No 35 tahun 2014, tentang Perlindungan Anak. “Apabila dilakukan sama orangtuanya sendiri maka akan diberikan hukuman sepertiga dari ancaman pokok . Kami akan berkordinasi sama pihak kepolisian yang menangani ini nanti. Besok kita akan kesana karena infonya baru saya dengar, kami juga akan berkorrdinasi dengan Pemko Medan dan instansi berkaitan untuk memberikan pengawasan dan perlindungan ke anak ini. Perbuatan ini tidak diterima oleh akal sehat manusia, perlu juga dilihat, apakah kawasan lingkungan tempat tinggal pelaku itu adalah kawasan tempat narkoba beredar,” katanya.

Psikolog Irna Minauli mengatakan pengaruh narkoba memang dapat membuat seseorang kehilangan kendali atas perilakunya. “Pecandu narkoba tidak bisa mengetahui mana yang baik dan buruk. Inilah pengaruh narkoba tadi,” katanya.

Lanjutnya, secara psikologis, mereka yang dalam kondisi sakaw memang merasa gelisah dan menjadi bersikap agresif ketika keinginannya itu tidak terpuaskan. “Lebih parah lagi, ketika mereka juga mengembangkan waham (elusi) sehingga banyak di antara pengguna narkoba yang kemudian mengembangkan sikap paranoid yang membuat dia selalu dihantui dengan kecurigaan dan beranggapan bahwa orang-orang di sekitarnya bermaksud melukai atau bahkan membunuhnya,” katanya.

Itu sebabnya, lanjutnya, penggunaan narkoba ini juga sangat rentan mengalami gangguan jiwa seperti depresi, skizofrenia dan paranoid. “Pada saat dalam kondisi sakaw (withdrawal) membuat otaknya menyuruh tubuh untuk mencari narkoba untuk membuat dirinya menjadi lebih tenang. Kemarahan yang dirasakan pada ibunya mungkin karena tak memberikan uang untuk membelikan sabu dialihkan ke anak kandungnya sendiri,” katanya.

Anak yang masih kecil dan tidak mampu melawan kemudian menjadi sasaran empuk dari agresinya. “Tangisan dan ketakutan anaknya malah memicu kemarahannya sehingga kemudian melukai anaknya sendiri,” katanya. (rul/put/rbb)

Exit mobile version