32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Dicurigai Salah Diagnosa, Anak 10 Tahun Lumpuh

Foto: Bambang/PM Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.
Foto: Bambang/PM
Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kasus dugaan salah mendiagnosa penyakit pasien kembali terjadi. Kali ini menimpa Dea Afnita (10) warga Tengku Umar, Lingkungan 6, Kelurahan Nangka, Kecamatan Binjai Utara. Dea lumpuh dan mata kirinya terus berair, pascadirawat di rumah sakit.

Juliana (38), ibu Dea menceritakan, awalnya sekira pertengahan Desember 2014 lalu, pulang sekolah dari SD 027455, Dea mengeluh sakit di perutnya. “Dibilangnya, mak sakit perut,” ucap Juli, mengenang rintihan anak keduanya ketika disambangi di kediamannya, Selasa (31/3).

Esoknya, Minggu (14/12/2014), ia membawa anaknya trsebut berobat ke RS Bidadari. Di sana, awalnya anaknya di diagnosa terkena penyakit typus. Namun setelah diinfus, Dea mengeluh sakit karena sekujur tubuhnya panas seperti mau terbakar. Selain kesakitan, dilihatnya juga tumbuh bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya.

Keesokan harinya, Dr Vivia yang menangani anaknya di RS Bidadari langsung menyuruh perawat yang menginfus tersebut untuk membuka infus di sekujur Dea. “Dibilang dr Vivia, buka itu semua infusnya. Salah infus kalian itu dan salah kasih obat. Habis itu keluar dokternya dan disuruhnya anak kami dirujuk ke RS Bina Kasih dan langsung dibawa ke sana. dr Vivi masih tetap mendiagnosa anak kami kena typus,” ucap Juli.

Sesampainya di RS Bina Kasih, Dea ternyata semakin parah bahkan sempat koma dan dia langsung dilarikan ke ICU. Namun dokter di Bina Kasih tetap mendiagnosa Dea terkena typus. “Lama juga si Dea dirawat di Bina Kasih, kalau tidak salah delapan hari. Parahnya lagi anak saya tadinya masih bisa berbicara, kini sudah tidak bisa bicara lagi,” ucapnya sambil menangis.

Tak kunjung membaik dan semakin parah, lalu dokter di Bina Kasih kembali merujuk anaknya ke RS Adam malik. Pihak rumah sakit merujuk ke Adam Malik, dengan alasan usus anaknya bocor.

“Alasan itulah yang membuat anakku dirujuk lagi ke Adam Malik. Di Adam Malik anak saya dirawat selama satu bulan setengah. Anehnya anak saya di sana didiagnosa terkena meningitis karena ada kelainan saraf di otak,” terangnya.

Selama dirawat di Adam Malik, memang tampak adanya perubahan. Namun karena tidak cukup biaya, Dea pun dibawa pulang. “Gak cukup biaya, mau tak mau kami bawa pulang lah dan dirawat jalan. Sampai saat ini Dea berobat jalan ke RSU Djoelham,” terangnya.

Foto: Bambang/PM Dea saat masih sehat diabadikan bersama adiknya.
Foto: Bambang/PM
Dea saat masih sehat diabadikan bersama adiknya.

Saat ini pihak keluarga hanya meminta pertanggung jawaban pihak RS Bidadari dan RS Bina Kasih karena telah salah memberikan diagnosa dan obat. “Kami cuman mau anak kami ini sehat, kembali tersenyum dan bermain dengan anak-anak seumurannya. Bukan seperti sekarang ini yang hannya tertidur saja di rumah,” harapnya. “Tolong lah kami bang, perjuangkan agar anak kami ini bisa kembali normal dan bisa kembali bersekolah,” ucap Juli lagi sembari menangis.

Foto: Bambang/PM Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.
Foto: Bambang/PM
Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kasus dugaan salah mendiagnosa penyakit pasien kembali terjadi. Kali ini menimpa Dea Afnita (10) warga Tengku Umar, Lingkungan 6, Kelurahan Nangka, Kecamatan Binjai Utara. Dea lumpuh dan mata kirinya terus berair, pascadirawat di rumah sakit.

Juliana (38), ibu Dea menceritakan, awalnya sekira pertengahan Desember 2014 lalu, pulang sekolah dari SD 027455, Dea mengeluh sakit di perutnya. “Dibilangnya, mak sakit perut,” ucap Juli, mengenang rintihan anak keduanya ketika disambangi di kediamannya, Selasa (31/3).

Esoknya, Minggu (14/12/2014), ia membawa anaknya trsebut berobat ke RS Bidadari. Di sana, awalnya anaknya di diagnosa terkena penyakit typus. Namun setelah diinfus, Dea mengeluh sakit karena sekujur tubuhnya panas seperti mau terbakar. Selain kesakitan, dilihatnya juga tumbuh bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya.

Keesokan harinya, Dr Vivia yang menangani anaknya di RS Bidadari langsung menyuruh perawat yang menginfus tersebut untuk membuka infus di sekujur Dea. “Dibilang dr Vivia, buka itu semua infusnya. Salah infus kalian itu dan salah kasih obat. Habis itu keluar dokternya dan disuruhnya anak kami dirujuk ke RS Bina Kasih dan langsung dibawa ke sana. dr Vivi masih tetap mendiagnosa anak kami kena typus,” ucap Juli.

Sesampainya di RS Bina Kasih, Dea ternyata semakin parah bahkan sempat koma dan dia langsung dilarikan ke ICU. Namun dokter di Bina Kasih tetap mendiagnosa Dea terkena typus. “Lama juga si Dea dirawat di Bina Kasih, kalau tidak salah delapan hari. Parahnya lagi anak saya tadinya masih bisa berbicara, kini sudah tidak bisa bicara lagi,” ucapnya sambil menangis.

Tak kunjung membaik dan semakin parah, lalu dokter di Bina Kasih kembali merujuk anaknya ke RS Adam malik. Pihak rumah sakit merujuk ke Adam Malik, dengan alasan usus anaknya bocor.

“Alasan itulah yang membuat anakku dirujuk lagi ke Adam Malik. Di Adam Malik anak saya dirawat selama satu bulan setengah. Anehnya anak saya di sana didiagnosa terkena meningitis karena ada kelainan saraf di otak,” terangnya.

Selama dirawat di Adam Malik, memang tampak adanya perubahan. Namun karena tidak cukup biaya, Dea pun dibawa pulang. “Gak cukup biaya, mau tak mau kami bawa pulang lah dan dirawat jalan. Sampai saat ini Dea berobat jalan ke RSU Djoelham,” terangnya.

Foto: Bambang/PM Dea saat masih sehat diabadikan bersama adiknya.
Foto: Bambang/PM
Dea saat masih sehat diabadikan bersama adiknya.

Saat ini pihak keluarga hanya meminta pertanggung jawaban pihak RS Bidadari dan RS Bina Kasih karena telah salah memberikan diagnosa dan obat. “Kami cuman mau anak kami ini sehat, kembali tersenyum dan bermain dengan anak-anak seumurannya. Bukan seperti sekarang ini yang hannya tertidur saja di rumah,” harapnya. “Tolong lah kami bang, perjuangkan agar anak kami ini bisa kembali normal dan bisa kembali bersekolah,” ucap Juli lagi sembari menangis.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/