27 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Sarang Merpati Itu Namanya Kantor Pos

Kantor Pos Medan adalah salah satu bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh. Letaknya yang berhadapan dengan Merdeka Walk (yang dahulu disebut Esplanade, bahasa Belanda, yang berarti lapangan terbuka) ini dianggap sebagai titik nol Medan dan membuat bangunan ini menjadi objek wisata bersejarah yang ramai dikunjungi wisatawan asing maupun lokal.

DULU  SEKARANG: Bangunan Kantor Pos Medan  zaman dulu, dibangun  tahun 1911 bergaya arsitektur Belanda (foto kiri). Bangunan Kantor Pos Medan saat ini  telah banyak mengalami perombakan bangunan (foto kanan).  //AMINOER RASYID/SUMUT POS
DULU DAN SEKARANG: Bangunan Kantor Pos Medan di zaman dulu, dibangun pada tahun 1911 bergaya arsitektur Belanda (foto kiri). Bangunan Kantor Pos Medan saat ini yang telah banyak mengalami perombakan bangunan (foto kanan). //AMINOER RASYID/SUMUT POS

Bangunan kokoh ini berada di sebelah kiri Merdeka Walk, tepatnya di depan Hotel Inna Dharma Deli yang dahulu merupakan Hotel de Boer, dan menghadap menyamping ke arah bekas bangunan Javasche Bank (kini Bank Indonesia) yang berdiri di samping gedung Balai Kota lama. Javasche Bank merupakan bank cabang milik Belanda di Jawa yang digunakan untuk mensosialisasikan mata uang Gulden milik Belanda.

Mukhlis, Kepala PT Pos Indonesia (Persero) kantor wilayah I Medan mengatakan fisik kantor pos yang sekarang ini merupakan masih bentuk asli sejak dibangun pada tahun 1911 dan fungsinya pun dari dulu hingga sekarang tetap sama yaitu untuk mengirim surat dan fungsi lainnya. Tak saja fungsinya yang masih sama, di Kantor Pos Besar ini juga masih tertera pada dinding-dindingnya macam-macam tulisan yang menjadi penanda sebuah zaman. Ukiran tulisan ‘ANNO 1911’ di bagian atas samping kiri-kanan bangunannya pun masih terlihat jelas. Ia menjadi salah satu bukti tahun kelahiran bangunan Kantor Pos Besar.

Gaya arsitektur Belanda yang masih kental, mirip dengan gaya arsitektur Titi Gantung di dekat stasiun, dan hal tersebut memang dipertahankan hingga sekarang. Dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Snuyf. Snuyf memulainya pada 1909 dan selesai pada 1911. Dia sendiri merupakan pejabat pekerjaan umum Belanda untuk Kesultanan Deli.

Kantor pos yang terdapat di jantung kota Medan ini juga merupakan ikon kota Medan dengan dominasi warna putih dan orange yang merupakan identitas Pos Indonesia. Memiliki bentuk kubah yang unik yang tetap dipertahankan walaupun kantor pos ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Jendela-jendela yang terletak pada sisi-sisi bangunan berbentuk setengah lingkaran, dengan tiang putih yang menyangganya, membuat bangunan tersebut terlihat seperti kandang burung. Memang konsep pendirian kantor pos pada umumnya adalah untuk mengantar surat.

“Zaman dahulu, sebelum ada motor, orang masih memanfaatkan merpati pos sebagai sarana berkirim surat. Oleh karenanya simbol kantor pos di seluruh Indonesia adalah burung merpati. Konsep inilah yang kemudian diadopsi sebagai simbol berdirinya Pos Indonesia,” kata Mukhlis.

Termasuk bangunannya yang khas yang menyerupai sarang burung merpati. Sisi unik itulah yang mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi kantor pos tersebut. Betapa menariknya kantor pos tersebut, bagaimana tidak? Kantor pos yang berusia ratusan tahun tersebut menyimpan sejarah yang terjadi di Kota Medan. Kantor pos tersebut adalah saksi bisu perjuangan tokoh-tokoh masyarakat Medan meraih kemerdekaan serta menjadi saksi bisu perkembangan Kota Medan.

“Meski sudah berusia lebih dari seratus tahun, Kantor Pos Besar ini masih terus mencoba bernapas. Sejak zaman kejayaan tembakau pada masa perdagangan Belanda dan negara-negara Eropa lain, lalu masa Negara Sumatera Timur (1947-1950), kemudian Republik Indonesia Serikat (1949-1950), sampai era Negara Kesatuan Republik Indonesia (1950-saat ini), masih menampung segala aktivitas padat p elayanan jasa pengiriman. Dan di zaman ini, bangunan-bangunan bersejarah macam Kantor Pos Besar ini mulai tenggelam di antara pemandangan bangunan-bangunan pencakar langit,” jelas Mukhlis.
Sebagai salah satu bangunan tua, Kantor Pos menyimpan banyak sejarah tentang perjalanan Kota Medan, makanya tak heran, banyak juga orang yang mampir ke bangunan tersebut hanya sekadar untuk bernostalgia dengan Deli atau Medan tempo dulu.
Jika waktunya pas, turis-turis tua dari Belanda beberapa kali terlihat berkunjung. Mereka mengarahkan kameranya ke beberapa bagian gedung. Terkadang, ada juga pelajar yang berkunjung untuk wisata belajar. Melihat besarnya nilai sejarah dari Kantor Pos Besar, tentu saja bangunan ini harus dilindungi. Usaha inilah juga yang terus dilakukan oleh Badan Warisan Sumatera.  (tim)

Kantor Pos Medan adalah salah satu bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh. Letaknya yang berhadapan dengan Merdeka Walk (yang dahulu disebut Esplanade, bahasa Belanda, yang berarti lapangan terbuka) ini dianggap sebagai titik nol Medan dan membuat bangunan ini menjadi objek wisata bersejarah yang ramai dikunjungi wisatawan asing maupun lokal.

DULU  SEKARANG: Bangunan Kantor Pos Medan  zaman dulu, dibangun  tahun 1911 bergaya arsitektur Belanda (foto kiri). Bangunan Kantor Pos Medan saat ini  telah banyak mengalami perombakan bangunan (foto kanan).  //AMINOER RASYID/SUMUT POS
DULU DAN SEKARANG: Bangunan Kantor Pos Medan di zaman dulu, dibangun pada tahun 1911 bergaya arsitektur Belanda (foto kiri). Bangunan Kantor Pos Medan saat ini yang telah banyak mengalami perombakan bangunan (foto kanan). //AMINOER RASYID/SUMUT POS

Bangunan kokoh ini berada di sebelah kiri Merdeka Walk, tepatnya di depan Hotel Inna Dharma Deli yang dahulu merupakan Hotel de Boer, dan menghadap menyamping ke arah bekas bangunan Javasche Bank (kini Bank Indonesia) yang berdiri di samping gedung Balai Kota lama. Javasche Bank merupakan bank cabang milik Belanda di Jawa yang digunakan untuk mensosialisasikan mata uang Gulden milik Belanda.

Mukhlis, Kepala PT Pos Indonesia (Persero) kantor wilayah I Medan mengatakan fisik kantor pos yang sekarang ini merupakan masih bentuk asli sejak dibangun pada tahun 1911 dan fungsinya pun dari dulu hingga sekarang tetap sama yaitu untuk mengirim surat dan fungsi lainnya. Tak saja fungsinya yang masih sama, di Kantor Pos Besar ini juga masih tertera pada dinding-dindingnya macam-macam tulisan yang menjadi penanda sebuah zaman. Ukiran tulisan ‘ANNO 1911’ di bagian atas samping kiri-kanan bangunannya pun masih terlihat jelas. Ia menjadi salah satu bukti tahun kelahiran bangunan Kantor Pos Besar.

Gaya arsitektur Belanda yang masih kental, mirip dengan gaya arsitektur Titi Gantung di dekat stasiun, dan hal tersebut memang dipertahankan hingga sekarang. Dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Snuyf. Snuyf memulainya pada 1909 dan selesai pada 1911. Dia sendiri merupakan pejabat pekerjaan umum Belanda untuk Kesultanan Deli.

Kantor pos yang terdapat di jantung kota Medan ini juga merupakan ikon kota Medan dengan dominasi warna putih dan orange yang merupakan identitas Pos Indonesia. Memiliki bentuk kubah yang unik yang tetap dipertahankan walaupun kantor pos ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Jendela-jendela yang terletak pada sisi-sisi bangunan berbentuk setengah lingkaran, dengan tiang putih yang menyangganya, membuat bangunan tersebut terlihat seperti kandang burung. Memang konsep pendirian kantor pos pada umumnya adalah untuk mengantar surat.

“Zaman dahulu, sebelum ada motor, orang masih memanfaatkan merpati pos sebagai sarana berkirim surat. Oleh karenanya simbol kantor pos di seluruh Indonesia adalah burung merpati. Konsep inilah yang kemudian diadopsi sebagai simbol berdirinya Pos Indonesia,” kata Mukhlis.

Termasuk bangunannya yang khas yang menyerupai sarang burung merpati. Sisi unik itulah yang mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi kantor pos tersebut. Betapa menariknya kantor pos tersebut, bagaimana tidak? Kantor pos yang berusia ratusan tahun tersebut menyimpan sejarah yang terjadi di Kota Medan. Kantor pos tersebut adalah saksi bisu perjuangan tokoh-tokoh masyarakat Medan meraih kemerdekaan serta menjadi saksi bisu perkembangan Kota Medan.

“Meski sudah berusia lebih dari seratus tahun, Kantor Pos Besar ini masih terus mencoba bernapas. Sejak zaman kejayaan tembakau pada masa perdagangan Belanda dan negara-negara Eropa lain, lalu masa Negara Sumatera Timur (1947-1950), kemudian Republik Indonesia Serikat (1949-1950), sampai era Negara Kesatuan Republik Indonesia (1950-saat ini), masih menampung segala aktivitas padat p elayanan jasa pengiriman. Dan di zaman ini, bangunan-bangunan bersejarah macam Kantor Pos Besar ini mulai tenggelam di antara pemandangan bangunan-bangunan pencakar langit,” jelas Mukhlis.
Sebagai salah satu bangunan tua, Kantor Pos menyimpan banyak sejarah tentang perjalanan Kota Medan, makanya tak heran, banyak juga orang yang mampir ke bangunan tersebut hanya sekadar untuk bernostalgia dengan Deli atau Medan tempo dulu.
Jika waktunya pas, turis-turis tua dari Belanda beberapa kali terlihat berkunjung. Mereka mengarahkan kameranya ke beberapa bagian gedung. Terkadang, ada juga pelajar yang berkunjung untuk wisata belajar. Melihat besarnya nilai sejarah dari Kantor Pos Besar, tentu saja bangunan ini harus dilindungi. Usaha inilah juga yang terus dilakukan oleh Badan Warisan Sumatera.  (tim)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/