32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Mimpi Banyak Salib di Mana-mana

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Evakuasi korban jatuhnya pesawat Hercules Milik TNI AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).
Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Evakuasi korban jatuhnya pesawat Hercules Milik TNI AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Janhsen Sinaga (52) serta adiknya Boru Sinaga dan keponakannya Leonardo Sinaga, selain duduk dan menunggu-nunggu. Setiap kali sirene ambulans terdengar mendekat menuju instalansi jenazah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik (RSUP-HAM), mereka hanya bisa merintih, seperti tidak ada lagi air mata yang tersisa untuk dikeluarkan.

Puput Julianti Damanik, Medan

Lima anggota keluarganya telah berpulang lebih dahulu, menjadi korban jatuhnya Pesawat Hercules Seri C130 di Perumahan dan Ruko Golden Vista, Padang Bulan. Mereka di antaranya Pendeta Sahat Martua Sinaga (50) beserta istrinya Br Purba, dan anaknya Irene Sinaga serta kedua keponakannya Agus Salim Sitio, dan Like Simbolon.

Kedatangan adiknya, Sahat beserta istri dan satu orang putrinya ke Siantar sudah sekitar seminggu yang lalu. Tujuannya untuk melayat dan mengikuti proses persemayaman abangnya yang meninggal karena sakit pada Kamis (25/6) lalu.

“Adik saya ini datang ke mari mau lihat abang kami yang pertama meninggal di Siantar. Dia bilang naik pesawat Hercules ini bisa cepat, langsung sampai ke Natuna, kalau naik pesawat dari Kualanamu harus singgah ke Batam dulu, makanya dia ngotot naik pesawat TNI AU ini karena kerjaannya pun sudah menumpuk di sana (Natuna),” ujarnya Janhsen.

Tambahnya, sekitar pukul 10.00 WIB mereka sampai di Polonia untuk mengantarkan adiknya tersebut, namun 4 di antaranya tidak ikut dan memilih naik pesawat Sriwijaya dari Kualanamu lantaran membawa anak kecil. “Ada 9 orang yang mau ke Natuna, 5 orang naik Hercules ini dan 4 lagi saya antar ke Kualanamu naik Sriwijaya karena anaknya ada dua kecil dan lasak,” katanya.

Dilanjutkannya, Sahat kembali ke Natuna dengan membawa 2 keponakannya, Agus Salim Sitio yang rencana ingin mencari peruntungan di Natuna dan satu lagi adalah Like Simbolon, anak adiknya yang sebelumnya juga telah meninggal dunia.

“Like, anak terakhir adikku ini, baru tamat SMP dia, mau disekolahkan sama adikku ini di Natuna. Maksud dia biar gak banyak kali pengeluaran adekku ini abis ditinggal suaminya. Suaminya juga udah meninggal sekitar setahun lalu,” katanya sembari memegang kuat adiknya, Boru Sinaga.

Boru Sinaga sendiri tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya mengatakan, kalau sebelumnya ia sempat mimpi. “Pulang dari kuburan, besoknya aku mimpi pas mau menguburkan abangku ini banyak kali salib di mana-mana. Aku pun heran, banyak kali salibnya, banyak apa yang meninggal,” katanya.

Pendeta Sahat, katanya juga tidak meninggalkan pesan apa-apa. “Sebelum pulang, adikku ini ngajak kami beribadah sebelum pulang ke rumah masing-masing. Cuma itu aja. Gak ada pertanda atau pesan apa-apa dibilangnya,” katanya sembari terus mengeluarkan air mata.

Tambah Jhansen, adiknya ini memang sudah sering menumpangi pesawat Hercules bila mau ke Medan. “Sudah sering mereka naik pesawat ini, karenakan di Natuna itu kalau mau naik pesawat harus ke Batam dulu, bayar tapi saya gak tahu berapa bayarnya. Tapi ini sudah nahasnya. Baru aja 2 hari lalu kami kuburkan abang kami, ini menyusul adikku,” katanya sedih.

Sementara itu, hisak tangis juga masih mewarnai proses evakuasi korban dari ambulans ke ruang jenazah. Sekitar pukul 18.15 WIB, 50 korban sudah masuk ke dalam instalansi jenajah RSUP-HAM.

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Evakuasi korban jatuhnya pesawat Hercules Milik TNI AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).
Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Evakuasi korban jatuhnya pesawat Hercules Milik TNI AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Janhsen Sinaga (52) serta adiknya Boru Sinaga dan keponakannya Leonardo Sinaga, selain duduk dan menunggu-nunggu. Setiap kali sirene ambulans terdengar mendekat menuju instalansi jenazah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik (RSUP-HAM), mereka hanya bisa merintih, seperti tidak ada lagi air mata yang tersisa untuk dikeluarkan.

Puput Julianti Damanik, Medan

Lima anggota keluarganya telah berpulang lebih dahulu, menjadi korban jatuhnya Pesawat Hercules Seri C130 di Perumahan dan Ruko Golden Vista, Padang Bulan. Mereka di antaranya Pendeta Sahat Martua Sinaga (50) beserta istrinya Br Purba, dan anaknya Irene Sinaga serta kedua keponakannya Agus Salim Sitio, dan Like Simbolon.

Kedatangan adiknya, Sahat beserta istri dan satu orang putrinya ke Siantar sudah sekitar seminggu yang lalu. Tujuannya untuk melayat dan mengikuti proses persemayaman abangnya yang meninggal karena sakit pada Kamis (25/6) lalu.

“Adik saya ini datang ke mari mau lihat abang kami yang pertama meninggal di Siantar. Dia bilang naik pesawat Hercules ini bisa cepat, langsung sampai ke Natuna, kalau naik pesawat dari Kualanamu harus singgah ke Batam dulu, makanya dia ngotot naik pesawat TNI AU ini karena kerjaannya pun sudah menumpuk di sana (Natuna),” ujarnya Janhsen.

Tambahnya, sekitar pukul 10.00 WIB mereka sampai di Polonia untuk mengantarkan adiknya tersebut, namun 4 di antaranya tidak ikut dan memilih naik pesawat Sriwijaya dari Kualanamu lantaran membawa anak kecil. “Ada 9 orang yang mau ke Natuna, 5 orang naik Hercules ini dan 4 lagi saya antar ke Kualanamu naik Sriwijaya karena anaknya ada dua kecil dan lasak,” katanya.

Dilanjutkannya, Sahat kembali ke Natuna dengan membawa 2 keponakannya, Agus Salim Sitio yang rencana ingin mencari peruntungan di Natuna dan satu lagi adalah Like Simbolon, anak adiknya yang sebelumnya juga telah meninggal dunia.

“Like, anak terakhir adikku ini, baru tamat SMP dia, mau disekolahkan sama adikku ini di Natuna. Maksud dia biar gak banyak kali pengeluaran adekku ini abis ditinggal suaminya. Suaminya juga udah meninggal sekitar setahun lalu,” katanya sembari memegang kuat adiknya, Boru Sinaga.

Boru Sinaga sendiri tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya mengatakan, kalau sebelumnya ia sempat mimpi. “Pulang dari kuburan, besoknya aku mimpi pas mau menguburkan abangku ini banyak kali salib di mana-mana. Aku pun heran, banyak kali salibnya, banyak apa yang meninggal,” katanya.

Pendeta Sahat, katanya juga tidak meninggalkan pesan apa-apa. “Sebelum pulang, adikku ini ngajak kami beribadah sebelum pulang ke rumah masing-masing. Cuma itu aja. Gak ada pertanda atau pesan apa-apa dibilangnya,” katanya sembari terus mengeluarkan air mata.

Tambah Jhansen, adiknya ini memang sudah sering menumpangi pesawat Hercules bila mau ke Medan. “Sudah sering mereka naik pesawat ini, karenakan di Natuna itu kalau mau naik pesawat harus ke Batam dulu, bayar tapi saya gak tahu berapa bayarnya. Tapi ini sudah nahasnya. Baru aja 2 hari lalu kami kuburkan abang kami, ini menyusul adikku,” katanya sedih.

Sementara itu, hisak tangis juga masih mewarnai proses evakuasi korban dari ambulans ke ruang jenazah. Sekitar pukul 18.15 WIB, 50 korban sudah masuk ke dalam instalansi jenajah RSUP-HAM.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/