Dampak Kebakaran Hutan di Riau
MEDAN, SUMUTPOS.CO- Titik api atau hotspot kebakaran hutan dan lahan (karlahut) di Sumatera terus bertambah. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Senin (31/8) pukul 05.00 WIB dari pantauan Satelit Modis (Terra dan Aqua) terdapat 1.006 hotspot di Sumatera yang tersebar di beberapa provinsi (lihat data).
Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho kepada Sumut Pos, kemarin. Katanya, kondisi ini menyebabkan jarak pandang pendek dan kualitas udara memburuk.
“Untuk lokasi terdekat dari Medan, Pekanbaru jarak pandangnya 1 kilometer (km). Upaya penanggulangan karhutla terus dilakukan di darat dan di udara. Badan Penanggulangan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan 3 pesawat terbang untuk hujan buatan di Riau, Sumatera Selatan (Sumsel), dan Kalimantan Barat (Kalbar). Sedangkan 13 helikopter pemboman air dikerahkan di Riau, Sumatera Selatan (Sumsel), Jambi, Kalbar, Kalimantan Tengah (Kalteng), dan Kalimantan Selatan (Kalsel). Hujan buatan di Riau telah menaburkan 111 ton garam dan di Sumsel menaburkan 46,3 ton ke dalam awan-awan potensial,” urainya.
Katanya, ancaman karhutla terus meningkat hingga November 2015. Cuaca makin kering dan hujan akan semakin kecil sehingga potensi terbakar akan semakin besar. Pola hotspot di Sumatera dan Kalimantan mencapai puncak pada September-Oktober. Upaya pencegahan lebih efektif dibandingkan pemadaman.
Sementara, forecaster BMKG Wilayah I Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), Endah Paramita mengakui asap kebakaran hutan dan lahan di Kepulauan Riau telah sampai ke Kota Medan. Titik panas untuk Riau dan Kepulauan Riau mencapai 581 hotspot, Riau 218, Sumbar 8 hotspot.
“Jarak pandang sekitar 10.00 untuk penerbangan 4,5 km. Sedangkan di darat Kota Medan, jarak pandang mencapai 7 km,” katanya.
Menanggapi hal ini, Pengamat Kesehatan Sumut, dr Umar Zein SpPD KPTI menerangkan polusi udara rentan berpengaruh kepada mata dan dapat menyebabkan terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). “Pengaruhnya mulai dari hidung, trakea, dan paru-paru,” katanya.
Untuk mencegahnya, ujar dokter yang juga konsultan penyakit tropik dan infeksi ini, dengan menggunakan masker. Namun, anak-anak sekolah seperti taman kanak-kanan (TK) dan sekolah dasar (SD) kurang mau kalau diminta untuk memakai masker.
“Padahal polusi udara itu sangat rentan pada anak-anak. Dinkes bisa melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan. Tetapi sekarang polusinya belum mengkhawatirkan,” katanya.
Tidak hanya kepada anak-anak, sambungnya, polusi udara juga berpengaruh cepat kepada mereka yang menderita penyakit paru kronis seperti pada orangtua atau Balita. “Kalau dengan adanya hujan, ini masih menguntungkan karena polusinya turun,” katanya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan, dr Ramlan Sitompul Sp THT-KL juga ikut mengingatkan masyarakat agar mewaspadai ancaman penyakit yang ditimbulkan akibat asap yang tak sehat ini.
“Udara yang tak bersih bisa mengancam gangguan pernapasan dan bisa juga memicu berbagai penyakit lain. Kita imbau masyarakat agar sedapatnya tidak keluar rumah dulu. Namun jika tak memungkinkan, maka harus memakai masker dan minum air putih yang banyak merupakan langkah untuk mencegah ancaman penyakit tersebut,” ujarnya. (put/azw)
Titik Api di Sumatera
– Sumatera Selatan (Sumsel) 354
– Sumatera Barat (Sumbar) 8
– Riau 219
– Lampung 13
– Bangkabelitung 88
– Jambi 320
– Bengkulu 3