26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Anis dan Rukmiani Nangis di Hadapan Gatot

Foto: Indra/PM Anak buah Syamsul, Bahri dan Feri, yang disebut-sebut menenggelamkan Cici di kolam hingga tewas, saat diboyong ke Satreskrim Polresta Medan.
Foto: Indra/PM
Anak buah Syamsul, Bahri dan Feri, yang disebut-sebut menenggelamkan Cici di kolam hingga tewas, saat diboyong ke Satreskrim Polresta Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi kekejian H Syamsul Anwar Cs terhadap para PRT nya mendapat perhatian Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho. Itu ditunjukkan dengan kehadirannya di Mapolresta Medan, Minggu (30/11).

Gatot didamping ajudannya datang dengan menggunakan mobil Toyota Avanza warna hitam. Setibanya di Mapolresta, Gatot disambut Wakapolresta Medan, AKBP Yusuf Hondawan Naibaho didampingi Kasat Lantas Polresta Medan, Kompol Budi Hendrawan.

Gatot yang sebelumnya diarahkan untuk melihat para pelaku tidak mau berlama-lama di sel tahanan. “Saya mau lihat korbannya saja,” katanya.

Oleh petugas, Gatot dibawa ke lantai 2 Gedung Satuan Reskrim. Sembari menunggu, Gatot mengaku terkejut mendengar kabar penganiayaan terhadap para PRT tersebut. Gatot menyebutkan dirinya mengetahui berita tersebut saat berada di Bandara Adi Soemarmo Solo.

Setelah menunggu beberapa menit, korban penganiayaan pun datang. Namun hanya Anis dan Rukmiani. Sedangkan Endang tidak keluar. Saat itu, Gatot pun menanyai keduanya dengan menggunakan bahasa Jawa, mulai dari nama hingga asal mereka. “Nama saya Anis asal Pemalang, umur saya 32, Pak,” katanya. Sedang Rukmiani mengaku berasal dari Demak berusia 42 tahun.

Ditanya mengenai kondisi mereka, Anis malah menangis. Anis menyesalkan kematian rekannya yang dibunuh secara sadis, setelah sebelumnya ditenggelamkan di sebuah kolam. “Cici ditenggelamin di kolam Pak. Cuma saya yang tahu, Pak,” ujarnya sembari menangis.

Anis yang mengenakan kaos pink dan celana jeans selutut ini mengatakan, saat peristiwa pemukulan tersebut terjadi, dia menjadi saksi mata. Dia dengan jelas melihat Cici yang kepalanya ditengelamkan di kolam hingga tak bernyawa. Cici disiksa dengan posisi kaki di atas dan kepala di bawah.

“Waktu saya lihat dia sempat kesakitan, kemudian mata tertutup,” kata wanita bertubuh kecil ini sembari terisak.

Anis mengaku sempat memegang dada Cici untuk memeriksa kondisinya dan sempat berteriak minta tolong, namun mulutnya malah dipukul.

Setelah dibunuh dan ditutupi mengunakan kain, dia mengaku dilarang melihat jenazah oleh majikannya. Jenazah Cici dimasukkan ke mobil. “Jam 02.00 dimasukkan mobil sama Fery, Bahri, dan bapak,” katanya.

Saat itu dirinya sempat bertanya Cici mau dibawa kemana. Syamsul menjawab, Cici mau dibawa ke rumah sakit. “Katanya mau dibawa ke rumah sakit. Dia minta makan bubur dan apel,” katanya.

Rukmiani yang mengaku sempat berteriak minta tolong, juga sempat dipukuli, dan dimasukkan ke dalam kamar. “Saya dikunci di dalam kamar sama Fery dan Fahri,” kata wanita yang sempat mengganti pakaian Cici sebelum dibuang.

Foto: Indra/PM Gubsu Gatot Pujo Nugroho mengunjungi PRT korban penganiayaan majikannya, Syamsul Anwar, Minggu (30/11/2014).
Foto: Indra/PM
Gubsu Gatot Pujo Nugroho mengunjungi PRT korban penganiayaan majikannya, Syamsul Anwar, Minggu (30/11/2014).

Anis mengaku pasca urusannya kelar, dia akan pulang ke kampung halamannya untuk melihat putra semata wayangnya yang kini berusia 4 tahun.

“Saya mau pulang saja, Pak,” kata wanita yang tak lagi bersuami ini. Sedangkan Rukmiani mengaku akan tetap berada di Medan untuk mencari pekerjaan lain.

Untuk menghindari adanya korban lain, keduanya meminta agar para penyalur pekerja jasa PRT khususnya di Jakarta tak lagi mengirim pekerja kepada Syamsul Anwar. “Kepada bapak Endang, Mukijan, Rokim, Sukijo, jangan lagi kirim PRT kepada Syamsul karena Cici dan Yanti sudah mati,” katanya.

Mendengar keluh kesah para korban, Gatot berjanji akan lebih kritis terhadap perusahaan perusahaan penyalur tenaga kerja yang ada di Sumut, khususnya Medan.

“Saya sudah sampaikan kepada instansi bersangkutan yakni Biro Pemberdayaan Perempuan, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Sosial, untuk kritis terhadap perusahaan jasa penyalur pembantu rumah tangga. Saya mewakili Pemerintah Sumatera Utara juga meminta maaf atas kejadian ini,” ungkap Gatot.

Sebagai salah satu wujud permintaan tersebut, pihaknya akan memberikan bantuan kesehatan kepada para korban. Tidak hanya itu, Pemprovsu juga akan membantu fasilitas untuk kembali ke kampung halaman masing-masing.

“Kita sudah ada MoU dengan beberapa pemerintah daerah seperti NTB dan Jawa Timur. Namun, bagi pemerintahan yang belum ada MoU dengan kita, tetap kita fasilitasi. Namun untuk pemulangan itu, kita akan kordinasi dengan Polresta Medan, soal kesiapan fisik dan mental para korban,” imbuhnya.

Pada kunjungannya, Gatot terlihat serius mendengarkan keluh kesah para korban. Sebelum pergi, Gatot memberikan santunan terbungkus amplop putih (tidak diketahui jumlahnya) kepada masing-masing korban. (ind/ras)

Foto: Indra/PM Anak buah Syamsul, Bahri dan Feri, yang disebut-sebut menenggelamkan Cici di kolam hingga tewas, saat diboyong ke Satreskrim Polresta Medan.
Foto: Indra/PM
Anak buah Syamsul, Bahri dan Feri, yang disebut-sebut menenggelamkan Cici di kolam hingga tewas, saat diboyong ke Satreskrim Polresta Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi kekejian H Syamsul Anwar Cs terhadap para PRT nya mendapat perhatian Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho. Itu ditunjukkan dengan kehadirannya di Mapolresta Medan, Minggu (30/11).

Gatot didamping ajudannya datang dengan menggunakan mobil Toyota Avanza warna hitam. Setibanya di Mapolresta, Gatot disambut Wakapolresta Medan, AKBP Yusuf Hondawan Naibaho didampingi Kasat Lantas Polresta Medan, Kompol Budi Hendrawan.

Gatot yang sebelumnya diarahkan untuk melihat para pelaku tidak mau berlama-lama di sel tahanan. “Saya mau lihat korbannya saja,” katanya.

Oleh petugas, Gatot dibawa ke lantai 2 Gedung Satuan Reskrim. Sembari menunggu, Gatot mengaku terkejut mendengar kabar penganiayaan terhadap para PRT tersebut. Gatot menyebutkan dirinya mengetahui berita tersebut saat berada di Bandara Adi Soemarmo Solo.

Setelah menunggu beberapa menit, korban penganiayaan pun datang. Namun hanya Anis dan Rukmiani. Sedangkan Endang tidak keluar. Saat itu, Gatot pun menanyai keduanya dengan menggunakan bahasa Jawa, mulai dari nama hingga asal mereka. “Nama saya Anis asal Pemalang, umur saya 32, Pak,” katanya. Sedang Rukmiani mengaku berasal dari Demak berusia 42 tahun.

Ditanya mengenai kondisi mereka, Anis malah menangis. Anis menyesalkan kematian rekannya yang dibunuh secara sadis, setelah sebelumnya ditenggelamkan di sebuah kolam. “Cici ditenggelamin di kolam Pak. Cuma saya yang tahu, Pak,” ujarnya sembari menangis.

Anis yang mengenakan kaos pink dan celana jeans selutut ini mengatakan, saat peristiwa pemukulan tersebut terjadi, dia menjadi saksi mata. Dia dengan jelas melihat Cici yang kepalanya ditengelamkan di kolam hingga tak bernyawa. Cici disiksa dengan posisi kaki di atas dan kepala di bawah.

“Waktu saya lihat dia sempat kesakitan, kemudian mata tertutup,” kata wanita bertubuh kecil ini sembari terisak.

Anis mengaku sempat memegang dada Cici untuk memeriksa kondisinya dan sempat berteriak minta tolong, namun mulutnya malah dipukul.

Setelah dibunuh dan ditutupi mengunakan kain, dia mengaku dilarang melihat jenazah oleh majikannya. Jenazah Cici dimasukkan ke mobil. “Jam 02.00 dimasukkan mobil sama Fery, Bahri, dan bapak,” katanya.

Saat itu dirinya sempat bertanya Cici mau dibawa kemana. Syamsul menjawab, Cici mau dibawa ke rumah sakit. “Katanya mau dibawa ke rumah sakit. Dia minta makan bubur dan apel,” katanya.

Rukmiani yang mengaku sempat berteriak minta tolong, juga sempat dipukuli, dan dimasukkan ke dalam kamar. “Saya dikunci di dalam kamar sama Fery dan Fahri,” kata wanita yang sempat mengganti pakaian Cici sebelum dibuang.

Foto: Indra/PM Gubsu Gatot Pujo Nugroho mengunjungi PRT korban penganiayaan majikannya, Syamsul Anwar, Minggu (30/11/2014).
Foto: Indra/PM
Gubsu Gatot Pujo Nugroho mengunjungi PRT korban penganiayaan majikannya, Syamsul Anwar, Minggu (30/11/2014).

Anis mengaku pasca urusannya kelar, dia akan pulang ke kampung halamannya untuk melihat putra semata wayangnya yang kini berusia 4 tahun.

“Saya mau pulang saja, Pak,” kata wanita yang tak lagi bersuami ini. Sedangkan Rukmiani mengaku akan tetap berada di Medan untuk mencari pekerjaan lain.

Untuk menghindari adanya korban lain, keduanya meminta agar para penyalur pekerja jasa PRT khususnya di Jakarta tak lagi mengirim pekerja kepada Syamsul Anwar. “Kepada bapak Endang, Mukijan, Rokim, Sukijo, jangan lagi kirim PRT kepada Syamsul karena Cici dan Yanti sudah mati,” katanya.

Mendengar keluh kesah para korban, Gatot berjanji akan lebih kritis terhadap perusahaan perusahaan penyalur tenaga kerja yang ada di Sumut, khususnya Medan.

“Saya sudah sampaikan kepada instansi bersangkutan yakni Biro Pemberdayaan Perempuan, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Sosial, untuk kritis terhadap perusahaan jasa penyalur pembantu rumah tangga. Saya mewakili Pemerintah Sumatera Utara juga meminta maaf atas kejadian ini,” ungkap Gatot.

Sebagai salah satu wujud permintaan tersebut, pihaknya akan memberikan bantuan kesehatan kepada para korban. Tidak hanya itu, Pemprovsu juga akan membantu fasilitas untuk kembali ke kampung halaman masing-masing.

“Kita sudah ada MoU dengan beberapa pemerintah daerah seperti NTB dan Jawa Timur. Namun, bagi pemerintahan yang belum ada MoU dengan kita, tetap kita fasilitasi. Namun untuk pemulangan itu, kita akan kordinasi dengan Polresta Medan, soal kesiapan fisik dan mental para korban,” imbuhnya.

Pada kunjungannya, Gatot terlihat serius mendengarkan keluh kesah para korban. Sebelum pergi, Gatot memberikan santunan terbungkus amplop putih (tidak diketahui jumlahnya) kepada masing-masing korban. (ind/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/