25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Cipoa Hanyutkan Penikmat Teater

Sanggar Air Putih baru saja mementaskan lakon Cipoa karya Putu Wijaya di Gedung Utama Taman Budaya Sumut, Sabtu (31/3). Karena tingginya permintaan tiket, pentas itu digelar dua sesi, pukul tiga sore dan pukul delapan malam.

Dan benar saja, penikmat teater yang terdiri dari berbagai kalangan itu sudah memadati areal Taman Budaya mulai pukul dua siang. Sesi pertama dikhususkan untuk pelajar. Sedang sesi kedua diberi kesempatan kepada penonton umum. Harga tiket tentu dibedakan. Pelajar hanya Rp15 ribu, sedangkan umum dan mahasiswa dibandrol Rp20 ribu.

“Sekitar 700-an tiket ludes terjual. Penonton membeludak. Kami sudah antisipasi ini dengan menggelar dua sesi pentas,” kata Haykal Abimayu, Pimpinan Produksi garapan itu usai pentas.

Kalau publik menilai teater itu punya penikmat sendiri, maka Sanggar Air Putih mencoba merangkul semua kalangan agar datang dan menonton teater. Maka, konsep entertain merupakan hal utama yang dipikirkan sebelum disuguhkan.

“Terbukti, penoton kami hadir dari semua kalangan. Alhamdulillah apa yang kami suguhkan bisa diterima dengan baik,” sambung Yeyen Soekandar, selaku Asisten Pimpinan Produksi.

Kelahiran Sanggar Air Putih yang baru menginjak usia dua tahun ternyata tak menyurutkan langkah penikmat teater untuk nonton pentas itu.
“Wajar juga, karena orang-orang di dalam Sanggar Air Putih itu sendiri sudah lama bergiat di kesenian. Mulai dari kampus, lalu ke kesenian umum. Meski terdiri dari beberapa profesi seperti jurnalis, guru, mahasiswa, pelajar hingga ibu rumah tangga, yang pasti kawan-kawan tetap mencoba eksis,” lanjut Haykal.

Cipoa garapan yang disutradari Tazli Muhammed itu dikemas dengan cerita dramatis dipadu adegan super kocak dan tak terpikirkan. Dengan full entertain. Sanggar Air Putih mampu menghipnotis penonton untuk hanyut dalam cerita juga memancing gelak tawa karena adegan komedi tadi.

Cipoa sendiri berarti tipu-tipu mengisahkan sebuah kisah di pertambangan di mana tokoh-tokoh di dalamnya mulai dari juragan hingga pekerjanya rela berbohong demi mendapatkan emas. Tivri (diperankan Syaifullah Defaza), centeng yang polos juga ikut terseret dalam arus permainan Juragan (Diperankan Syahfitra Harahap) dan para pekerja (Diperankan Aulia, Heri Andika, Eka, dan Faisa) yang saling menipu. Akhirnya mereka semua justru merugi karena emas tersebut dijual kepada seorang saudagar China, Ahok (Haykal Abimayu) seharga batu.

Dari unsur cerita yang disampaikan tentu sarat pesan moral. Bahkan beberapa kali para pelakon menyinggung soal rencana pemerintah menaikkan harga BBM yang memancing reaksi demonstrasi masyarakat.

“Kami berusaha mengikuti isu negara dalam konteks kekinian. Cipoa karya Putu Wijaya kami kira layak dipentaskan di tengah kondisi kebangsaan yang semakin memprihatinkan. Ketika ada sesuatu yang harus disampaikan. Panggung kesenian merupakan media layak untuk menuang uneg-uneg yang berangkat dari hati.   Baik dari sisi sosial, politik, ekonomi dan aspek hidup lainnya, sebab seni menjalari dunia tanpa batasan yang baku dan beku,” timpal Sutradara Cipoa, Tazli Mohammed.

Dwik Mardova, seorang awam teater yang ikut menonton berharap pementasan teater seperti ini terus digelar. “Ternyata nonton teater itu seru juga. Saya tidak menyangka bisa bersama dengan orang sebanyak ini di gedung teater. Ini acara positif, saya harap pemerintah bisa serius ambil bagian di sini, mungkin gedung teaternya bisa dipugar kali ya,” pungkasnya sambil tersenyum lebar.

Pementasan ini merupakan kali pertama yang dilakukan Sanggar Air Putih. Tapi ke depannya, even berikutnya akan digelar sebagai bukti eksistensi kelompok ini. “Next, kita akan garap sebuah monolog dengan cerita tak asing. Sebuah sekuel soal Rambo yang tak pernah diproduksi Hollywood, bakal dipentaskan oleh Sanggar Air Putih. Mohon dukungannya,” pungkas Haykal. (ful)

Sanggar Air Putih baru saja mementaskan lakon Cipoa karya Putu Wijaya di Gedung Utama Taman Budaya Sumut, Sabtu (31/3). Karena tingginya permintaan tiket, pentas itu digelar dua sesi, pukul tiga sore dan pukul delapan malam.

Dan benar saja, penikmat teater yang terdiri dari berbagai kalangan itu sudah memadati areal Taman Budaya mulai pukul dua siang. Sesi pertama dikhususkan untuk pelajar. Sedang sesi kedua diberi kesempatan kepada penonton umum. Harga tiket tentu dibedakan. Pelajar hanya Rp15 ribu, sedangkan umum dan mahasiswa dibandrol Rp20 ribu.

“Sekitar 700-an tiket ludes terjual. Penonton membeludak. Kami sudah antisipasi ini dengan menggelar dua sesi pentas,” kata Haykal Abimayu, Pimpinan Produksi garapan itu usai pentas.

Kalau publik menilai teater itu punya penikmat sendiri, maka Sanggar Air Putih mencoba merangkul semua kalangan agar datang dan menonton teater. Maka, konsep entertain merupakan hal utama yang dipikirkan sebelum disuguhkan.

“Terbukti, penoton kami hadir dari semua kalangan. Alhamdulillah apa yang kami suguhkan bisa diterima dengan baik,” sambung Yeyen Soekandar, selaku Asisten Pimpinan Produksi.

Kelahiran Sanggar Air Putih yang baru menginjak usia dua tahun ternyata tak menyurutkan langkah penikmat teater untuk nonton pentas itu.
“Wajar juga, karena orang-orang di dalam Sanggar Air Putih itu sendiri sudah lama bergiat di kesenian. Mulai dari kampus, lalu ke kesenian umum. Meski terdiri dari beberapa profesi seperti jurnalis, guru, mahasiswa, pelajar hingga ibu rumah tangga, yang pasti kawan-kawan tetap mencoba eksis,” lanjut Haykal.

Cipoa garapan yang disutradari Tazli Muhammed itu dikemas dengan cerita dramatis dipadu adegan super kocak dan tak terpikirkan. Dengan full entertain. Sanggar Air Putih mampu menghipnotis penonton untuk hanyut dalam cerita juga memancing gelak tawa karena adegan komedi tadi.

Cipoa sendiri berarti tipu-tipu mengisahkan sebuah kisah di pertambangan di mana tokoh-tokoh di dalamnya mulai dari juragan hingga pekerjanya rela berbohong demi mendapatkan emas. Tivri (diperankan Syaifullah Defaza), centeng yang polos juga ikut terseret dalam arus permainan Juragan (Diperankan Syahfitra Harahap) dan para pekerja (Diperankan Aulia, Heri Andika, Eka, dan Faisa) yang saling menipu. Akhirnya mereka semua justru merugi karena emas tersebut dijual kepada seorang saudagar China, Ahok (Haykal Abimayu) seharga batu.

Dari unsur cerita yang disampaikan tentu sarat pesan moral. Bahkan beberapa kali para pelakon menyinggung soal rencana pemerintah menaikkan harga BBM yang memancing reaksi demonstrasi masyarakat.

“Kami berusaha mengikuti isu negara dalam konteks kekinian. Cipoa karya Putu Wijaya kami kira layak dipentaskan di tengah kondisi kebangsaan yang semakin memprihatinkan. Ketika ada sesuatu yang harus disampaikan. Panggung kesenian merupakan media layak untuk menuang uneg-uneg yang berangkat dari hati.   Baik dari sisi sosial, politik, ekonomi dan aspek hidup lainnya, sebab seni menjalari dunia tanpa batasan yang baku dan beku,” timpal Sutradara Cipoa, Tazli Mohammed.

Dwik Mardova, seorang awam teater yang ikut menonton berharap pementasan teater seperti ini terus digelar. “Ternyata nonton teater itu seru juga. Saya tidak menyangka bisa bersama dengan orang sebanyak ini di gedung teater. Ini acara positif, saya harap pemerintah bisa serius ambil bagian di sini, mungkin gedung teaternya bisa dipugar kali ya,” pungkasnya sambil tersenyum lebar.

Pementasan ini merupakan kali pertama yang dilakukan Sanggar Air Putih. Tapi ke depannya, even berikutnya akan digelar sebagai bukti eksistensi kelompok ini. “Next, kita akan garap sebuah monolog dengan cerita tak asing. Sebuah sekuel soal Rambo yang tak pernah diproduksi Hollywood, bakal dipentaskan oleh Sanggar Air Putih. Mohon dukungannya,” pungkas Haykal. (ful)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/