BELAWAN- Nasib Dedi (25), nahkoda kapal ikan asal Belawan yang menjadi korban penyanderaan para perompak di perairan Langkat-NAD pada Jumat (30/3) malam lalu, hingga kini masih belum jelas. Keluarga korban mengaku sangat khawatir dengan kondisi keselamatannya.
“Kami belum tahu bagaimana nasib Dedi. Sampai saat ini belum ada komunikasi dengan para pelaku,” kata paman korban yang meminta namanya tak dikorankan, saat ditemui di rumahnya, Minggu (1/4) sore.
Menurut pria bertubuh kekar ini, pihak keluarga mempercayakan kasus perompakan dan penyanderaan yang dialami keponakannya kepada pihak pengelola kapal. “Soal negosiasi uang tebusan antara pemilik boat (kapal ikan), kami keluarga tidak tahu. Kami percayakan saja permasalahan ini kepada toke boat tempat keponakanku kerja. Sedangkan untuk laporan ke Polair dan petugas Kamla (Kemanan Laut) sudah dibuat kemarin sore,” cetusnya.
Dia menuturkan, Dedi baru dua trip menjadi nakhoda di kapal penangkap ikan tersebut. Tapi saat keberangkatannya yang kedua kali, anak ke dua dari empat bersaudara ini mengalami nasib naas. “Aku yang mengajukan ke tokenya untuk jadi tekong (nakhoda) kapal, karena dia itu anaknya rajin dan gigih. Pada trip pertama nggak ada terjadi apa-apa. Dan untuk trip kedua inilah dia dibajak dan disandera, padahal dia itu tulang punggung keluarganya,” ungkapnya.
Bahkan lanjut dia, peristiwa perompakan disertai penyanderaan tersebut seperti ada musimnya. Dan kebanyakan aksi perompakan kapal ikan terjadi menjelang hari raya Idul Fitri. “Memasuki pertengahan tahun biasanya mereka beraksi, dan yang paling banyak terjadi saat mau lebaran,” ucapnya.
Diceritakannya, pada saat dirinya disandera para pelaku bersenjata api larang panjang sempat membawanya ke kawasan hutan bakau. Selama jadi korban penyanderaan, kebutuhan makan sehari-hari dipenuhi oleh para pelaku dan terus dikawal dua pria bersenjata. “Waktu di atas boat menuju pinggiran pantai, mata ku ditutup mereka, tapi begitu tiba penutup mata dibuka dan aku tak kenal daerah itu. Cuma aku dibawa jalan ke tengah hutan, setelah 15 hari aku baru dibebaskan ditumpangkan ke mobil orang di Aceh sana,” ungkapnya.
Ketua DPC HNSI Kota Medan Zulfachri Siagian saat ditanyai terkait kasus perompakan dan penyanderaan yang dialami Dedi meminta supaya aparat Kamla lebih meningkatkan pengamanan dengan melakukan patroli rutin di sejumlah titik yang dinilai rawan.
Sementara, Kasubdit Penegak Hukum (Gakkum) Direktorat Kepolisian Perairan Daerah Sumatera Utara (Dirpolairdasu), AKBP Burhanuddin Desky sebelumnya mengatakan, pihaknya saat ini telah menyiagakan sekitar delapan unit kapal patroli di beberapa titik yang dinilai rawan untuk memburu para pelaku tindak kejahatan yang terjadi di perairan.
Desky menambahkan, selama Januari hingga Maret tahun ini, jumlah kasus perompakan kapal ikan yang terjadi di laut sekitar sembilan kasus. “Dari sembilan kasus tiga di antaranya masih disidik, dengan jumlah tersangka yang diamankan tiga orang pelaku dan barang bukti disita pistol jenis FN berikut 10 butir amunisi,” terangnya.
Sedangkan pada 2011 lalu, kepolisian perairan menangani sekitar dua puluh satu kasus perompakan, dengan jumlah tersangka sembilan orang yang diamankan, berikut senjata api serta amunisi yang disita sebagai barang bukti. (mag-17)