30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Supermarket Terbesar Pertama, Diresmikan Wali Kota Pertama

Mengelilingi pusat kota Medan, tepatnya di Jalan Kesawan, kita akan dimanjakan dengan pemandangan gedung-gedung tua peninggalan era kolonial. Khususnya saat kita memasuki Jalan Ahmad Yani dan Jalan Hindu. Ada satu bangunan yang masih terasa kemewahan, kemegahan, juga keunikan bangunannya. Gedung itu bernama Waren Huis.

Puput Julianti Damanik, Medan

SEBELUM TERBAKAR: Kondisi gedung tua, Waren Huis,  Jalan Hindu Medan sebelum terbakar.
SEBELUM TERBAKAR: Kondisi gedung tua, Waren Huis, di Jalan Hindu Medan sebelum terbakar.

Saat berada di depan pintu utama, tepatnya di persimpangan Jalan Hindu dan Jalan Ahmad Yani, kita akan melihat tulisan kecil di tiang teras depan gedung: op den 16:2:1919, werd voor dit gebouw, de eerste, steen gelegd door, Daniel Barcn Mackay Burgermeester Van Medan’ atau terjemahan bebasnya ‘Batu pertama gedung ini diletakkan oleh Wali Kota Medan,Daniel Baron Mackay, pada 16:2:1919’.

Tulisan ini membuktikan bahwa gedung unik tersebut adalah satu dari peninggalan Kolonial Belanda. Bahkan di atasnya telah ada plat bahwa gedung tersebut adalah cagar budaya yang dilindungi oleh Pemko Medan. Namun sayang, peninggalan bersejarah tersebut akhirnya terbakar, Minggu (30/6) sore.

Gedung yang ditempati oleh sebanyak 6 keluarga dan gedung Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia Cabang Medan Barat dan gedung perkantoran Pimpinan cabang Sekitar Pekerja Tekstil Sandang dan Kulit (PC SPTSK-SPSI) ini, kondisinya semakin hancur karena dilalap si jago merah.

Sehari usai kebakaran, beberapa pekerja terlihat membersihkan sisa-sisa kebakaran dan sebagian lainnya bersiap-siap membersihkan. “Kebetulan kami lagi tidak di tempat. AMPI menempati gedung ini sudah sangat lama, sejak tahun 1982. Saat ini kami sedang berkumpul dan rencana akan membersihkan bekas kebakarannya. Kalau akibatnya dduga karena korslet listrik,” ujar ketua AMPI Cabang Medan Barat, Marzuki Piliang.

Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (PUSSIS-Unimed), Dr Phil Ichwan Azhari menceritakan, gedung bersejarah yang sangat memenuhi persyaratan sebagai gedung cagar budaya yang dilindungi UU Cagar Budaya No.11/2010 tersebut adalah rumah belanja atau toko serba ada yang diberi nama Waren Huis.

“Bangunan itu bernama Waren Huis, semacam supermarket terbesar yang pertama dan satu-satunya ada di Medan pada awal abad ke 20. Ini merupakan toko elit barat yang sangat prestesius pada zamannya,” kata Ichwan.

Lanjutnya, pemilik gedung tersebut adalah orang Jerman. Bangunannya juga dibuat oleh arsitek Jerman pada tahun 1916 dan diresmikan oleh Wali Kota Medan pertama pada zaman Belanda, Daniel Baron Makay. Gedung bersejarah ini, harusnya menjadi perhatian Pemerintah.

“Saya sangat menyesalkan gedung itu lama sekali ditelantarkan pemerintah provinsi maupun pemerintah Kota Medan. Pemerintah mempertontonkan bertahun-tahun ketidakpeduliannya pada bangunan bersejarah, salah satu ikon penting Kota Medan itu,” ujarnya.

Menurutnya, sudah lama ia meminta kepada pemerintah untuk menjadikan gedung Waren Huis menjadi museum. “Lima tahun belakangan ini saya selalu minta agar gedung ini dijadikan Museum Sejarah Kota Medan. Medan memang kota tak beradab, karena sampai sekarang tidak punya museum. Memori kota harusnya dipelihara oleh pemrintah kota yang beradab,” ujarnya.

Dahulu, kata Ichwan, Rahudman mengatakan akan melindungi tempat-tempat bersejarah. Namun saat ini, Rahudman sudah dinonaktifkan. “Saya awalnya sudah senang, apalagi saya lihat kesiapan Rahudman untuk menjadikan gedung tersebut sebagai museum. Tapi dia sudah nonaktif dan gedung ini terbakar pula. Saya harap pemerintah kali ini dapat berusaha untuk melakukannya, menjaga bangunan-bangunan sejarah,” katanya.
Peristiwa ini terjadi Minggu (30/6) sore sekitar pukul 16.00 WIB. Tidak ada korban jiwa. Dan belum dipastikan penyebab kebakaran, namun diduga arus pendek. (*)

Mengelilingi pusat kota Medan, tepatnya di Jalan Kesawan, kita akan dimanjakan dengan pemandangan gedung-gedung tua peninggalan era kolonial. Khususnya saat kita memasuki Jalan Ahmad Yani dan Jalan Hindu. Ada satu bangunan yang masih terasa kemewahan, kemegahan, juga keunikan bangunannya. Gedung itu bernama Waren Huis.

Puput Julianti Damanik, Medan

SEBELUM TERBAKAR: Kondisi gedung tua, Waren Huis,  Jalan Hindu Medan sebelum terbakar.
SEBELUM TERBAKAR: Kondisi gedung tua, Waren Huis, di Jalan Hindu Medan sebelum terbakar.

Saat berada di depan pintu utama, tepatnya di persimpangan Jalan Hindu dan Jalan Ahmad Yani, kita akan melihat tulisan kecil di tiang teras depan gedung: op den 16:2:1919, werd voor dit gebouw, de eerste, steen gelegd door, Daniel Barcn Mackay Burgermeester Van Medan’ atau terjemahan bebasnya ‘Batu pertama gedung ini diletakkan oleh Wali Kota Medan,Daniel Baron Mackay, pada 16:2:1919’.

Tulisan ini membuktikan bahwa gedung unik tersebut adalah satu dari peninggalan Kolonial Belanda. Bahkan di atasnya telah ada plat bahwa gedung tersebut adalah cagar budaya yang dilindungi oleh Pemko Medan. Namun sayang, peninggalan bersejarah tersebut akhirnya terbakar, Minggu (30/6) sore.

Gedung yang ditempati oleh sebanyak 6 keluarga dan gedung Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia Cabang Medan Barat dan gedung perkantoran Pimpinan cabang Sekitar Pekerja Tekstil Sandang dan Kulit (PC SPTSK-SPSI) ini, kondisinya semakin hancur karena dilalap si jago merah.

Sehari usai kebakaran, beberapa pekerja terlihat membersihkan sisa-sisa kebakaran dan sebagian lainnya bersiap-siap membersihkan. “Kebetulan kami lagi tidak di tempat. AMPI menempati gedung ini sudah sangat lama, sejak tahun 1982. Saat ini kami sedang berkumpul dan rencana akan membersihkan bekas kebakarannya. Kalau akibatnya dduga karena korslet listrik,” ujar ketua AMPI Cabang Medan Barat, Marzuki Piliang.

Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (PUSSIS-Unimed), Dr Phil Ichwan Azhari menceritakan, gedung bersejarah yang sangat memenuhi persyaratan sebagai gedung cagar budaya yang dilindungi UU Cagar Budaya No.11/2010 tersebut adalah rumah belanja atau toko serba ada yang diberi nama Waren Huis.

“Bangunan itu bernama Waren Huis, semacam supermarket terbesar yang pertama dan satu-satunya ada di Medan pada awal abad ke 20. Ini merupakan toko elit barat yang sangat prestesius pada zamannya,” kata Ichwan.

Lanjutnya, pemilik gedung tersebut adalah orang Jerman. Bangunannya juga dibuat oleh arsitek Jerman pada tahun 1916 dan diresmikan oleh Wali Kota Medan pertama pada zaman Belanda, Daniel Baron Makay. Gedung bersejarah ini, harusnya menjadi perhatian Pemerintah.

“Saya sangat menyesalkan gedung itu lama sekali ditelantarkan pemerintah provinsi maupun pemerintah Kota Medan. Pemerintah mempertontonkan bertahun-tahun ketidakpeduliannya pada bangunan bersejarah, salah satu ikon penting Kota Medan itu,” ujarnya.

Menurutnya, sudah lama ia meminta kepada pemerintah untuk menjadikan gedung Waren Huis menjadi museum. “Lima tahun belakangan ini saya selalu minta agar gedung ini dijadikan Museum Sejarah Kota Medan. Medan memang kota tak beradab, karena sampai sekarang tidak punya museum. Memori kota harusnya dipelihara oleh pemrintah kota yang beradab,” ujarnya.

Dahulu, kata Ichwan, Rahudman mengatakan akan melindungi tempat-tempat bersejarah. Namun saat ini, Rahudman sudah dinonaktifkan. “Saya awalnya sudah senang, apalagi saya lihat kesiapan Rahudman untuk menjadikan gedung tersebut sebagai museum. Tapi dia sudah nonaktif dan gedung ini terbakar pula. Saya harap pemerintah kali ini dapat berusaha untuk melakukannya, menjaga bangunan-bangunan sejarah,” katanya.
Peristiwa ini terjadi Minggu (30/6) sore sekitar pukul 16.00 WIB. Tidak ada korban jiwa. Dan belum dipastikan penyebab kebakaran, namun diduga arus pendek. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/