26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Ramadan Paling Berat

Afini Riza

Ramadan tahun ini merupakan Ramadan yang paling berat buat Afini Riza. Pasalnya, di Bulan Ramadan kali ini, dia harus menjalani ibadah puasa sendiri tanpa didampingi ayah, ibu dan saudaranya.

Pada Ramadan tahun-tahun sebelumnya, cewek yang akrab disapa Fini ini selalu menjalankan ibadah puasa bersama orangtua dan kakaknya. Namun, sejak dia memutuskan untuk bersekolah di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi, dia harus jauh dari orangtua dan hidup mandiri bersama uwak dan sepupunya.

“Tahun ini sepertinya yang paling berat, karena saya sekolah di Tebing Tinggi sementara keluarga di Medan,” ujar Fini.
Biasanya, selama Ramadan, Fini merasakan kebersamaan saat berkumpul dengan keluarga, terutama di saat sahur dan juga berbuka puasa. Tapi, karena keadaan, akhirnya kebersamaan yang biasa dijalani harus terhenti sementara. “Jalani dengan lapang dada saja, nanti juga akan berkumpul lagi,” ujar gadis yang bercita-cita menjadi guru ini.

Ramadhan bagi Fini juga untuk melatih kesabaran, baik dalam berteman maupun berkeluarga. “Ummi selalu sabar menghadapi kami saat banyak permintaan, jadi puasa tahun ini harus bisa sabar menahan rindu dengan keluarga di Medan,” ujarnya.

Kepindahan Fini ke Tebing membuat bakat modeling gadis kelahiran 1994 ini menjadi tertunda. Dulu, saat masih duduk di bangku SMP Negeri 19, dia sering menjuarai perlombaan busana muslim. Karena kepindahannya ke Tebing Tinggi, bakat modelingnya terpaksa dipendam karena di Kota Lemang itu, tidak ada sarana yang mendukung. “Di bulan yang penuh berkah ini, saya berdoa saja untuk kebaikan ke depan,” ucapnya lagi.(mag-9)

Afini Riza

Ramadan tahun ini merupakan Ramadan yang paling berat buat Afini Riza. Pasalnya, di Bulan Ramadan kali ini, dia harus menjalani ibadah puasa sendiri tanpa didampingi ayah, ibu dan saudaranya.

Pada Ramadan tahun-tahun sebelumnya, cewek yang akrab disapa Fini ini selalu menjalankan ibadah puasa bersama orangtua dan kakaknya. Namun, sejak dia memutuskan untuk bersekolah di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi, dia harus jauh dari orangtua dan hidup mandiri bersama uwak dan sepupunya.

“Tahun ini sepertinya yang paling berat, karena saya sekolah di Tebing Tinggi sementara keluarga di Medan,” ujar Fini.
Biasanya, selama Ramadan, Fini merasakan kebersamaan saat berkumpul dengan keluarga, terutama di saat sahur dan juga berbuka puasa. Tapi, karena keadaan, akhirnya kebersamaan yang biasa dijalani harus terhenti sementara. “Jalani dengan lapang dada saja, nanti juga akan berkumpul lagi,” ujar gadis yang bercita-cita menjadi guru ini.

Ramadhan bagi Fini juga untuk melatih kesabaran, baik dalam berteman maupun berkeluarga. “Ummi selalu sabar menghadapi kami saat banyak permintaan, jadi puasa tahun ini harus bisa sabar menahan rindu dengan keluarga di Medan,” ujarnya.

Kepindahan Fini ke Tebing membuat bakat modeling gadis kelahiran 1994 ini menjadi tertunda. Dulu, saat masih duduk di bangku SMP Negeri 19, dia sering menjuarai perlombaan busana muslim. Karena kepindahannya ke Tebing Tinggi, bakat modelingnya terpaksa dipendam karena di Kota Lemang itu, tidak ada sarana yang mendukung. “Di bulan yang penuh berkah ini, saya berdoa saja untuk kebaikan ke depan,” ucapnya lagi.(mag-9)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/