24 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

PWI Sumut: Media Harus Hindari Black Campaign

Media massa diajak menghindari berbagai pemberitaan yang bersifat black campaign, kata ketua PWI Sumut. “Media sudah seharusnya menyampaikan pemberitaan yang objektif dan berdasarkan fakta.”

Hal itu dikatakan Ketua PWI Sumut M Syahrir dan pengamat komunikasi Prof Suwardi Lubis saat dihubungi wartawan secara terpisah, Rabu (1/8). Keduanya dihubungi saat diminta pendapatnya menyikapi peran media yang seharusnya dalam pemberitaan yang berkaitan dengan proses Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu). Mereka juga mengomentari terkait beberapa media yang terindikasi melakukan kampanye negatif.

Ketua PWI Sumut M Syahrir mengatakan media saat ini memiliki peran sangat penting dan strategis. “Terutama dalam hal pembangunan kesadaran masyarakat tentang proses demokratisasi,” tegasnya.

M Syahrir mengungkapkan penting dan strategisnya peran tersebut menuntut pers harus bersikap independen dan profesional, terutama saat menjalankan tugas-tugas jurnalistiknya.

“Profesionalitas tersebut harus ditunjukkan media melalui pemberitaan objektif dan berimbang. Media tidak hanya melakukan pemberitaan negatif saja, tapi juga positif,” ujarnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, media sudah seharusnya menghindarkan diri dari black campaign yang tidak sesuai dengan fakta. M Syahrir mengingatkan media yang menyampaikan black campaign atau diistilahkan kampanye negatif akan dinilai masyarakat sebagai media provokator.
M Syahrir mengakui jika dalam proses Pilgubsu ini, selain digunakan untuk pencitraan para kandidat, ada juga media yang digunakan untuk menyikut kompetitornya melalui pemberitan negatif.

“Apakah langkah menyikut ini dilakukan untuk meningkatkan media tersebut atau bukan, ini merupakan konsekuensi hukum pasar. Namun yang harus diingat, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat. Jangan mengarahkan masyarakat dengan opini-opini yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Tugas kita adalah bagaimana mengawal agar Pilgubsu ini dapat berjalan dengan sukses dan memilih pemimpin yang dapat membawa Sumut ini ke arah yang lebih baik,” ungkapnya.

M Syahrir meminta agar kalangan jurnalis dapat menjalankan dengan teguh Undang-undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. “Harga diri wartawan dan nilai-nilai wartawan itu yang harus kita jaga. Oleh sebab itu hindari black campaign dan sampaikan berita secara berimbang,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan pengamat komunikasi dari USU Prof. Suwardi Lubis. Menurutnya, media harus berjalan sesuai dengan fungsinya, diantaranya fungsi mendidik dan kontrol sosial.

Dalam hal proses Pilgubsu ini, media harus menghindari pemberitaan black campaign yang tidak sesuai dengan fakta. “Media harus melakukan fungsi pengawasan dan fungsi mendidiknya, sehingga dapat menambah wawasan masyarakat sebagai pembacanya,” tuturnya.

Suwardi Lubis mengatakan, pemberitaan negatif yang disampaikan media pada akhirnya akan merugikan media itu sendiri.
Kerugian itu dapat berupa hilangnya pembaca media tersebut yang mengakibatkan turunnya oplah.

“Masyarakat saat ini sudah cerdas dan cenderung rasional. Masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh pemberitaan-pemberitaan negatif tentang salah satu kandidat. Justru media itu nantinya akan ditinggalkan pembacanya,” ujarnya.

Baik M Syahrir maupun Suwardi Lubis sepakat jika media perlu menyampaikan informasi yang penting kepada masyarakat. Misalnya saja, tutur Suwardi Lubis, pemberitaan tentang track record kandidat yang sesuai dengan fakta.

“Dari berita tentang track record kandidat tersebut, maka wawasan masyarakat akan terbuka dan dia mengetahui latar belakang kandidat tersebut. Hal ini akan mendukung dia saat tiba waktunya untuk memilih salah satu dari kandidat yang ada,” tutur Suwardi Lubis. (mea/rel)

Media massa diajak menghindari berbagai pemberitaan yang bersifat black campaign, kata ketua PWI Sumut. “Media sudah seharusnya menyampaikan pemberitaan yang objektif dan berdasarkan fakta.”

Hal itu dikatakan Ketua PWI Sumut M Syahrir dan pengamat komunikasi Prof Suwardi Lubis saat dihubungi wartawan secara terpisah, Rabu (1/8). Keduanya dihubungi saat diminta pendapatnya menyikapi peran media yang seharusnya dalam pemberitaan yang berkaitan dengan proses Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu). Mereka juga mengomentari terkait beberapa media yang terindikasi melakukan kampanye negatif.

Ketua PWI Sumut M Syahrir mengatakan media saat ini memiliki peran sangat penting dan strategis. “Terutama dalam hal pembangunan kesadaran masyarakat tentang proses demokratisasi,” tegasnya.

M Syahrir mengungkapkan penting dan strategisnya peran tersebut menuntut pers harus bersikap independen dan profesional, terutama saat menjalankan tugas-tugas jurnalistiknya.

“Profesionalitas tersebut harus ditunjukkan media melalui pemberitaan objektif dan berimbang. Media tidak hanya melakukan pemberitaan negatif saja, tapi juga positif,” ujarnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, media sudah seharusnya menghindarkan diri dari black campaign yang tidak sesuai dengan fakta. M Syahrir mengingatkan media yang menyampaikan black campaign atau diistilahkan kampanye negatif akan dinilai masyarakat sebagai media provokator.
M Syahrir mengakui jika dalam proses Pilgubsu ini, selain digunakan untuk pencitraan para kandidat, ada juga media yang digunakan untuk menyikut kompetitornya melalui pemberitan negatif.

“Apakah langkah menyikut ini dilakukan untuk meningkatkan media tersebut atau bukan, ini merupakan konsekuensi hukum pasar. Namun yang harus diingat, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat. Jangan mengarahkan masyarakat dengan opini-opini yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Tugas kita adalah bagaimana mengawal agar Pilgubsu ini dapat berjalan dengan sukses dan memilih pemimpin yang dapat membawa Sumut ini ke arah yang lebih baik,” ungkapnya.

M Syahrir meminta agar kalangan jurnalis dapat menjalankan dengan teguh Undang-undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. “Harga diri wartawan dan nilai-nilai wartawan itu yang harus kita jaga. Oleh sebab itu hindari black campaign dan sampaikan berita secara berimbang,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan pengamat komunikasi dari USU Prof. Suwardi Lubis. Menurutnya, media harus berjalan sesuai dengan fungsinya, diantaranya fungsi mendidik dan kontrol sosial.

Dalam hal proses Pilgubsu ini, media harus menghindari pemberitaan black campaign yang tidak sesuai dengan fakta. “Media harus melakukan fungsi pengawasan dan fungsi mendidiknya, sehingga dapat menambah wawasan masyarakat sebagai pembacanya,” tuturnya.

Suwardi Lubis mengatakan, pemberitaan negatif yang disampaikan media pada akhirnya akan merugikan media itu sendiri.
Kerugian itu dapat berupa hilangnya pembaca media tersebut yang mengakibatkan turunnya oplah.

“Masyarakat saat ini sudah cerdas dan cenderung rasional. Masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh pemberitaan-pemberitaan negatif tentang salah satu kandidat. Justru media itu nantinya akan ditinggalkan pembacanya,” ujarnya.

Baik M Syahrir maupun Suwardi Lubis sepakat jika media perlu menyampaikan informasi yang penting kepada masyarakat. Misalnya saja, tutur Suwardi Lubis, pemberitaan tentang track record kandidat yang sesuai dengan fakta.

“Dari berita tentang track record kandidat tersebut, maka wawasan masyarakat akan terbuka dan dia mengetahui latar belakang kandidat tersebut. Hal ini akan mendukung dia saat tiba waktunya untuk memilih salah satu dari kandidat yang ada,” tutur Suwardi Lubis. (mea/rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/