30 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Seminar dan Acara Donasi untuk Pencegahan Infeksi Sekunder, RS Perlu Miliki Penghancur Jarum Suntik

SEMINAR: Ketua PERSI Sumut, dr Azwan Hakmi Lubis, Sekretaris ARSSI Sumut, Dr dr Imelda Liana Ritonga, perwakilan KOICA dan Neotop Korea. diabadikan bersama para peserta Seminar dan Acara Donasi Untuk Pencegahan Infeksi Sekunder di Medan, di Medan, kemarin.

Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Sumut dan Perhimpunan Rumah Sakit Swasta Indonesia (PERSI) Sumut menggelar kegiatan Seminar dan Acara Donasi Untuk Pencegahan Infeksi Sekunder bekerja sama dengan KOICA dan Neotop Korea di Medan, kemarin.

Ketua PERSI Sumut, dr Azwan Hakmi Lubis mengatakan, setiap rumah sakit dianggap perlu memiliki penghancur jarum suntik (needle smelter) guna mencegah petugas kesehatan tertusuk jarum.

Pasalnya, fakta yang terjadi di lapangan, ketika petugas selesai menyuntik pasien rentan tertusuk jarum suntik. Maka itu, dengan adanya alat ini petugas dapat lebih terlindungi.

“Resiko akan tertusuk jarum suntik tersebut memang cukup berbahaya. Apalagi segala penyakit ada di jarum tersebut, seperti infeksi dan lainnya, sehingga tertusuk jarum itulah yang sangat ditakuti oleh petugas,” kata Azwan.

Dia mengungkapkan, jika memang alat ini sangat berguna mencegah seseorang untuk terkena infeksi sekunder, maka itu, alat ini dinilai efektif dan rumah sakit perlu memilikinya.

Dalam kegiatan tersebut, KOICA dan Neotop Korea juga melakukan sosialisasi dan sekaligus donasi needle smelter kepada 32 rumah sakit yang tergabung dalam ARSSI Sumut dan PERSI Sumut. Tercatat, ada 560 needle smelter yang didonasikaan.

Sekretaris ARSSI Sumut, Dr dr Imelda Liana Ritonga menjelaskan, tujuan dari kegiatan tersebut untuk mendonasikan alat penghancur jarum bagi sejumlah rumah sakit di Sumut yang bersedia untuk mengikuti program tersebut. Sudah ada 32 rumah sakit yang bersedia.

“Hingga kini, belum ada data terkait petugas kesehatan yang tertusuk jarum. Namun, kejadian tertusuk jarum pasti ada. Dengan adanya alat penghancur jarum ini diharapkan kejadian tersebut dapat berkurang,” jelasnya.

Diakuinya, melalui kegiatan ini, pihaknya berharap agar rumah sakit yang ada di Sumut dapat terus melengkapi sarana dan prasarana yang ada.

“Tentunya, dengan adanya donasi ini dinilai sangat membantu rumah sakit. Bahkan, donasinya cukup banyak, sehingga bisa lebih efektif jika digunakan nantinya,” ujar Imelda.

General Manager Neotop Korea, Seakjun Kwak menambahkan, pihaknya bekerjasama untuk menjalankan project penurunan resiko tertusuk jarum bagi tenaga kesehatan di Indonesia khususnya Sumut melalui needle smelter.

Proyek ini diawali dengan melalukan donasi needle smelter kepada 32 rumah sakit di Sumut, karena ingin melihat sejauh mana manfaat yang dirasakan dengan menggunakan alat ini.

“Jika manfaat yang dirasakan cukup besar, maka akan disebarluaskan di luar Sumut dan jika ada prospek maka akan dipasarkan di Indonesia,” ungkapnya.

Bahkan, pihaknya tertarik menjalankan proyek ini di Indonesia karena dari informasi yang didapat, banyak masalah terkait petugas kesehatan di rumah sakit yang rentan tertusuk jarum suntik.

“Kami ingin mengurangi masalah tersebut, maka itu kami memulainya dengan proyek bukan memasarkannya. Melalui seminar ini, kami ingin para petugas kesehatan mengerti tentang penggunaan alat ini,” ujarnya. (sih/ila)

SEMINAR: Ketua PERSI Sumut, dr Azwan Hakmi Lubis, Sekretaris ARSSI Sumut, Dr dr Imelda Liana Ritonga, perwakilan KOICA dan Neotop Korea. diabadikan bersama para peserta Seminar dan Acara Donasi Untuk Pencegahan Infeksi Sekunder di Medan, di Medan, kemarin.

Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Sumut dan Perhimpunan Rumah Sakit Swasta Indonesia (PERSI) Sumut menggelar kegiatan Seminar dan Acara Donasi Untuk Pencegahan Infeksi Sekunder bekerja sama dengan KOICA dan Neotop Korea di Medan, kemarin.

Ketua PERSI Sumut, dr Azwan Hakmi Lubis mengatakan, setiap rumah sakit dianggap perlu memiliki penghancur jarum suntik (needle smelter) guna mencegah petugas kesehatan tertusuk jarum.

Pasalnya, fakta yang terjadi di lapangan, ketika petugas selesai menyuntik pasien rentan tertusuk jarum suntik. Maka itu, dengan adanya alat ini petugas dapat lebih terlindungi.

“Resiko akan tertusuk jarum suntik tersebut memang cukup berbahaya. Apalagi segala penyakit ada di jarum tersebut, seperti infeksi dan lainnya, sehingga tertusuk jarum itulah yang sangat ditakuti oleh petugas,” kata Azwan.

Dia mengungkapkan, jika memang alat ini sangat berguna mencegah seseorang untuk terkena infeksi sekunder, maka itu, alat ini dinilai efektif dan rumah sakit perlu memilikinya.

Dalam kegiatan tersebut, KOICA dan Neotop Korea juga melakukan sosialisasi dan sekaligus donasi needle smelter kepada 32 rumah sakit yang tergabung dalam ARSSI Sumut dan PERSI Sumut. Tercatat, ada 560 needle smelter yang didonasikaan.

Sekretaris ARSSI Sumut, Dr dr Imelda Liana Ritonga menjelaskan, tujuan dari kegiatan tersebut untuk mendonasikan alat penghancur jarum bagi sejumlah rumah sakit di Sumut yang bersedia untuk mengikuti program tersebut. Sudah ada 32 rumah sakit yang bersedia.

“Hingga kini, belum ada data terkait petugas kesehatan yang tertusuk jarum. Namun, kejadian tertusuk jarum pasti ada. Dengan adanya alat penghancur jarum ini diharapkan kejadian tersebut dapat berkurang,” jelasnya.

Diakuinya, melalui kegiatan ini, pihaknya berharap agar rumah sakit yang ada di Sumut dapat terus melengkapi sarana dan prasarana yang ada.

“Tentunya, dengan adanya donasi ini dinilai sangat membantu rumah sakit. Bahkan, donasinya cukup banyak, sehingga bisa lebih efektif jika digunakan nantinya,” ujar Imelda.

General Manager Neotop Korea, Seakjun Kwak menambahkan, pihaknya bekerjasama untuk menjalankan project penurunan resiko tertusuk jarum bagi tenaga kesehatan di Indonesia khususnya Sumut melalui needle smelter.

Proyek ini diawali dengan melalukan donasi needle smelter kepada 32 rumah sakit di Sumut, karena ingin melihat sejauh mana manfaat yang dirasakan dengan menggunakan alat ini.

“Jika manfaat yang dirasakan cukup besar, maka akan disebarluaskan di luar Sumut dan jika ada prospek maka akan dipasarkan di Indonesia,” ungkapnya.

Bahkan, pihaknya tertarik menjalankan proyek ini di Indonesia karena dari informasi yang didapat, banyak masalah terkait petugas kesehatan di rumah sakit yang rentan tertusuk jarum suntik.

“Kami ingin mengurangi masalah tersebut, maka itu kami memulainya dengan proyek bukan memasarkannya. Melalui seminar ini, kami ingin para petugas kesehatan mengerti tentang penggunaan alat ini,” ujarnya. (sih/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/