26.7 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Rapat Terbatas dengan Presiden Gubsu Minta Tambah Lab PCR

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Guna meningkatkan dan mempercepat proses tes swab di Sumatera Utara, Gubernur Edy Rahmayadi meminta kepada pemerintah pusat agar menambah laboratorium pemeriksa Polymerase Chain Reaction (PCR) Covid-19. Hal tersebut dibutuhkan agar daerah-daerah terjauh dapat memilikin laboratorium PCR dan melakukan tes swab sendiri.

SWAB: petugas medis dari Dinkes Kota Medan melakukan test swab terhadap tenaga harian lepas di DPRD Kota Medan, beberapa waktu lalu.
SWAB: petugas medis dari Dinkes Kota Medan melakukan test swab terhadap tenaga harian lepas di DPRD Kota Medan, beberapa waktu lalu.

“Karena Sumut ini ada 33 kabupaten/kota yang letaknya berjauhan, untuk itu kami mohon bantuan untuk bidang kesehatan khususnya lab-lab untuk melakukan pemeriksaan specimen di daerah yang terjauh seperti di Nias, Pakpak atau Tapanuli,” ujar Edy Rahmayadi saat mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) Gubernur, kepala lembaga atau instansi negara dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) secara virtual di Rumah Dinas Gubernur, Selasa (1/9). Saat ini Sumut memiliki 11 laboratorium PCR.

Gubernur juga melaporkan kepada Presiden, tren peningkatan kasus Covid-19 terus terjadi. Meski begitu, setelah pertengahan hingga akhir Agustus, Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut bisa mengendalikan. Angka positivity rate Sumut saat ini adalah 16,1 persen menurun dari 18,3 persen pada pertengahan Agustus 2020.

Selain itu, yang cukup menggembirakan angka kesembuhan kini mencapai 58,1 persen. Pada pertengahan Agustus angka kesembuhan di Sumut hanya 43 persen. “Itu semua karena kegiatan intervensi kami di bidang kesehatan. Kami akan berusaha terus meningkatkan hal ini,” ujar Edy.

Mengenai perekonomian, Edy melaporkan pada triwulan kedua, pertumbuhan ekonomi Sumut berada pada angka minus 2,37 persen. Untuk itu, Pemprov Sumut akan melakukan kegiatan intervensi ekonomi dari refocusing tahap II sebesar Rp500 miliar. Untuk stimulus ekonomi diarahkan lebih banyak sektor produktif yakni pertanian dan peternakan. “Karena sudah ada bantuan dari Presiden kami terima, mulai dari BLT hingga PKH. Terima kasih Presiden sehingga kami bisa memberikan bantuan yang sifatnya produktif,” kata Edy.

Pemprov Sumut juga telah melakukan implementasi Inpres Nomor 6 Tahun 2020. Salah satunya adalah melakukan gerakan pembagian 5 juta masker, serta telah menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 34 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Sumut.

Menanggapi permintaan Gubernur tersebut, Presiden Jokowi meminta Menteri Kesehatan untuk segera berkoordinasi dengan Gubsu. “Untuk lab yang masih kurang, saya sudah minta Menkes untuk segera berkoordinasi dengan gubernur,” kata Presiden.

Presiden mengingatkan kepada para Gubernur untuk berhati-hati pada tren peningkatan kasus positif. Meskipun angka pergerakan kasus Indonesia menurut Presiden masih lebih terkendali ketimbang negara lain.

Presiden juga mengatakan, akhir tahun 2020 Indonesia akan mendapatkan 20-30 juta vaksin. “Kemudian sampai akhir tahun 2021 kita juga sudah mendapatkan komitmen kira-kira 290 juta vaksin. Karena jangkanya masih sampai akhir 2021, saya minta kepada para gubernur untuk pengendalian Covid itu betul-betul menjadi fokus dan konsentrasi kita. Karena memang ini kita perlu memperkuat ketahanan kita agar sampai betul-betul pada seluruh rakyat kita. Kita vaksin semuanya,” pesan Jokowi.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua berada pada minus 5,3 persen, menurun dari kuartal pertama pada posisi 2,97 persen. “Untuk itu, untuk kuartal ketiga kita masih punya waktu 1 bulan yaitu Juli, Agustus, September. Kita masih punya kesempatan di bulan September ini. Kalau kita masih berada dalam posisi minus, artinya kita masuk ke resesi,” ujar Presiden.

Karena itu, Presiden meminta agar kepala daerah untuk mempercepat belanja APBD, terutama yang berkaitan dengan belanja barang, belanja modal, belanja bansos. “Ini betul-betul disegerakan, sehingga bisa meningkat konsumsi masyarakat dan memulihkan ekonomi di daerah,” kata Presiden.

Menteri Kesehatan Terawan mengatakan, untuk laboratorium PCR di tempat wilayah terjauh Sumut akan ditindaklanjuti sesegera mungkin. “Kalau bisa minggu ini kami segerakan,” kata Terawan.

Tingkatkan Swab PCR

Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumatera Utara diminta lebih intens melaksanakan tes swab PCR hingga ke lapisan bawah, sehingga lebih mudah mendeteksi penyebaran virus Corona di seluruh wilayah ini. “Deteksi dini atas kasus positif Corona ini harus benar-benar ditingkatkan. Jika sarana PCR sudah ada, anggaran belanja untuk kebutuhan PCR dan perangkat terkait juga sudah tersedia, apalagi yang harus dipertimbangkan. Ya disegerakan saja kegiatan tersebut secara intensif,” kata Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Covid-19 DPRD Sumut, Ahmad Hadian menjawab Sumut Pos, Selasa (1/9).

Menurutnya, tanpa data yang akurat langkah-langkah penanganan Covid-19 di Sumut tidak akan mampu dilakukan maksimal oleh GTPP. Amatan dia, langkah penanganan Covid-19 di Indonesia dasarnya adalah tingkat pengecekan atau spesimen yang salah satunya melalui swab PCR.

“Menurut arahan WHO, paling rendah tingkat spesimen itu 26 ribu/satu juta penduduk. Kalau masih di bawah itu enggak bisa. Mendagri pernah sampaikan, seluruh gubernur perlu belajar dulu ke Sumatera Barat. Sebab di sana itu spesimen dilakukan sudah 30 ribu lebih/sejuta penduduk. Jika sudah banyak begitu, kita kan lebih tau mana kasus-kasus segala macam sehingga penanggulangannya lebih cepat,” katanya.

Politisi PKS ini menambahkan, GTPP jangan lagi mencari alibi dengan adanya penambahan kasus positif dan kematian covid, lantaran masih kekurangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. “Kan sudah diberi keleluasaan refocusing dan realokasi anggaran, jangan ada lagi maunya bahasa seperti itu. DPRD gak ributi dan intervensi refocusing itu, hanya mengingatkan dan terus ingatkan agar benar-benar anggaran itu digunakan,” katanya.

Secara umum, pihaknya meminta GTPP perlu mengevaluasi penanggulangan virus Corona di Sumut termasuk dalam menyusun refocusing anggaran tahap II nanti. Yaitu lebih memfokuskan penanganan Covid-19 di sektor kesehatan ketimbang sektor ekonomi dan perlindungan sosial. “Sebab kita ini perang melawan wabah bukan perang melawan kelaparan. Jadi kesehatannya dulu dituntaskan baru sektor pemulihan ekonominya,” ujar dia.

Kesempatan itu ia tak lupa mengucapkan belangsungkawa atas banyaknya dokter yang meninggal dunia karena menangani Covid-19. “Saya sangat prihatin atas gugurnya 100 orang dokter kita. Mereka adalah pahlawan kemanusiaan. Menurut data yang ada 15 orang dari 100 orang dokter yang gugur itu berasal dari Sumut. Ini 15 % loh, jangan main-main. Saya meminta kepada GTPP Covid-19 Sumut untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh khususnya terkait kebijakan dan langkah-langkah aksi kesehatan yang selama ini telah dilakukan,” pungkasnya.

Juru Bicara GTPP Covid-19 Sumut, Whiko Irwan mengatakan, swab PCR massal sudah berjalan sejak Agustus lalu dan akan terus berlanjut pada bulan ini. Dia menyebut, antara lain kegiatan tersebut sudah berlangsung pada 4-5 Agustus di Simalungun, yakni pada dua lokasi di Polres Simalungun dan Aula PTPN IV Bahjambi, dengan jumlah peserta swab 220 orang.

Selanjutnya pada 12-13 Agustus dilakukan di RSUD Kodim dan Puskesmas Kabanjahe, yang sampai sekarang masih berlangsung. Lalu pada 18-19 Agustus di Masjid Dakwah USU dan Pendopo USU dengan target 300 orang, pelaksanaan dimulai pukul 10.00-15.00 WIB (tanpa off karena 2 shift). “Semua kegiatan tetap diawali dan diakhiri dengan penyemprotan desinfektan virocid,” pungkasnya.

Positivity Rate Dekati Angka Nasional

Juru Bicara GTPP Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah mengatakan, saat ini angka positivity rate yang diperoleh sudah mendekati angka nasional. “Angka positivity rate kita saat ini sudah 16 persen dari sebelumnya 28 persen pada dua minggu lalu, sedangkan angka nasional 12 persen. Jadi, saat ini kita sudah mendekatinya (nasional),” ujar Aris kepada wartawan, Selasa (1/9).

Menurut Aris, jika merujuk dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO, angka 16 persen memang masih besar. Untuk itu, diminta agar angka positivity rate yang dicapai berada di bawah 5 persen. “Bertahap dulu, target kita saat ini mencapai angka nasional 12 persen,” ungkapnya.

Oleh karena itu, sambung Aris, swab masif dilakukan sekaitan untuk menurunkan angka positivity rate yang ada. Ia mengaku, meski program swab masif belum dapat dilaksanakan dari jadwal sebelumnya yang telah ditetapkan pada 1 September ini, tetapi secara kerja-kerja swab masif sudah dilaksanakan. “Program swab masif, kita masih menunggu perangkatnya karena reagensia ini sudah mulai susah didapat. Tapi, mungkin minggu ini datang,” tukasnya.

Sementara, Jubir GTPP Covid-19 Sumut lainnya, Mayor Kes dr Whiko Irwan SpB mengatakan, jumlah kasus konfirmasi terbaru terjadi penambahan sebanyak 115 kasus menjadi 6.942 orang. Sedangkan kasus kesembuhan juga bertambah sebanyak 99 orang, sehingga totalnya menjadi 4.064 orang.

“Untuk kasus suspek bertambah 18 kasus menjadi 784 orang. Kemudian, pasien yang meninggal juga bertambah sebanyak 4 orang dan totalnya kini menjadi 319 orang,” pungkas Whiko. (prn/ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Guna meningkatkan dan mempercepat proses tes swab di Sumatera Utara, Gubernur Edy Rahmayadi meminta kepada pemerintah pusat agar menambah laboratorium pemeriksa Polymerase Chain Reaction (PCR) Covid-19. Hal tersebut dibutuhkan agar daerah-daerah terjauh dapat memilikin laboratorium PCR dan melakukan tes swab sendiri.

SWAB: petugas medis dari Dinkes Kota Medan melakukan test swab terhadap tenaga harian lepas di DPRD Kota Medan, beberapa waktu lalu.
SWAB: petugas medis dari Dinkes Kota Medan melakukan test swab terhadap tenaga harian lepas di DPRD Kota Medan, beberapa waktu lalu.

“Karena Sumut ini ada 33 kabupaten/kota yang letaknya berjauhan, untuk itu kami mohon bantuan untuk bidang kesehatan khususnya lab-lab untuk melakukan pemeriksaan specimen di daerah yang terjauh seperti di Nias, Pakpak atau Tapanuli,” ujar Edy Rahmayadi saat mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) Gubernur, kepala lembaga atau instansi negara dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) secara virtual di Rumah Dinas Gubernur, Selasa (1/9). Saat ini Sumut memiliki 11 laboratorium PCR.

Gubernur juga melaporkan kepada Presiden, tren peningkatan kasus Covid-19 terus terjadi. Meski begitu, setelah pertengahan hingga akhir Agustus, Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut bisa mengendalikan. Angka positivity rate Sumut saat ini adalah 16,1 persen menurun dari 18,3 persen pada pertengahan Agustus 2020.

Selain itu, yang cukup menggembirakan angka kesembuhan kini mencapai 58,1 persen. Pada pertengahan Agustus angka kesembuhan di Sumut hanya 43 persen. “Itu semua karena kegiatan intervensi kami di bidang kesehatan. Kami akan berusaha terus meningkatkan hal ini,” ujar Edy.

Mengenai perekonomian, Edy melaporkan pada triwulan kedua, pertumbuhan ekonomi Sumut berada pada angka minus 2,37 persen. Untuk itu, Pemprov Sumut akan melakukan kegiatan intervensi ekonomi dari refocusing tahap II sebesar Rp500 miliar. Untuk stimulus ekonomi diarahkan lebih banyak sektor produktif yakni pertanian dan peternakan. “Karena sudah ada bantuan dari Presiden kami terima, mulai dari BLT hingga PKH. Terima kasih Presiden sehingga kami bisa memberikan bantuan yang sifatnya produktif,” kata Edy.

Pemprov Sumut juga telah melakukan implementasi Inpres Nomor 6 Tahun 2020. Salah satunya adalah melakukan gerakan pembagian 5 juta masker, serta telah menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 34 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Sumut.

Menanggapi permintaan Gubernur tersebut, Presiden Jokowi meminta Menteri Kesehatan untuk segera berkoordinasi dengan Gubsu. “Untuk lab yang masih kurang, saya sudah minta Menkes untuk segera berkoordinasi dengan gubernur,” kata Presiden.

Presiden mengingatkan kepada para Gubernur untuk berhati-hati pada tren peningkatan kasus positif. Meskipun angka pergerakan kasus Indonesia menurut Presiden masih lebih terkendali ketimbang negara lain.

Presiden juga mengatakan, akhir tahun 2020 Indonesia akan mendapatkan 20-30 juta vaksin. “Kemudian sampai akhir tahun 2021 kita juga sudah mendapatkan komitmen kira-kira 290 juta vaksin. Karena jangkanya masih sampai akhir 2021, saya minta kepada para gubernur untuk pengendalian Covid itu betul-betul menjadi fokus dan konsentrasi kita. Karena memang ini kita perlu memperkuat ketahanan kita agar sampai betul-betul pada seluruh rakyat kita. Kita vaksin semuanya,” pesan Jokowi.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua berada pada minus 5,3 persen, menurun dari kuartal pertama pada posisi 2,97 persen. “Untuk itu, untuk kuartal ketiga kita masih punya waktu 1 bulan yaitu Juli, Agustus, September. Kita masih punya kesempatan di bulan September ini. Kalau kita masih berada dalam posisi minus, artinya kita masuk ke resesi,” ujar Presiden.

Karena itu, Presiden meminta agar kepala daerah untuk mempercepat belanja APBD, terutama yang berkaitan dengan belanja barang, belanja modal, belanja bansos. “Ini betul-betul disegerakan, sehingga bisa meningkat konsumsi masyarakat dan memulihkan ekonomi di daerah,” kata Presiden.

Menteri Kesehatan Terawan mengatakan, untuk laboratorium PCR di tempat wilayah terjauh Sumut akan ditindaklanjuti sesegera mungkin. “Kalau bisa minggu ini kami segerakan,” kata Terawan.

Tingkatkan Swab PCR

Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumatera Utara diminta lebih intens melaksanakan tes swab PCR hingga ke lapisan bawah, sehingga lebih mudah mendeteksi penyebaran virus Corona di seluruh wilayah ini. “Deteksi dini atas kasus positif Corona ini harus benar-benar ditingkatkan. Jika sarana PCR sudah ada, anggaran belanja untuk kebutuhan PCR dan perangkat terkait juga sudah tersedia, apalagi yang harus dipertimbangkan. Ya disegerakan saja kegiatan tersebut secara intensif,” kata Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Covid-19 DPRD Sumut, Ahmad Hadian menjawab Sumut Pos, Selasa (1/9).

Menurutnya, tanpa data yang akurat langkah-langkah penanganan Covid-19 di Sumut tidak akan mampu dilakukan maksimal oleh GTPP. Amatan dia, langkah penanganan Covid-19 di Indonesia dasarnya adalah tingkat pengecekan atau spesimen yang salah satunya melalui swab PCR.

“Menurut arahan WHO, paling rendah tingkat spesimen itu 26 ribu/satu juta penduduk. Kalau masih di bawah itu enggak bisa. Mendagri pernah sampaikan, seluruh gubernur perlu belajar dulu ke Sumatera Barat. Sebab di sana itu spesimen dilakukan sudah 30 ribu lebih/sejuta penduduk. Jika sudah banyak begitu, kita kan lebih tau mana kasus-kasus segala macam sehingga penanggulangannya lebih cepat,” katanya.

Politisi PKS ini menambahkan, GTPP jangan lagi mencari alibi dengan adanya penambahan kasus positif dan kematian covid, lantaran masih kekurangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. “Kan sudah diberi keleluasaan refocusing dan realokasi anggaran, jangan ada lagi maunya bahasa seperti itu. DPRD gak ributi dan intervensi refocusing itu, hanya mengingatkan dan terus ingatkan agar benar-benar anggaran itu digunakan,” katanya.

Secara umum, pihaknya meminta GTPP perlu mengevaluasi penanggulangan virus Corona di Sumut termasuk dalam menyusun refocusing anggaran tahap II nanti. Yaitu lebih memfokuskan penanganan Covid-19 di sektor kesehatan ketimbang sektor ekonomi dan perlindungan sosial. “Sebab kita ini perang melawan wabah bukan perang melawan kelaparan. Jadi kesehatannya dulu dituntaskan baru sektor pemulihan ekonominya,” ujar dia.

Kesempatan itu ia tak lupa mengucapkan belangsungkawa atas banyaknya dokter yang meninggal dunia karena menangani Covid-19. “Saya sangat prihatin atas gugurnya 100 orang dokter kita. Mereka adalah pahlawan kemanusiaan. Menurut data yang ada 15 orang dari 100 orang dokter yang gugur itu berasal dari Sumut. Ini 15 % loh, jangan main-main. Saya meminta kepada GTPP Covid-19 Sumut untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh khususnya terkait kebijakan dan langkah-langkah aksi kesehatan yang selama ini telah dilakukan,” pungkasnya.

Juru Bicara GTPP Covid-19 Sumut, Whiko Irwan mengatakan, swab PCR massal sudah berjalan sejak Agustus lalu dan akan terus berlanjut pada bulan ini. Dia menyebut, antara lain kegiatan tersebut sudah berlangsung pada 4-5 Agustus di Simalungun, yakni pada dua lokasi di Polres Simalungun dan Aula PTPN IV Bahjambi, dengan jumlah peserta swab 220 orang.

Selanjutnya pada 12-13 Agustus dilakukan di RSUD Kodim dan Puskesmas Kabanjahe, yang sampai sekarang masih berlangsung. Lalu pada 18-19 Agustus di Masjid Dakwah USU dan Pendopo USU dengan target 300 orang, pelaksanaan dimulai pukul 10.00-15.00 WIB (tanpa off karena 2 shift). “Semua kegiatan tetap diawali dan diakhiri dengan penyemprotan desinfektan virocid,” pungkasnya.

Positivity Rate Dekati Angka Nasional

Juru Bicara GTPP Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah mengatakan, saat ini angka positivity rate yang diperoleh sudah mendekati angka nasional. “Angka positivity rate kita saat ini sudah 16 persen dari sebelumnya 28 persen pada dua minggu lalu, sedangkan angka nasional 12 persen. Jadi, saat ini kita sudah mendekatinya (nasional),” ujar Aris kepada wartawan, Selasa (1/9).

Menurut Aris, jika merujuk dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO, angka 16 persen memang masih besar. Untuk itu, diminta agar angka positivity rate yang dicapai berada di bawah 5 persen. “Bertahap dulu, target kita saat ini mencapai angka nasional 12 persen,” ungkapnya.

Oleh karena itu, sambung Aris, swab masif dilakukan sekaitan untuk menurunkan angka positivity rate yang ada. Ia mengaku, meski program swab masif belum dapat dilaksanakan dari jadwal sebelumnya yang telah ditetapkan pada 1 September ini, tetapi secara kerja-kerja swab masif sudah dilaksanakan. “Program swab masif, kita masih menunggu perangkatnya karena reagensia ini sudah mulai susah didapat. Tapi, mungkin minggu ini datang,” tukasnya.

Sementara, Jubir GTPP Covid-19 Sumut lainnya, Mayor Kes dr Whiko Irwan SpB mengatakan, jumlah kasus konfirmasi terbaru terjadi penambahan sebanyak 115 kasus menjadi 6.942 orang. Sedangkan kasus kesembuhan juga bertambah sebanyak 99 orang, sehingga totalnya menjadi 4.064 orang.

“Untuk kasus suspek bertambah 18 kasus menjadi 784 orang. Kemudian, pasien yang meninggal juga bertambah sebanyak 4 orang dan totalnya kini menjadi 319 orang,” pungkas Whiko. (prn/ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/