Korban Tewas 925 Orang
Hingga Senin (1/10) petang, Satgas penanganan bencana gempa dan tsunami Sulawesi Tengah (Sulteng) mencatat, jumlah korban meninggal dunia terus bertambah. HinggaSenin (1/10) petang, tercatat 925 orang meninggal dunia, korban luka-luka bertambah jadi 799 orang, dan hilang 99 orang. Sedangkan rumah yang rusak sebanyak 65.733 unit dan jumlah pengungsi terus bertambah.
Kapendam Kodam XIII Merdeka Kolonel (Inf) M Thohir mengatakan, hingga kemarin sore jumlah pengungsi yang terdata sekitar 59 ribu lebih. “Sekarang sudah mencapai 59.400 pengungsi, yang tersebar di 109 titik. Ini pelonjakannya sudah sangat signifikan,” ungkap Kolonel (Inf) M Thohir di Korem 132 Tadulako, Senin (1/10).
Disebutnya, tim gabungan juga akan kembali melakukan pemakaman massal terhadap korban yang tak dijemput keluarganya. Sebanyak 53 jenazah sudah dimakamkan secara massal di TPU Poboya, Palu. “Yang sudah siap dilaksanakan penguburan untuk besok sejumlah 140. Yang sudah dikubur tadi 53 jenazah,” pungkasnya.
Erkait pemakaman massal para korban ini, Menteri Sosial (Mensos), Agus Gumiwang Kartasasmita ýmengatakan, pemerintah sudah menyiapkan lahan 1.500 meter untuk dijadikan pemakaman bagi para korban gempa dan tsunami. “Itu bisa sekitar 1.000 sampai 1.500 meter. Letaknya di Palu untuk dikuburkan secara massal. Jadi 10 x 150 meter bisa diperpanjang 10 x 200 meter,” ujar Agus di Jakarta, Senin (1/10).
Rencananya, pemakaman massal ini sudah bisa dilakukan. Pasalnya ýtim sudah melakukan pengerukan dengan menggunakan alat berat. “Jadi saya sudah meninjau tempat (lokasi pemakaman massalnya). Harusnya hari ini sudah bisa (dimakamkan),” katanya.
Selain itu politikus Partai Golkar ini mengaku optimistis para korban bisa segera dievakuasi baik itu di Kota Palu ataupun di Kabupaten Donggala. Pasalnya alat-alat berat untuk melakukan evakuasi sudah ada di Palu. “Hari ini sudah mulai berdatangan ke Sulteng, karena memang prioritas pertama dalam tanggap darurat adalah evakuasi,” pungkasnya.
Dari sejumlah daerah yang terdampak gempa dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) pekan lalu, Perumnas Balaroa yang terletak di Kota Palu menjadi salah satu wilayah terdampak paling parah. Hal itu dikarenakan lokasi ini dilalui sesar Palu Koro, patahan pemicu gempa dahsyat di Sulawesi Tengah (Sulteng).
Wilayah ini rata dengan tanah, bahkan terendam lumpur hitam. Saat gempa terjadi, tanah Perumnas Balaroa amblas sedalam lima meter. Namun, ada juga yang permukaan tanahnya naik setinggi rumah. Hal ini mengakibatkan 744 rumah tertimbun.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memperkirakan lebih dari 1.200 orang tertimbun reruntuhan di lokasi ini. Namun, data ini masih sebatas perkiraan dan belum menjadi rilis resmi BNPB.
“Di beberapa media menyebutkan jumlah korban 1.203. Tetapi itu bukan resmi yang keluar dari posko tanggap darurat. Itu adalah data perkiraan,” ujar Sutopo di Graha BNPB, Jalan Pramuka Raya, Jakarta Timur, Senin (1/10).
Sutopo menuturkan, sejauh ini Perumnas Balaroa terbilang masih terisolasi. Sebab akses menuju lokasi tersebut sangat sulit. Bahkan pengiriman alat berat untuk evakuasi juga masih terkendala. Oleh karena itu, proses evakuasi di lokasi tersebut sejauh ini masih dilakukan secara manual, tanpa alat berat. “Proses evakuasinya memang sulit kondisinya. Ini berulang dan sampai kemarin evakuasi masih dilakukan secara manual,” jelas Sutopo.
“Alat berat dikerahkan di sini juga kesulitan. Akses menuju ke sini juga mengalami kesulitan. Dan kami tidak tahu korban masyarakat yang tertimbun berada di mana,” sambungnya.
Meski demikian, Sutopo memastikan tim SAR gabungan tetap melakukan evakuasi di wilayah Perumnas Balaroa. Mereka akan memastikan seluruh korban yang tertimpa reruntuhan bisa dievakuasi. (ain/jpc/bbs/adz)