30 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Dua TKW asal NTB Kabur dari Penampungan di Perbaungan

Foto: Manahan/PM Pos keberangkatan BNP2TKI di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.
Foto: Manahan/PM
Pos keberangkatan BNP2TKI di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.

SUMUTPOS.CO – Curiga dengan pihak penyalur, dua orang calon tenaga kerja wanita (TKW) ke Malaysia kabur dari penampungan di wilayah hukum Polsek Perbaungan. Mereka yakni Nur Wahida (27) dan Masitah (19), keduanya warga Jati Baru, RT/RW 006/002, Desa Jati Baru, Kec. Sakota, Kab. Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepada wartawan, mereka mengisahkan kalau kedatangan mereka berawal dari pertemuan dengan seorang pria di Bima. Kepada korban, pria ini menawarkan bekerja ke Malaysia sebagai PRT dengan penghasilan Rp5 juta per bulan.

Tergiur, kedua wanita berstatus ibu 1 anak ini menerima tawaran tersebut. “Kami berangkat tanggal 17/11 menuju Mataram. Setibanya di sana, kami dinaikkan ke bus tujuan Surabaya. Setelah menginap satu malam, kami menuju Batam naik pesawat Lion Air,” ungkap keduanya.

Selanjutnya, Wahida dan Masitah menginap selama 2 hari di Batam. Berikutnya, perjalanan dilanjutkan naik pesawat ke bandara Kualanamu dan tiba pada Sabtu (29/11) sekira pukul 22.00 Wib.

Sesampainya di Kualanamu, seorang sopir taksi menjemput. “Kami nggak kenal sama sopir itu. Dari bandara, kami dibawa ke penampungan, tapi kami nggak tau alamatnya,” beber Wahida.

Setibanya di penampungan dan memasukkan ke sebuah ruangan (mirip kamar), si sopir langsung pergi sembari berpesan agar keduanya menunggu sejenak. Tak lama, seorang pria mengantarkan makanan. Hanya saja, makanan diberikan melalui jendela, karena pintu terkunci (dari luar).

“Kami curiga, Minggu (30/11) sekira pukul 22.00 Wib kami kabur lewat jendela. Kami berdua berjalan kaki dari rumah yang di kelilingi sawah itu. Sekitar 1 jam berjalan, kami bertemu penarik becak dan minta diantarkan ke kantor polisi terdekat,” terang mereka.

Oleh penarik becak, keduanya pun diantarkan ke Polsek Perbaungan. Sembari menunggu pagi, Wahida dan Masitah memilih menginap di mushola Mapolsek.

Namun ketika ditanya perihal bantuan yang ditawarkan Dinas Sosial Pemkab Sergai, terkait membantu pemulangan, keduanya menolak dengan dalih tidak ingin berlama-lama di sana. “Kami mau langsung pulang, meski harus pakai biaya sendiri,” tegas mereka. (lik/ras)

Foto: Manahan/PM Pos keberangkatan BNP2TKI di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.
Foto: Manahan/PM
Pos keberangkatan BNP2TKI di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.

SUMUTPOS.CO – Curiga dengan pihak penyalur, dua orang calon tenaga kerja wanita (TKW) ke Malaysia kabur dari penampungan di wilayah hukum Polsek Perbaungan. Mereka yakni Nur Wahida (27) dan Masitah (19), keduanya warga Jati Baru, RT/RW 006/002, Desa Jati Baru, Kec. Sakota, Kab. Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepada wartawan, mereka mengisahkan kalau kedatangan mereka berawal dari pertemuan dengan seorang pria di Bima. Kepada korban, pria ini menawarkan bekerja ke Malaysia sebagai PRT dengan penghasilan Rp5 juta per bulan.

Tergiur, kedua wanita berstatus ibu 1 anak ini menerima tawaran tersebut. “Kami berangkat tanggal 17/11 menuju Mataram. Setibanya di sana, kami dinaikkan ke bus tujuan Surabaya. Setelah menginap satu malam, kami menuju Batam naik pesawat Lion Air,” ungkap keduanya.

Selanjutnya, Wahida dan Masitah menginap selama 2 hari di Batam. Berikutnya, perjalanan dilanjutkan naik pesawat ke bandara Kualanamu dan tiba pada Sabtu (29/11) sekira pukul 22.00 Wib.

Sesampainya di Kualanamu, seorang sopir taksi menjemput. “Kami nggak kenal sama sopir itu. Dari bandara, kami dibawa ke penampungan, tapi kami nggak tau alamatnya,” beber Wahida.

Setibanya di penampungan dan memasukkan ke sebuah ruangan (mirip kamar), si sopir langsung pergi sembari berpesan agar keduanya menunggu sejenak. Tak lama, seorang pria mengantarkan makanan. Hanya saja, makanan diberikan melalui jendela, karena pintu terkunci (dari luar).

“Kami curiga, Minggu (30/11) sekira pukul 22.00 Wib kami kabur lewat jendela. Kami berdua berjalan kaki dari rumah yang di kelilingi sawah itu. Sekitar 1 jam berjalan, kami bertemu penarik becak dan minta diantarkan ke kantor polisi terdekat,” terang mereka.

Oleh penarik becak, keduanya pun diantarkan ke Polsek Perbaungan. Sembari menunggu pagi, Wahida dan Masitah memilih menginap di mushola Mapolsek.

Namun ketika ditanya perihal bantuan yang ditawarkan Dinas Sosial Pemkab Sergai, terkait membantu pemulangan, keduanya menolak dengan dalih tidak ingin berlama-lama di sana. “Kami mau langsung pulang, meski harus pakai biaya sendiri,” tegas mereka. (lik/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/