MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kemacatan di seputaran kawasan Jalan dr Mansyur kian hari kian menjadi. Nyaris, saban hari mulai pagi hingga sore, kemacetan parah jadi pemandangan umum. Kondisi itu terjadi karena arus keluar masuk kendaraan dari dalam dan luar Universitas Sumatera Utara (USU), ditambah penyempitan badan jalan karena parkir kendaraan yang memadati sepanjang jalan di lokasi itu.
Untuk memecahkan persoalan kemacetan di kawasan itu, Pemko Medan berencana membangun jalur alternatif dengan memotong jalan areal kampus USU, melewati Jalan Bioteknologi tembus ke Jalan Abdul Hakim dan berakhir ke Jalan Setiabudi Medan.
Namun begitu, pihak USU menilai wacana untuk membuat jalur alternatif tersebut tak efektif. Pihak USU lebih setuju kalau Jalan Dr Mansyur menjadi satu arah.”Pertama memang kemacatan di Jalan Dr Mansyur sifatnya situasional, tidak sepanjang hari. Kemacatan itu mulai dari pagi, sore dan saat ada kegiatan di kampus, misalnya wisuda. Saran saya lebih baik Jalan Dr Mansyur itu dijadikan searah saja, tidak lagi dua arah,” ujar Wakil Rektor 5 USU, Ir Luhut Sihombing, kepada Sumut Pos, Kamis (1/12).
Menurutnya kemacatan di Jalan Dr Mansyur terjadi karena banyak putaran jalan. Memang dia juga tidak menampik ada peningkatan jumlah kendaraan yang keluar dan masuk dari USU tiap tahunnya.”Apalagi kalau sudah ada kegiatan seperti wisuda , Jalan Dr Mansyur itu sudah pasti parah macatnya. Makanya memang sudah kita, pihak USU menyurati Pemko Medan agar putaran di depan Pintu 4 USU itu ditutup, Memang sudah ditutup, tapi kan belum permanen dan sering dibuka-buka,” terang Luhut.
Bukan cuma itu saja, masalah yang terjadi di Jalan Dr Mansyur, keberadaan pedagang kaki lima dan parkir yang semrawut menjadikan kawasan itu selalu jadi langganan macat. Mengingat memang kendaraan dari Jalan Jamin Ginting dan Setiabudi itu banyak yang melewati Jalan Dr Mansyur. Sehingga dia merasa sudah memang perlu Jalan Dr Mansyur itu dibuat searah.
“Jadi kalau mau dibuat jalur alternatif pun melewati USU tembus ke Kampung Susuk, atau Jalan Abdul Hakim saya rasa tidak efisien. Karena USU ini kampus, lembaga pendidikan nanti kalau angkot juga masuk dan mobil-mobil besar, kegiatan di dalam kampus jadi tidak enak lagi. Saya rasa itu tidak bisa,” katanya.
Alasan lain lagi, sebenarnya dibukanya Jalan Abdul Hakim dari Kampung Susuk menyebabkan kampus plat merah rawan pencurian.”Karena dengan gampang orang bisa masuk ke kampus, ini juga pernah saya surati kepling setempat. Namun, banyak yang protes yang paling keras dari juragan becak. Mereka kehilangan sewa bila itu ditutup, jadi kita serba salah. Makanya Jalan Abdul Hakim itu tidak kita lebarkan atau kita tutup ya karena itu alasannya,” pungkas Luhut.